(Minghui.org) Sekitar bulan Februari 2009, sejumlah praktisi Bali sepakat membentuk grup marching band. Marching band telah hadir di sejumlah negara sejak beberapa tahun terakhir. Berawal di New York, Amerika Serikat, penyebarannya berlangsung relatif cepat bagai jamur di musim hujan. Kini Taiwan, Eropa, Australia, Malaysia dan Singapura telah memiliki grup marching band. Uniknya, semua kelompok marching band di berbagai negara ini memiliki nama yang sama dalam bahasa Mandarin, Tian Guo! Dalam bahasa Inggris, Tian Guo diterjemahkan sebagai Divine Land, dan dalam bahasa Indonesia, Tian Guo diartikan sebagai Dunia Surga. Bila mengacu pada pengertian bahasa Inggris, Tian Guo juga bisa berarti Tanah Surgawi atau Tanah Dewata. Tentu saja ini pemahaman pribadi saya yang sangat terbatas.
Taiwan memiliki kelompok marching
band yang solid. Sejumlah besar kelompok marching band dari Taiwan
telah melakukan perjalanan muhibah keliling dunia. Di Asia
misalnya, mereka telah tampil di Indonesia (Surabaya, Jakarta dan
Batam) dan India. Kebetulan saya sempat menyaksikan penampilan
mereka saat pawai HUT Kota Surabaya tahun 2007. Sayang sekali,
marching band dari luar negeri ini urung pawai keliling kota karena
intervensi PKC (Partai Komunis China) terhadap panitia. Namun
demikian, mereka tetap tampil memukau membawakan sejumlah lagu di
hadapan massa penonton yang memadati jalan di titik start pawai.
Penampilan mereka memang luar biasa. Saya tidak akan pernah
melupakan saat-saat jiwa saya tergetar oleh alunan musik marching
band ini.
Kekuatan musik marching band ini sungguh dahsyat! Siapapun yang
berada dalam radius gema suara musik marching band ini tidak kuasa
menolak mendengarkannya. Ribuan pasang mata tertegun menatap
mereka. Ribuan jiwa juga sedang terbasuh saat menikmati alunan
musik nan anggun dan megah. Terus-terang, saya sangat mengagumi
kelompok marching band asal Taiwan ini. Selain menyajikan musik
yang prima, disiplin tinggi para pemain marching band dalam barisan
terlihat sepanjang waktu. Mereka berdiri tegap, gagah penuh wibawa!
Di bawah terik matahari yang menyengat mereka tampil perkasa penuh
semangat. Di saat jeda, mereka menolak menerima air minum yang
disodorkan. Mereka tidak ngobrol, tapi mengisi waktu dengan
melafalkan “Lunyu” bersama-sama. “Inilah penampilan orang
Xiulian!” saya bergumam kagum dalam hati.
Sesungguhnya, saya tidak memiliki kata-kata yang cukup untuk
melukiskan kekaguman saya ini. Yang saya rasakan dan lihat waktu
itu adalah keagungan yang tersaji harmonis dalam keindahan,
semarak, dan kekuatan sakral alunan musik oleh sekelompok marching
band yang tampil demikian anggun, berwibawa dan berdisiplin
tinggi. Dalam kesadaran terdalam saya menaruh hormat
setinggi-tingginya terhadap kelompok musik ini. Saya yakin setiap
orang di tempat itu juga memberikan sikap yang sama. Bahana musik
marching band ini demikian kuat dan megah! Saat alunan musik
menggema, berbagai kelompok peserta pawai beserta suara
perlengkapan musik mereka tampak demikian kecil, eksistensi mereka
nyaris tak berarti lagi. Di situlah saya merasakan kemegahan dan
keagungan Dafa! Dalam hati saya bertanya, “Kapan saya bisa bermain
musik sebaik dan penuh disiplin seperti mereka?”
Kemegahan dan keagungan Dafa yang saya lihat lewat penampilan
marching band Taiwan di Surabaya itu merupakan manifestasi nyata
kebenaran Fa yang disampaikan Shifu Li Hongzhi dalam ceramah
di Los Angeles, tanggal 25 Februari 2006.
Menjawab pertanyaan seorang praktisi, Shifu mengatakan,
“Bila anda ingin dengar maka saya katakanlah. (Tepuk tangan) Anda
sekalian tahu ketika group marching band pada kesempatan yang lalu
mengadakan pawai di China Town dan daerah Flushing kota New York,
saya telah melihat pemandangan ini: di saat group band melantunkan
irama, energi yang dipancarkan sangat besar. Baik dari pancaran
energi maupun pancaran suara anda, masih ada musik dan not musik
itu sendiri, semuanya sedang memerankan fungsi yang membuktikan
kebenaran Fa dan memancarkan energi.
