(Minghui.org) Sebuah artikel di situs Clearharmony beberapa waktu lalu yang ditulis seorang praktisi di daratan China seketika menyadarkan saya. Artikel tersebut mengungkapkan pemahaman praktisi tentang bagaimana seharusnya seorang pengikut bersikap saat membaca Fa, bagaimana menghilangkan pikiran yang mengganggu dan fokus saat belajar Fa. Berbagai pandangan tentang cara membaca Fa dengan pikiran damai dapat dilakukan misalnya: duduk tegak dengan kaki bersila lotus, memiliki pola pikir yang baik, tetap fokus, memperlambat kecepatan membaca, membaca dengan suara keras, membaca Fa seolah-olah membaca untuk pertama kalinya, dll. Sharing ini sangat membantu saya. Baru-baru ini, saya juga memiliki beberapa pengalaman pribadi yang ingin saya sharingkan dengan sesama praktisi.

Sebelum saya berlatih Falun Dafa, saya punya kebiasaan buruk yakni: sejak dulu saya mudah sekali mengantuk, sehingga saya lebih suka membaca di atas tempat tidur. Setelah beberapa lama saya berlatih Falun Dafa, pada malam sebelum tidur, saya duduk di atas tempat tidur dan membaca Fa, terkadang sambil berbaring karena mengantuk. Jarang sekali saya bisa belajar Fa dengan fokus dan sungguh-sungguh. Hingga suatu hari seorang teman praktisi menegur saya dan mengatakan bahwa tidak sepantasnya saya membaca Fa sambil tidur-tiduran. Tak lama setelah kejadian itu, seorang teman praktisi lain mengirimkan artikel di atas dari situs Clearharmony bertema “Bagaimana belajar Fa dengan baik.” Semenjak itu saya akhirnya sadar dan memutuskan bahwa saya harus menghilangkan kebiasaan buruk tersebut.

Dalam kelompok belajar Fa bersama, banyak praktisi tidak menganggap penting sikap mereka ketika membaca Fa. Ada yang membaca sambil berbicara dengan temannya, ada yang duduk santai, atau duduk sambil menekuk salah satu kaki ke atas, ada yang membaca dengan terburu-buru sehingga terkadang banyak kata-kata yang salah diucapkan, ada juga yang tidak ikut membaca. Di masa lalu, saat membaca Fa bersama terkadang saya bersuara terkadang tidak, suara terkadang menjadi sangat pelan, saat melihat praktisi lain tidak membaca, saya pun mengikutinya, terkadang hanya membaca jika topiknya sesuai dengan suasana hati, membaca tidak pernah dapat fokus, sebentar-sebentar melihat jam atau menghitung berapa banyak halaman yang tersisa. Hati sungguh tidak tenang, yang dipikirkan hanyalah kapan selesai dan pulang. Beginilah perwujudan dari membawa perasaan manusia ketika membaca Fa. Akhirnya setiap perkataan Guru saya tidak meresapinya ke dalam hati,  sama saja dengan belajar sia-sia. Saya kemudian memahaminya bahwa “sikap seorang murid Dafa ketika belajar Fa mencerminkan pemahamannya terhadap Fa”.

Saya merasa malu terhadap Guru. Dafa yang demikian suci dan berharga, bagaimana mungkin saya bersikap seperti itu. Praktisi membaca Fa sama seperti manusia biasa membaca buku cerita. Bukankah itu perbuatan tidak hormat terhadap Dafa? Membaca Fa ibarat mendengar Guru berceramah di depan kelas, menghormati Guru dan menghormati Fa. Belajar Fa adalah hal yang sangat sakral.

Beberapa hari lalu, saya membaca artikel praktisi lain. Ia sendirian di rumah dan membaca Fa dengan keras, lalu ia merasa sangat baik. Saya juga pernah mendengar bahwa banyak praktisi di luar negeri yang membaca Fa duduk dalam posisi lotus, ketika tidak tahan, mereka lebih memilih berdiri sambil membaca daripada duduk melonjorkan kaki. Sikap mereka benar-benar membuat saya kagum.

