Menyingkirkan Keterikatan pada Perasaan dan Memperlakukan Keluarga dengan Belas Kasih
(Minghui.org) Ketika menyadari suami
berselingkuh, saya sangat menderita. Suatu hari ketika berada
bersama ibu saya (juga seorang praktisi) di rumah, saya menangis
dan menceritakan kepadanya mengenai hal itu. Beberapa hari
kemudian, seorang praktisi datang mengunjungi saya dan berkata,
“Saya mendengar kabar suamimu selingkuh. Jangan terlalu bersedih,
sebab ini adalah kesempatan bagi kamu untuk menyingkirkan
keterikatan pada perasaan...” Tertangkap basah, saya berpikir,
“Mengapa ibu menceritakan pada orang lain soal ini?” Saya sangat
marah kepadanya.
Ketika saya tenang, saya berpikir
mengapa saya marah. Apa karena rahasia keluarga saya tersebar luas?
Mengapa saya tidak mau orang lain mengetahui tentang ini? Saya
menyadari semua ini dikarenakan oleh masalah saya sendiri. Mengapa
saya marah pada ibu? Jika saya tidak mengeluh padanya, darimana dia
tahu? Karena dia adalah ibu saya dan seorang praktisi, saya tidak
perlu menyembunyikan segala sesuatu darinya. Ketika dia
menceritakannya kepada praktisi lain, mungkin dia berpikiran sama
dengan saya, tidak ada yang perlu disembunyikan dari sesama teman
praktisi. Akan tetapi, ini bukan hal yang sepele. Jika teman,
keluarga, rekan kerja dan orang lain tahu mengenai hal ini,
bagaimana pandangan mereka terhadap suami saya? Bagaimana pandangan
mereka terhadap keluarga kami?
Saya berusaha keras untuk memikirkannya. Ketika saya mengkaji ulang, saya menyadari bahwa saya membuat kesalahan besar. Jika suami saya berbuat salah, saya membantunya memperbaiki kesalahan--ini yang seharusnya saya lakukan sebagai istri atau sebagai praktisi. Jika saya tidak membantunya, bahkan memberitahukan kepada orang lain tanpa mempertimbangkan dia, bukankah saya mendorongnya jatuh dan menghancurkannya? Dari belajar Fa Guru, saya memahami praktisi seharusnya tidak sembarangan mengatakan sesuatu, karena kita mempunyai kekuatan. Ketika saya mengeluh soal ini, tanpa sengaja telah memperkuat substansi buruk dalam dirinya dan membuatnya semakin parah. Mengapa saya mengatakan ini kepada semua orang? Bukankah itu berarti saya sedang meluapkan amarah? Seharusnya saya menangani hal ini sendiri. Mengapa saya mengeluh kepada orang lain? Saya seharusnya berkultivasi dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada jalan pintas.
Sejak saat itu, apapun yang terjadi, sebesar apapun penderitaan yang saya tanggung di dalam hati (Xinxing saya masih harus ditingkatkan, dan saya masih belum benar-benar menyingkirkan keterikatan pada perasaan), demi Dafa, demi suami saya, dan demi keluarga saya, saya tidak pernah lagi mengatakan sesuatu yang buruk mengenai suami saya.
Seiring saya belajar lebih banyak Fa dan berusaha lebih keras menyingkirkan keterikatan pada perasaan, saya terus memperlakukan suami saya dengan belas kasih, dan dia berangsur-angsur berubah.
Suatu hari suami saya pergi makan malam. Ketika dia kembali, ia terlihat marah. Saya dapat merasakan ia berusaha menyembunyikan sesuatu dari saya, jadi saya bertanya kepadanya dan dia memberitahukan saya sejujurnya. Mantan pacarnya mendekati dan mengajaknya berselingkuh, tetapi dengan tulus dia mengatakan suatu kebenaran kepadanya. Dia juga berkata kepada saya, “Tolong percaya pada saya. Saya tidak dapat berbuat sesuatu yang merusak Dafa.” Mengetahui dia berkata jujur, saya sangat gembira hingga menangis. Saya berkata padanya, “Apa yang kamu lakukan adalah benar dan kamu melakukannya dengan baik. Saya sangat gembira melihat kamu berubah.” Katanya, “Walaupun saya belum resmi menjadi praktisi seperti kamu, saya tahu apa itu Dafa. Saya tidak dapat berbuat seperti dulu lagi. Saat ini, hanya praktisi Dafa yang baik. Jika saya tidak menyayangi kamu, akan sangat memalukan.”
Beberapa hari kemudian, saya menyarankan untuk mengundang teman sekolahnya itu ke rumah kami. Kami mengklarifikasi fakta Dafa kepadanya. Walaupun dia tidak benar-benar mengerti, melihat perubahan pada diri suami saya, dia dapat melihat bahwa praktisi sungguh-sungguh berbeda.
Melalui belajar Fa dan mengkultivasikan xinxing, saya banyak kemajuan, begitu pula suami saya. Kami belajar dan melafalkan Fa, lingkungan keluarga kami menjadi harmonis. Orang-orang yang mengenal kami mengatakan, “Lihat kalian berdua, saling mencintai dan saling memperhatikan. Kalian benar-benar baik hati.” Kami menjawab, “Dafalah yang mengajarkan kami untuk menjadi orang yang lebih baik.” Sekarang saya sungguh-sungguh berpikir, “Guru dan Dafalah yang mengubah kami secara fundamental dan membuat keluarga kami bahagia!”