Hari itu ketika berpawai di Cina Town, Dewa-Dewa tak terhitung dari
setiap ruang di atas langit, seantero langit adalah Dewa, mereka
menabuh genderang perang, banyak sekali prajurit langit dan
jenderal langit semuanya sedang menyerbu ke depan. Energi yang
dilepaskan oleh tiupan terompet pengikut Dafa amatlah besar. Anda
sekalian dalam film melihat saat bom atom begitu meledak, gelombang
gempuran yang dihasilkan sangat besar bukan? Kita ini lebih besar
tenaganya dari pada itu. (Tepuk tangan) Karena komponen energi yang
dilepaskan oleh pengikut Dafa lebih besar dari pada atom, lagi pula
partikel setiap tingkat juga sangat kuat. Dapat dikatakan, di saat
itu asalkan begitu muncul suara jadilah seberkas cahaya terang.
Sekalipun bom atom masih terdapat satu proses penggempuran,
kemudian gelombang gempuran menimbulkan badai debu yang sangat
besar bukan? Tunggu sampai badai debu menurun ke bawah ia baru
menjadi bersih. Yang ini seketika sudah bersih, kemudian di tempat
yang jauh dari cahaya, di sana barulah asap debu raksasa dari hasil
gempuran, yang membesar dengan cepat seiring cahaya terang lantunan
musik, dengan segera sudah bersih lagi, di tempat jauh
terus-menerus timbul asap debu, tempat di mana cahaya melintas,
kembali semuanya jadi bersih lagi.
Maka di saat berpawai di jalan, tak peduli ada berapa banyak yang
sedang melihat, ketika itu saya menyaksikan pikiran manusia biasa
itu, mereka pada dasarnya sudah mati rasa, (Hadirin tertawa)
terutama orang-orang Tionghoa, memandang dengan bengong, mereka
tidak punya pikiran lagi. Apa gerangannya? Pikiran buruk mereka
sudah dibersihkan, kemudian mereka baru terpikir (Tepuk tangan)
mengatakan : Wah, Falun Gong benar-benar luar biasa! Ada juga yang
berkata: Wah, Falun Gong ini di masyarakat Amerika mengapa
tiba-tiba muncul group band besar dengan begitu banyak orang!
(Hadirin tertawa) Di masyarakat Amerika juga merupakan kelompok
musik yang sangat besar, kali ini tampil dengan begitu banyak orang
meniupkan alat musik! Terutama adalah anggota inti grup musik
berwajah orang Tionghoa. Oleh sebab itu orang-orang Tionghoa di
China Town setelah selesai menyaksikan lalu berpikir, mereka malah
punya semacam perasaan bahwa Falun Gong telah meraih kehormatan
bagi orang Tionghoa. (Hadirin tertawa) Yaitu hal-hal negatif
dalam pikiran mereka sudah tiada, pikiran yang berperan negatif
sudah tiada. Benar-benar sedang memainkan fungsi seperti ini, yang
dimaksud tadi adalah orang Tionghoa. Bagi orang Barat, mereka juga
merasakan suatu yang sangat baru, belum pernah ditemui sebelumnya,
dengan seketika tampil sebuah group band begitu besar dengan wajah
orang Tionghoa, banyak orang bertepuk tangan, menyerukan,
“Lantunkan sebuah lagu lagi!” Dengan demikian hasilnya baik sekali.
Tentu saja dalam group band juga ada pengikut Dafa dari keturunan
bangsa lainnya, mereka juga sungguh luar biasa, karena pengikut
Dafa adalah sebuah kesatuan. Sesungguhnya praktisi yang bergabung
dalam group band ini di saat melantunkan musik, mereka sendiri juga
sangat haru, merasa sangat sakral.”
Waktu dua tahun berjalan bagai sekejap mata. Ketika berada di
Surabaya sedikit pun saya tidak punya angan-angan bermain marching
band. Tak dinyana, kelompok marching band kini hadir di Bali.
Sekarang kesempatan telah hadir di depan mata. Namun, saat pertama
kali dilakukan sosialisasi dan koordinasi, saya tidak langsung
bergabung. Waktu itu saya merasa tidak memiliki syarat memadai
walau pada dasarnya saya menyukai musik. Secara ekonomis saya tidak
mampu membeli peralatan musik yang diperlukan. Untuk sementara saya
bersikap pasif, saya cenderung menunggu dan melihat perkembangan.
Pertimbangan atas sikap saya itu antara lain karena saya masih
memikul tanggung jawab sebagai koordinator dan pemain genderang
pinggang. Saya merasa sulit menata hubungan di antara berbagai
pekerjaan yang ada (Sekolah Minghui, barisan genderang pinggang,
marching band, media, dan lain-lain).