Salah satu alasan kita tidak dapat belajar Fa dengan pikiran tenang dan terfokus adalah ketika membaca Fa, kita tidak mengungkapkan kesucian dan kekuatan Fa.  Di sebuah artikel lain, seorang praktisi bercerita mengenai masa ketika Guru mengajarkan Fa, ekspresi Guru yang penuh belas kasih mengisi hati setiap orang yang hadir dengan rasa hormat. Bicara Guru sangat lantang, dan setiap kata-kata yang Guru ucapkan masuk ke hati setiap orang. Seluruh medan dipenuhi dengan energi yang kuat, suara Guru menggema di udara, dan semua orang bisa merasakan keindahan dan kesakralan Fa. Tubuh dan hati mereka segera berubah dan xinxing (karakter) mereka mengalami peningkatan dan pikiran buruk semuanya lenyap. Ketika mereka melangkah keluar dari auditorium, pandangan mereka sudah berubah sama sekali.

Saya berpikir bahwa ketika kita belajar Fa, kita harus memiliki perasaan yang sama. Ketika kita membaca Fa, kita juga harus memiliki rasa khusyuk dan hati yang hormat. Membaca setiap kata dengan lantang dan jelas, merasakan keagungan dan kekuatan Dafa.

Mengatasi karma penyakit

Setelah sekian lama mengenal Dafa, saya masih jauh dari kriteria seorang pengikut Dafa. Tiga hal yang diminta Guru untuk dilakukan, saya tidak sungguh-sungguh melaksanakannya. Mengikuti kegiatan-kegiatan Dafa hanya sekedar ikut meramaikan tapi tidak benar-benar memahami makna dari kegiatan itu. Datang pada kelompok belajar hanya sebagai formalitas, datang juga sekedar ikut membaca. Pada waktu luang, saya lebih memilih melakukan aktivitas manusia biasa daripada belajar Fa, tidak meletakkan belajar Fa sebagai yang terpenting. Meski tahu Dafa baik, namun setiap tingkah laku dan perbuatan saya tidak berlandaskan prinsip-prinsip Fa. Karena kurang belajar Fa membuat kita jauh terpisah dari karakter alam semesta “Sejati-Baik-Sabar”, terlena dalam kenikmatan duniawi.

Suatu saat tiba-tiba saya merasakan nyeri di bagian dada, rasanya seperti disengat listrik, sebentar muncul sebentar hilang. Awalnya saya biarkan karena mengira itu hanyalah efek pra-menstruasi. Namun rasa nyeri itu tak kunjung hilang bahkan semakin bertambah parah setelah satu bulan. Rasa nyeri yang mengganggu membuat saya tidak dapat konsentrasi saat bekerja, tidur tidak nyenyak, hati selalu gelisah. Saya bertanya kian kemari berusaha mencari jawaban atas gejala ini. Seorang teman menganjurkan saya untuk memeriksakan diri ke dokter karena menurutnya rasa nyeri yang saya alami mirip dengan gejala kanker payudara yang pernah dideritanya. Dalam kebingungan, tiba-tiba saya teringat akan sebuah perkataan di buku Zhuan Falun,

“Bahwa semua peristiwa yang terjadi di tengah manusia biasa, menurut ajaran aliran Buddha, mempunyai Yinyuan Guanxi -- lahir, tua, sakit, mati, memang eksis secara demikian pada manusia biasa. Sebab penyakit dan kesengsaraan seseorang ditimbulkan oleh karma karena perbuatan buruk yang dilakukan pada masa lalu, mengalami kesusahan adalah membayar utang karma, maka siapa pun juga tidak boleh sembarangan mengubahnya.”  (Ceramah 4, Zhuan Falun)

Berawal dari sini, akhirnya saya bertekad untuk melanjutkan kultivasi dengan sungguh-sungguh. Saya kembali berlatih 5 perangkat Gong dan membaca buku Zhuan Falun serta ceramah-ceramah Guru yang lain. Setelah dua minggu berlatih dan membaca buku, tanpa saya sadari rasa sakit itu sudah hilang sama sekali. Dafa telah memberikan saya manfaat, maka seumur hidup saya tidak akan melepaskannya.