Dalam proses menyingkirkan perasaan, saya menghadapi tantangan. Melihat kembali, saya merasa keterikatan saya itu sangat kuat. Guru kita yang belas kasihlah yang melindungi dan membimbing saya. Saya bukan seorang murid yang baik dan menyebabkan Guru cemas. Saya malu.
Suatu hari ketika saya sedang menonton film Perjalanan ke Barat (Kera Sakti), saya mendengar Raja Kera memanggil “Guru, Guru!” Tiba-tiba saja mata saya penuh dengan air mata. Saya memanggil “Guru, Guru!” dilubuk hati saya.
Saya sangat beruntung ikut dalam perjalanan kultivasi ini. Saya akan menyayangi kesempatan yang hanya datang sekali dalam sepuluh ribu tahun ini dan menjadi praktisi Dafa yang memenuhi Syarat.
Saya berusaha keras untuk memikirkannya. Ketika saya mengkaji ulang, saya menyadari bahwa saya membuat kesalahan besar. Jika suami saya berbuat salah, saya membantunya memperbaiki kesalahan--ini yang seharusnya saya lakukan sebagai istri atau sebagai praktisi. Jika saya tidak membantunya, bahkan memberitahukan kepada orang lain tanpa mempertimbangkan dia, bukankah saya mendorongnya jatuh dan menghancurkannya? Dari belajar Fa Guru, saya memahami praktisi seharusnya tidak sembarangan mengatakan sesuatu, karena kita mempunyai kekuatan. Ketika saya mengeluh soal ini, tanpa sengaja telah memperkuat substansi buruk dalam dirinya dan membuatnya semakin parah. Mengapa saya mengatakan ini kepada semua orang? Bukankah itu berarti saya sedang meluapkan amarah? Seharusnya saya menangani hal ini sendiri. Mengapa saya mengeluh kepada orang lain? Saya seharusnya berkultivasi dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada jalan pintas.
Sejak saat itu, apapun yang terjadi, sebesar apapun penderitaan yang saya tanggung di dalam hati (Xinxing saya masih harus ditingkatkan, dan saya masih belum benar-benar menyingkirkan keterikatan pada perasaan), demi Dafa, demi suami saya, dan demi keluarga saya, saya tidak pernah lagi mengatakan sesuatu yang buruk mengenai suami saya.
Seiring saya belajar lebih banyak Fa dan berusaha lebih keras menyingkirkan keterikatan pada perasaan, saya terus memperlakukan suami saya dengan belas kasih, dan dia berangsur-angsur berubah.
Suatu hari suami saya pergi makan malam. Ketika dia kembali, ia terlihat marah. Saya dapat merasakan ia berusaha menyembunyikan sesuatu dari saya, jadi saya bertanya kepadanya dan dia memberitahukan saya sejujurnya. Mantan pacarnya mendekati dan mengajaknya berselingkuh, tetapi dengan tulus dia mengatakan suatu kebenaran kepadanya. Dia juga berkata kepada saya, “Tolong percaya pada saya. Saya tidak dapat berbuat sesuatu yang merusak Dafa.” Mengetahui dia berkata jujur, saya sangat gembira hingga menangis. Saya berkata padanya, “Apa yang kamu lakukan adalah benar dan kamu melakukannya dengan baik. Saya sangat gembira melihat kamu berubah.” Katanya, “Walaupun saya belum resmi menjadi praktisi seperti kamu, saya tahu apa itu Dafa. Saya tidak dapat berbuat seperti dulu lagi. Saat ini, hanya praktisi Dafa yang baik. Jika saya tidak menyayangi kamu, akan sangat memalukan.”
Beberapa hari kemudian, saya menyarankan untuk mengundang teman sekolahnya itu ke rumah kami. Kami mengklarifikasi fakta Dafa kepadanya. Walaupun dia tidak benar-benar mengerti, melihat perubahan pada diri suami saya, dia dapat melihat bahwa praktisi sungguh-sungguh berbeda.
Melalui belajar Fa dan mengkultivasikan xinxing, saya banyak kemajuan, begitu pula suami saya. Kami belajar dan melafalkan Fa, lingkungan keluarga kami menjadi harmonis. Orang-orang yang mengenal kami mengatakan, “Lihat kalian berdua, saling mencintai dan saling memperhatikan. Kalian benar-benar baik hati.” Kami menjawab, “Dafalah yang mengajarkan kami untuk menjadi orang yang lebih baik.” Sekarang saya sungguh-sungguh berpikir, “Guru dan Dafalah yang mengubah kami secara fundamental dan membuat keluarga kami bahagia!”
Dalam proses menyingkirkan perasaan, saya menghadapi tantangan. Melihat kembali, saya merasa keterikatan saya itu sangat kuat. Guru kita yang belas kasihlah yang melindungi dan membimbing saya. Saya bukan seorang murid yang baik dan menyebabkan Guru cemas. Saya malu.
Suatu hari ketika saya sedang menonton film Perjalanan ke Barat (Kera Sakti), saya mendengar Raja Kera memanggil “Guru, Guru!” Tiba-tiba saja mata saya penuh dengan air mata. Saya memanggil “Guru, Guru!” dilubuk hati saya.
Saya sangat beruntung ikut dalam perjalanan kultivasi ini. Saya akan menyayangi kesempatan yang hanya datang sekali dalam sepuluh ribu tahun ini dan menjadi praktisi Dafa yang memenuhi Syarat.
Chinese: http://www.minghui.org/mh/articles/2010/1/19/216525.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2010/1/28/114198.html
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org