Kendati berada di luar kelompok marching band, saya tetap berusaha
mengikuti perkembangan marching band. Bila ada waktu, terkadang
saya hadir melihat-lihat mereka berlatih. Belum bisa ikut berlatih,
jadi penonton pun tak mengapa! Beberapa bulan pertama latihan
marching band lebih dititikberatkan pada belajar Fa dan
baris-berbaris. Hal ini karena belum tersedianya peralatan musik.
Pengecualian berlaku pada kelompok drum set dan symbal yang
sudah bisa berlatih dengan peralatan ala kadarnya. Kegigihan
teman-teman pemain marching band kiranya patut mendapat acungan
jempol. Boleh dikatakan semua berangkat dari nol, sol mi sa si pun
tidak paham. Saya tidak tahu kapan grup marching band ini bisa
tampil seperti grup marching band Tian Guo lainnya di luar
negeri.
Perubahan keadaan terjadi sekitar akhir Mei yang lalu. Seorang
teman praktisi yang sedang cuti bekerja di luar negeri membawa
sejumlah peralatan musik untuk dipakai oleh teman-teman pemain
marching band. Yang beruntung adalah pemain saxofon, sementara
teman-teman lainnya harus menunggu peralatan yang baru akan tiba
dari pada awal Juli. Metode berlatih pun kini berubah. Sebelumnya
semua belajar musik secara otodidak, belajar sendiri. Kini latihan
marching band dibimbing guru musik profesional. Walau sempat
terjadi konflik mengenai kehadiran guru musik ini, namun metode
berlatih demikian memberikan hasil yang sangat positif. Setidaknya
teman-teman sudah bisa memainkan alat musik, meniup terompet,
saxofon, clarinet, flute, trombone, piccolo, dan lain-lain.
Perlahan tapi pasti, takdir pertemuan saya dengan marching band ini
semakin jelas. Hari Rabu minggu lalu (02/09/09) beberapa orang
pemain marching band sedang berlatih di Renon. Saat itu saya
mendengar informasi ada teman yang mau pindah alat, dia mau pindah
bermain clarinet. Seorang teman pemain saxofon mendorong saya agar
mulai berlatih saxofon yang tidak terpakai lagi.
Singkat cerita, saxofon sudah berada di tangan saya. Hari Kamis
(03/09/09) lalu saya mulai berlatih. Dengan susah-payah saya
belajar meniup saxofon, lagu pertama adalah Falun Dafa Hao.
Keesokan harinya saya tidak sempat berlatih. Sabtu malam (05/09/09)
saya baru sempat berlatih lagi, dilanjutkan hari Minggu pagi
keesokan harinya. Secara kasar saya sudah bisa membunyikan saxofon.
Dengan nafas tersengal-sengal dan bibir bagian dalam sedikit
membengkak saya bisa meniup dan menekan tombol-tombol saxofon
membawakan lagu Falun Dafa Hao (tidak termasuk intro lagu yang
belum bisa saya mainkan).
Minggu sore (06/09/09) saat latihan di Renon saya merasakan
kemampuan meniup saya semakin baik, agak ringan. Saya juga sempat
merasakan berlatih bergabung dalam barisan marching band secara
utuh. Kami sempat memainkan lagu Falun Dafa Hao dan satu lagu lagi
yang belum saya ketahui. Bermain bersama memang tidak mudah, setiap
bagian harus bermain baik agar tercipta musik yang harmonis. Saat
bermain bersama kekurangan saya tampak semakin jelas. Saya
belum sepenuhnya bisa meniup saxofon dengan baik, masih belepotan
dan tidak sesuai tempo. Maka saya memilih diam saat tidak bisa
meniup.
Setelah latihan selesai, di saat menunggu waktu Fa Zhen Nian pukul
17.55 saya sempat sharing sedikit dengan teman pemain mayoret.
Teman ini mengatakan saat latihan tadi dia merasa sangat sulit
menaikkan tangan mengangkat tongkat komando, terasa sangat berat!
Dalam hati saya merasa heran, “Tongkat sekecil itu kok berat?”
Namun demikian saya memahami sesuatu. Pada hemat saya barisan
marching band ini bukan kelompok musik biasa. Dari belajar Fa saya
memahami bahwa saat memainkan lagu-lagu lewat peralatan musik
marching band, kita sedang menghancur-musnahkan kekuatan jahat di
dimensi lain. Ini sebuah perang yang sesungguhnya! Oleh karena itu
saya mengusulkan agar bendera semaphore pada tongkat komando
mayoret diganti dengan bendera segi tiga dengan tulisan “Falun Dafa
Hao” yang kita miliki. Saya pikir, kita harus berlatih dan tampil
dengan totalitas yang lebih besar. Tetapi, usulan ide ini perlu
dipertimbangkan oleh seluruh pemain marching band. Biarkan mereka
menilai sendiri, apakah makna dan relevansi bendera semaphore yang
dipakai selama ini?
