(Minghui.org) Ketika melintasi Kediri dari arah Tanah Lot menuju Tabanan atau Denpasar pada hari Minggu pagi, jangan kaget bila perhatian Anda tertuju pada sudut timur laut lapangan umum Kediri. Di sana ada sekelompok orang yang sedang berlatih Falun Gong.

Sekitar tiga puluh praktisi Falun Dafa sedang melakukan latihan bersama. Kebanyakan dari mereka adalah orang dewasa, ada beberapa berusia lanjut, ada juga sejumlah anak dan remaja. Ada yang datang sendiri, ada yang datang berlatih bersama anggota keluarga.

Latihan Gong

Latihan Gong dimulai tepat pada pukul 07.00. Seorang penanggung jawab tempat latihan menyiapkan tape pemutar musik latihan serta memasang spanduk di pohon di sisi timur lapangan. Spanduk ini mudah terlihat oleh orang yang lewat berjalan kaki maupun naik kendaraaan. Latihan pagi itu dimulai dengan pemancaran pikiran lurus bersama-sama.

Sementara latihan berlangsung, seorang praktisi berdiri di pinggir jalan raya dengan brosur di tangan. Penuh kesabaran ia menunggu orang-orang yang lewat. Tanpa mengenal lelah ia mengacungkan tangan, mengangkat dan menawarkan brosur kepada siapapun yang melintas. Ada seorang pengendara motor berhenti, ia segera menghampiri dan memberikan informasi berharga mengenai Falun Dafa. Mereka berdua sempat terlihat bercakap-cakap cukup lama.

Membagikan brosur Falun Dafa di pinggir jalan

Hampir dua jam praktisi ini berdiri di pinggir jalan untuk membagikan brosur. Wajahnya berhias senyuman menyapa mereka yang melintas di pagi itu. Bus dan mobil maupun sepeda motor yang lewat, termasuk mereka yang naik sepeda dan berjalan kaki menjadi perhatiannya. Ia berharap bisa memberikan brosur kepada setiap orang.  

Latihan Falun Dafa di lapangan umum Kediri ini sudah berlangsung satu tahun. Hal ini disampaikan oleh Kadek Rai Sila (43), salah seorang pembina di Tabanan. Ia menambahkan, “Latihan kami sudah menjadi aktivitas rutin di hari Minggu pagi. Masyarakat sudah mengetahui keberadaan kami. Kami juga sudah memperoleh dukungan dan ijin dari Camat Kediri.”

Menurut Rai Sila, para praktisi Falun Dafa perlu mengadakan latihan di tempat terbuka maupun di area publik. Latihan seperti ini sangat bermanfaat bagi praktisi sendiri sekaligus bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya mereka yang belum mengenal Falun Dafa. Senada dengan Rai Sila, Made Sudiarta (39) mengatakan, “Latihan di lapangan Kediri ini sangat baik untuk klarifikasi.”

Berhenti sejenak membaca brosur Falun Dafa

Pagi itu Made Sudiarta hadir berlatih bersama istri dan kedua anaknya yang masih kecil. Ia membuka usaha toko korden di terminal Pesiapan sambil berjualan keliling. Menurut penuturannya, ia juga menyebarkan brosur saat berkeliling menawarkan produk kordennya. Ia yang baru berlatih Falun Dafa selama satu tahun mengatakan, “Tempo hari saya sempat kekurangan brosur, tidak tahu dimana bisa memperoleh brosur. Sekarang saya sudah tahu tempat mendapatkan brosur.”

Manfaat berlatih Falun Dafa antara lain disampaikan oleh Wayan Benten (77), pesiunan pedagang kelontong di Tabanan. Ia mengatakan, “Saya sudah berlatih Falun Dafa selama enam tahun. Dulu saya menderita penyakit asam urat, setiap hari harus minum jamu. Setelah berlatih Falun Dafa, asam urat dan kencing manis saya hilang. Saya sudah sembuh dari penyakit dan tidak perlu perawatan dokter, tidak perlu jamu dan obat-obatan lagi. Rahasia kesehatan saya adalah berlatih Falun Dafa.”

Setelah latihan berakhir, seorang pembina membacakan pengalaman praktisi China daratan dari bulletin mingguan Falun Dafa edisi 103, tentang seorang ibu buta huruf yang tiba-tiba bisa membaca.

Membacakan pengalaman praktisi China daratan

Para praktisi yang berlatih Minggu pagi itu di lapangan umum Kediri menyimak dengan saksama cerita pengalaman kultivasi di atas. Ni Wayan Sumerti (39), seorang wiraswasta dari Sudimara mengatakan, ”Falun Dafa menghadirkan mujizat dan keajaiban! Seperti yang dikisahkan dalam cerita tadi, orang tua buta huruf tiba-tiba bisa membaca. Luar biasa!”

Manfaat, mujizat dan keajaiban Falun Dafa sungguh nyata dan terjadi di seluruh dunia. Reporter juga memperoleh informasi serupa yang terjadi di Pulau Dewata ini. Misalnya di Desa Kemetug dan Manikyang, keduanya di Kabupaten Tabanan. Di kedua desa ini para praktisi Falun Dafa sebagian besar orang berusia lanjut. Mereka bekerja sebagai petani dan tidak mengenyam pendidikan. Pada awalnya mereka membaca buku Zhuan Falun tertatih-tatih, harus mengeja huruf demi huruf. Namun seiring waktu dan ketekunan mereka berlatih, sekarang mereka pun mampu membaca dengan lancar.

Ketrampilan membaca dan belajar bukan satu-satunya manfaat nyata yang diperoleh dari berlatih Falun Dafa. Di samping kesehatan pribadi yang prima, kualitas moral dan mental seseorang pun mengalami peningkatan. Berikut ini adalah kesaksian seorang nenek dari Jimbaran.

“Saya sangat beruntung mendapatkan Fa ini. Kalau tidak, mungkin saya sudah tenggelam dan tidak bisa membaca seperti sekarang. Dulu saya selalu minder kalau diajak Aji (baca: bapak, suaminya) ke hotel untuk tanda tangan.”

Wajah nenek tiga orang cucu asal Tebongkang (Gianyar) ini berseri-seri, ia melanjutkan penuturannya. “Saya bersyukur mendapatkan kesehatan yang baik setelah berlatih Falun Dafa. Dulu emosi saya meledak-ledak, sekarang saya bisa mengeremnya. Saya merasa geli kalau melihat diri saya yang dulu. Betapa tidak! Dulu saya sering merasa ketakutan kalau melihat polisi saat naik motor, padahal surat kendaraan lengkap semuanya. Sejak berlatih Falun Dafa, saya berani naik motor sendirian untuk pergi latihan di pantai Kuta.”

Karena berbagai manfaat ini, para praktisi Falun Dafa di seluruh dunia selalu mengatakan, “Falun Dafa hao! Falun Dafa baik!” Boleh jadi anda pun berjodoh dengan Falun Dafa. Bila anda berminat, silakan datang ke tempat latihan terdekat. Tidak perlu merasa segan dan malu menghubungi praktisi setempat. Latihan Falun Dafa dimana pun dan kapan pun sepenuhnya bebas biaya.