Pengalaman praktisi  Senayan Jakarta: Rasim Sukardie
“Sehat lahir batin bersama Falun Dafa”
(Dibacakan pada Konferensi Berbagi Pengalaman di Semarang 2007)

(Minghui.org) Para hadirin peserta konferensi yang saya hormati:
Salam sejahtera untuk kita semua!
          Izinkanlah saya pada kesempatan yang bahagia ini untuk memperkenalkan diri, nama saya Rasim sukardie, umur 56 tahun, profesi saya sebagai guru sekolah pariwisata. Adalah sebuah kehormatan yang luar biasa  bagi saya diberi kesempatan untuk tampil di atas mimbar yang terhormat ini,  menyampaikan pengalaman pribadi atas manfaat yang saya peroleh selama mengikuti latihan senam dan meditasi Falun Dafa.
          Sebuah bukti dan fakta yang tak terbantahkan, ketika hari ini saya bisa hadir dalam keadaan sehat wal’afiat, baik fisik maupun mental. Betapa tidak?
          Para hadirin yang saya hormati, sejak 30 tahun yang lalu, ketika saya berusia 25 tahun, saya dinyatakan menderita penyakit maag kronis, yaitu penyakit lambung yang menahun. Saya harus mengkonsumsi obat setiap hari, bahkan pernah menjalani rawat-inap di rumah sakit sebanyak dua kali. Tidak hanya itu, saya juga divonis menderita Varemoid atau ambeien yang sangat menyiksa setiap kali buang air besar. Dokter menyarankan saya menjalani operasi, akhirnya tanpa pikir panjang, saya menjalani operasi ambeien untuk pertama kalinya. Namun ternyata operasi tersebut tidak memberikan solusi yang tepat untuk penyakit saya, dan saya menolak saran dokter untuk menjalani operasi ulang. Kapok gitu lho! Akhirnya saya menempuh cara minum obat setiap hari untuk menghilangkan wasir.
          Berikutnya muncul lagi apa yang disebut penyakit sinusitis kronis, yaitu pilek yang tak kunjung sembuh. Saya kembali menjalani operasi dengan tujuan agar oksigen yang masuk melalui hidung bisa berjalan dengan lancar. Lagi-lagi operasi bukan merupakan sebuah solusi, begitu pula saya disarankan untuk menjalani operasi ulang. Saya menolak, namun saya harus minum obat setiap hari guna menyembuhkan sinusitis di hidung saya.
          Seiring berjalannya waktu, muncul lagi sebuah benjolan di leher saya, yang sering disebut kelenjar tiroid, dan saya kembali pasrah untuk dioperasi. Belakangan ini muncul lagi penyakit baru dalam tubuh saya, yaitu pancuran madu atau dikenal dengan sebutan DIABETES MELITUS (kencing manis). Saat dianjurkan untuk minum obat setiap hari, saya menolak. Karena selama saya mengidap  ketiga penyakit yang telah saya sebutkan sebelumnya, setiap hari tak henti-hentinya saya minum obat, bahkan separuh dari penghasilan saya habis untuk membeli obat melulu.
          Selama itu saya harus mematuhi aturan dokter untuk menghindari  makanan-makanan tertentu, saya harus makan nasi lembek, bahkan lebih disarankan untuk makan bubur akibat gangguan yang ada di lambung saya. Tidak hanya itu, saya juga harus menghindari makanan yang pedas, mandi dengan air hangat, karena badan selalu terasa dingin. Tidur-pun menjadi tak nyenyak, selalu gelisah. Betul-betul hidup serasa tak nyaman. Namun saya masih berharap dan yakin untuk sembuh kembali, karena saya percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, kecuali kematian. Untuk itu, saya selalu berusaha mencari dan mencarinya.
          Hadirin yang saya hormati, akhirnya takdir pula yang mempertemukan saya dengan Falun Dafa. Pada suatu hari Minggu kira-kira dua tahun yang lalu, ketika saya lari pagi di jalan lingkar stadion Gelora Bung Karno, tepatnya didepan pintu dua, saya melihat orang-orang se-usia saya sedang menggerakkan anggota tubuhnya secara lembut dan mata terpejam, diiringi musik yang sangat asing bagi saya pada waktu itu. Saya memperhatikan dengan seksama dan sangat serius, sampai-sampai saya tidak sadar, bahwa di sebelah saya telah berdiri seorang gadis belia yang dengan ramah dan sabar menjelaskan apa yang saya lihat. Semua pertanyaan saya dijawabnya dengan baik dan masuk akal. Karena penasaran, saya putuskan untuk langsung bergabung saat itu juga. Belakangan baru saya ketahui bahwa gadis belia yang saya temui waktu itu adalah Ananda Christine, putri pembina Falun Gong di senayan Pak Yap yang mengajari dan melatih saya. Terima kasih kepada beliau berdua, karena berkat petunjuknya saya selalu ikut latihan dan baca buku.
          Kini saya bisa mengucapkan “selamat tinggal obat-obatan, saya tak perlu kamu lagi, dan uang saya tetap utuh, karena latihan dan meditasi Falun Dafa yang tanpa biaya”. Kini saya juga dapat berhati jernih karena pikiran yang lurus berkat membaca buku dan meditasi. Selain itu, di lingkungan tempat saya mengajar, semakin banyak saja murid-murid yang mendekati saya, karena menurut mereka saya baik, sabar dan dapat memahami mereka. Manfaat dari latihan Falun Dafa  sepenuhnya termanifestasi pada diri saya, meliputi sisi raga dan jiwa.
          Akhir-akhir ini, saya diberikan sejumlah ceramah Guru Li oleh pembina untuk dibaca dan dipelajari. Semakin saya membacanya, semakin saya merasa kagum kepada Guru Li. Karena beliau dapat menguak segala rahasia alam, yang mana tidak akan kita temukan dan dapatkan dalam buku-buku ilmu pengetahuan sekarang. Saya pernah diskusikan hal ini dengan aeorang teman intelektual saya, ternyata dia tidak dapat menerima dan mengatakan sumua itu adalah ilusi. Persis seperti yang Guru katakan dalam “Lun-yu” Zhuan Falun, bahwa “Ideologi pembimbing ilmu pengetahuan umat manusia modern, dalam riset  perkembangannya, hanya mampu menyentuh dalam batas dunia fisik, yakni ketika suatu peristiwa telah dimengerti barulah dilakukan riset. Sedangkan dalam ruang kita ini, sesuatu yang tidak dapat diraba tidak terlihat, padahal secara obyektif eksis; fenomina yang meskipun dapat juga terefleksi dalam ruang fisik kita ini, yang nyata-nyata terwujud, malah tidak berani disentuh, dianggap sebagai fenomina yang tidak jelas. - - - “
          Dalam usia yang terus bertambah, saya semakin merasakan betapa berartinya hidup ini. Ketika saya berusaha dan bersikap untuk selalu berpri-laku sejati, baik dan sabar, sehingga dapat menghasilkan pikiran yang lurus, dan batin yang tenang.  
          Terima kasih kepada Guru Li Hong Zhi, telah saya temukan apa yang saya cari selama ini, yaitu kedamaian hati, dan kesehatan prima berkat takdir yang mempertemukan saya dengan Zhen-Shan-Ren, yang selalu menuntun saya untuk hidup dengan kasih dan mengasihi.

Terima kasih