Ke depan saya berharap team marching band Bali pada saatnya mampu
tampil sempurna! Saya sadar semua itu mustahil terwujud tanpa
Xiulian yang sungguh-sungguh dari setiap anggota marching band.
Saya sendiri tentu harus memanfaatkan waktu dan lingkungan yang
tersedia untuk berkultivasi dengan lebih baik. Saya harus bisa ke
luar dari perangkap kenikmatan yang selama ini membelenggu saya dan
menghalangi saya belajar Fa, Fa Zhen Nian dan melakukan klarifikasi
fakta dengan baik.
Secara kolektif saya berharap seluruh pemain marching band Bali
bisa belajar musik dengan baik dan efektif agar secepatnya bisa
keluar klarifikasi. Keseragaman pakaian dan sepatu juga perlu
sungguh-sungguh dipikirkan. Terus-terang, kegagahan dan disiplin
marching band Taiwan yang saya lihat di Surabaya terpatri sangat
kuat dalam benak saya. Hal itu patut kita jadikan referensi yang
bagus. Celana panjang yang mereka pakai terbuat dari kain, bukan
dari bahan jeans! Sepatu mereka pun seragam, bukan asal berwarna
hitam! Saya melihat dengan mata kepala sendiri saat membantu mereka
berangkat pawai dari penginapan di Surabaya. Dalam hal ini kita
tidak perlu terburu-buru, kita perlu waktu menyiapkan kelengkapan
seragam team marching band dengan baik.
Demikian sharing saya tentang berlatih marching band. Tentu saya
masih harus banyak belajar dan mengejar ketinggalan. Walau saya
belum sepenuhnya bergabung dalam kelompok marching band, hati saya
semakin bulat untuk berlatih musik. Seperti teman-teman yang lain,
saya akan segera mulai belajar musik dengan benar di bawah
bimbingan guru profesional. Bersamaan itu saya juga harus
memperhatikan Xiulian pribadi saya. Saya mendengar tuntutan pemain
marching band sangat ketat (prasyarat yang sama sejatinya berlaku
bagi setiap praktisi Xiulian Falun Dafa), maka saya harus
sungguh-sungguh berkultivasi.
Mengakhiri sharing ini saya ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada Shifu Li Hongzhi, atas yuanfen mendapatkan Fa
dan berkultivasi jalan lurus Falun Dafa. Terima kasih atas segala
sesuatu yang tersedia bagi saya untuk Xiulian melepaskan berbagai
keterikatan manusiawi, antara lain lewat lingkungan dan berbagai
pekerjaan Fa (Sekolah Minghui, media, barisan genderang pinggang,
grup marching band, pameran keliling, dan lain-lain). Tak lupa
terima kasih juga saya sampaikan kepada praktisi yang telah
meminjamkan saxofon untuk berlatih. Bagi saya ini merupakan bukti
belas kasih dan kemudahan berkultivasi melepaskan lebih banyak lagi
keterikatan manusia biasa yang belum saya sadari maupun yang masih
saya genggam erat dalam kesesatan.
Kepada teman-teman praktisi yang ada waktu luang, ingin saya
sampaikan, cobalah datang melihat-lihat para pemain marching band
berlatih. Kalau mau coba-coba meniup saxofon, boleh juga! Nanti
bergantian dengan saya, kita bisa berlatih bersama-sama. Seorang
praktisi dari Lukluk pernah mencoba, dan dia bisa meniup saxofon
dengan suara yang bertenaga. Ternyata tidak sesulit yang
terbayangkan dalam pikiran rumit kita! Tentu saja tidak ada
keharusan bergabung, kecuali hati sungguh-sungguh tulus memutuskan
pilihan. Saya juga belum bergabung, tapi situasi ini tidak
menghambat saya untuk berlatih. Dan saya bertekad belajar dan
berlatih musik dengan baik. Saya punya keyakinan, pada saatnya
nanti saya akan bisa memainkan saxofon dengan baik dan bergabung
dengan teman-teman pemain marching band lainnya ke luar ke
masyarakat mengumandangkan musik gempita membahana … tet …
tret … tet … tet … mewartakan kepada dunia … Falun Dafa Hao!
Demikian sharing saya. Dengan rendah hati saya mohon bantuannya
untuk mengoreksi atas hal-hal, data serta informasi yang tidak
akurat dalam tulisan ini.
Salam gigih maju!
Heshi
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org
Kategori: Meningkatkan Diri Sendiri