Mencari ke dalam setiap menemui masalah

Belajar Fa terus-menerus membuat saya memahami arti yang lebih dalam mengenai kehidupan "pengikut Dafa di Masa Pelurusan Fa." Memandang segala sesuatu dengan tolak ukur Fa, selalu berpikiran lurus, mencari ke dalam setiap menemui konflik dan meletakkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi.

Guru berulang kali mengingatkan kita untuk mencari ke dalam saat menemui konflik. Saya masih ingat kejadian beberapa bulan lalu dalam tim media kami. Beberapa praktisi mempersoalkan karakter dan cara praktisi A dalam berkoordinasi. Suatu ketika, sebuah insiden terjadi antara praktisi A dan praktisi B yang segera menyebar ke seluruh praktisi. Praktisi A memiliki sikap yang agak tertutup sehingga membuat praktisi B mempertanyakan sikapnya. Saya sebagai pihak yang tidak langsung terlibat pun merasa terusik dengan sikap praktisi A, saya tidak bisa menahan pikiran saya untuk tetap tenang. Setiap bertemu dia, sikap saya jadi berubah dan merasa tidak nyaman. Hal ini mengakibatkan situasi kerja dalam tim menjadi tidak harmonis. Akan tetapi saya tahu bahwa ini bukan tindakan yang benar dan saya harus berusaha mengatasinya. Peristiwa ini jelas menunjukkan keterikatan saya akan ego dan tidak suka dikritik.

Guru berkata,

“Dalam kerjasama antarkalian, hati merasa tidak seimbang, timbul emosi kemarahan, di saat itu sulit untuk berpikir pada diri sendiri, lihat bagaimana kondisi diri sendiri, titik tolaknya berupa hati manusia semacam apa. Kebanyakan di saat pendapat diri sendiri tidak digunakan, atau dipandang rendah oleh orang lain, refleksi dari kedua jenis hati ini adalah paling hebat.” - Ceramah Fa pada Konferensi di Washington DC 2009.

Saya mengerti akan pentingnya mencari ke dalam dan menyadari keterikatan hati saya. Seorang praktisi berdebat kian kemari mempermasalahkan apakah sesuatu itu benar atau salah. Awalnya saya tidak mengerti mengapa saya terusik, tapi kemudian saya menyadari bahwa seseorang harus melihat pada diri sendiri, mencari ke dalam bila melihat dua orang terlibat konflik. Jika hati kita tergerak, berarti kita sendiri sudah bermasalah. Bukankah ini sama dengan terikat pada keterikatan orang lain. Justru perilakunya itu adalah ujian terhadap pola pikir saya. Saat itu saya seharusnya melepaskan keterikatan saya.

Jika kita bisa melihat kejadian tersebut dari perspektif praktisi lain, kita akan mengerti. Jika kita tidak dapat melihat kekurangan kita, maka kita hanya bisa bertanya pada diri sendiri mengapa kita merasa kecewa. Ini ada hubungannya dengan mentalitas manusia kita, yang tanpanya, kita tidak mungkin terusik. Konflik terjadi untuk membantu kita menghilangkan pikiran manusia. Segera setelah saya mengubah pola pikir saya, situasi menjadi normal kembali.

Sebagai praktisi, kita harus memiliki hati yang belas kasih dan toleransi, tidak memandang berat pada masalah. maka suatu konflik dapat diselesaikan. Tidak akan ada di kemudian hari yang dapat menghentikan kita untuk menjadi satu tubuh dalam Dafa.

Demikianlah sekelumit kesan dari saya. Pengalaman di atas hanya sebatas pemahaman saya. Mohon dikoreksi jika ada kesalahan.

Akhir kata, saya merasa beruntung sekali dapat menjadi pengikut Guru dan pengikut Dafa pada masa Pelurusan Fa. Saya harus lebih rajin serta berusaha lebih baik dalam melakukan tiga hal dan pulang bersama Guru. Terima kasih Guru, terima kasih rekan-rekan praktisi.