Pemandangan Menakutkan Penganiayaan di Kota Qiqihar
(Minghui.org) Sejak Juli 1999, petugas
Kota Qiqihar kembali melanjutkan penganiayaan terhadap praktisi
Falun Gong dibawah arahan langsung dari Kepala Komite Politik dan
Hukum Ma Zhanjiang, kepala Kantor 610, Li Jiaming, dan para petugas
dari departemen kepolisian kota, serta petugas dari berbagai
distrik di Kota Qiqihar.
Di dalam kota, banyak kantor
polisi yang juga ikut andil dalam berbagai kesempatan.
Kantor-kantor polisi yang terlibat antara lain: Kantor Polisi
Longsha, Kantor Polisi Xingongdi di Distrik Tiefeng, Kantor Polisi
Longhualu, Kantor Polisi Shuguang, Kantor Polisi Wenhualu di
Distrik Jianhua, Kantor Polisi Xinjianglu, Kantor Polisi Beijuzhai,
Kantor Polisi Qingyunjie di Distrik Longsha, Kantor Polisi Jiangan,
Kantor Polisi Xinlijie dan Kantor Polisi Zhengri. Dua kantor polisi
di pinggiran Kota Qiqihar terkenal dengan kekejamannya dalam
menganiaya praktisi - Kantor Polisi Hongan di Distrik Fula’erji dan
Kantor Polisi Yuejin di Distrik Nianzishan.
Para petugas ini tidak hanya menganiaya praktisi lokal, mereka juga memperluas cakupan penganiayaan sampai ke berbagai kota lain, kotapraja, dan desa-desa di pinggiran kota Harbin, Daqing, Mudanjiang, Suihua, dan Daxinganling. Petugas dari berbagai departemen berkolaborasi dengan pihak pengadilan dan kejaksaan untuk menjatuhkan hukuman secara ilegal terhadap praktisi dengan hukuman minimum satu tahun sampai maksimum 13 tahun penjara atau kerja paksa. Penganiayaan semacam ini telah menghancurkan entah berapa banyak keluarga.
Petugas polisi Kota Qiqihar menyiksa praktisi dengan tongkat kayu, mereka memukuli kaki praktisi hingga tulangnya patah. Mereka membakar pundak praktisi dengan cangkir-cangkir aluminium yang berisikan air panas, kemudian cangkir-cangkirnya dipindahkan ke tubuh bagian lain ketika lepuhnya sudah timbul; mengikat praktisi di ranjang; memaksa praktisi duduk di kursi besi dalam waktu yang lama; menyirami air dingin ke tubuh praktisi pada saat musim dingin; menyetrum payudara dan kemaluan praktisi wanita dengan tongkat listrik; menutupi mulut praktisi dengan lakban; menyumbat mulut praktisi dengan kaus kaki; menganggu tidur praktisi; dan memukuli praktisi dengan balok dan palu besi.
Praktisi Xu Linshan, pria, disiram dengan air dingin saat musim dingin. Dia dipaksa duduk di bangku besi dengan tangan diborgol. Petugas penjara menusuk dadanya dengan kaki kursi yang tajam dan rusak. Dada Xu luka parah, dan bajunya berlumuran darah. Petugas Penjara Tailai di Kota Qiqihar juga mencekokin Xu dengan air garam pekat. Akhirnya dia meninggal dunia akibat menderita penyiksaan semacam ini.
Praktisi Pan Benyu, pria, pernah dianiaya di Kamp Kerja Paksa Nianzishan. Petugas memukuli kepalanya setiap hari dengan pipa plastik keras. Dia menjadi hilang ingatan. Dibawah cuaca yang dingin membeku, mereka juga menyiram air dingin ke tubuhnya selama lebih dari satu jam, dan dia pun menggigil tak terkendali. Dia dipukuli hingga tidak sadarkan diri di Kamp Kerja Paksa Fuyu, kemudian kulitnya melepuh. Mereka menebas mukanya dengan ikat pinggang kulit sehingga tubuhnya tercabik-cabik. Perutnya ditendang sampai kehilangan kesadaran dan berdarah. Kemudian petugas Wang memukulinya hingga hampir mati. Dia akhirnya dilarikan ke sebuah rumah sakit untuk mendapatkan perawatan darurat.
Pada pukul 8 pagi, 9 Juli 2009, petugas penjara menembak praktisi Guo Yumin. Semua orang menyaksikan peristiwa ini. Putrinya langsung pingsan ketika diberitahu berita mengejutkan ini dan dia tidak dapat mengikuti ujian di universitas pada hari itu juga. Petugas rezim bahkan mencoba untuk menahan anak-anak Guo, tetapi tidak jadi dilakukan setelah para tetangga dan pejalan kaki yang lewat mencela aksi mereka.
Petugas wanita Li yang berasal dari Pusat Penahanan Hongan, Distrik Fula’erji menjambak rambut praktisi dan memukuli mereka secara brutal, menjambak sampai banyak rambut yang rontok. Petugas pria Liu Dongsheng mematikan lampu di ruang interogasi dan melakukan pelecehan seksual terhadap praktisi wanita dengan berdalih ingin melakukan pemeriksaan badan.
Pada tahun 2003, kamp kerja paksa melakukan sebuah kampanye yang dipenuhi dengan aksi penyiksaan untuk mencoba memaksa praktisi melepaskan kepercayaan mereka. Banyak dari mereka menjadi cacat akibat penyiksaan ini. Dua praktisi — He Chunhua dan Kong Linghua — bahkan menjadi cacat mental.
Pada 16 Februari 2004, petugas di Kamp Kerja Paksa Shuanghe antara lain Xiao Jindong, Hong Zhengquan, dan Wang Yufeng diintruksikan oleh kepala tim Wan Mei, Wang Yang, Guo Li, Zhang Zhijie, Fu Chengjuan, dan Liu Shurong untuk menganiaya praktisi secara brutal. Tidak ada petugas yang diijinkan pulang ke rumah selama sebulan, dan petugas dari berbagai daerah ini disuruh untuk menyiksa praktisi baik siang maupun malam. Tiga puluh praktisi dibawah ke lantai empat untuk disiksa secara brutal.
Petugas mengikat lengan praktisi ke kursi besi, lengan-lengan mereka dibelitkan pada lingkaran dan tangan mereka diborgol menjadi satu. Kaki mereka diikat menjadi satu. Praktisi tidak dapat berdiri, duduk, maupun berlutut. Para pelaku penyiksaan mengangkat mereka dengan menarik tambang yang mengikat kedua tangan dan kaki mereka, lalu secara tiba-tiba melepaskan tambangnya, sehingga menimbulkan rasa sakit sangat hebat. Diamati oleh semua orang di sana, para penyiksa meneriaki praktisi dengan mengatakan, “Kami telah menghubungi bagian pembakaran mayat; jika kalian mati, kalian akan dikremasi dan kematian kalian akan diakui sebagai kasus bunuh diri.” Petugas Wang Yufeng memerintah yang lain untuk memukuli praktisi dengan tongkat besar secara brutal.
Praktisi Wang Yangxing dipukuli dengan sangat hebat hingga mengalami sesak nafas. Lengan Zhang Liqun menjadi memar. Dia tidak dapat berdiri tegak akibat dari pemukulan itu. Xu Hongmei tidak dapat berjalan; Gao Shuying tergeletak di lantai dan tidak dapat bangun; Jiang Yuzhu tidak dapat dikenali lagi karena banyaknya luka pada tubuhnya; Wang Guofang, 42 tahun berasal dari Kota Daqing dipukuli hingga meninggal dunia dan memuntahkan banyak darah sebelum dia meninggal. Petugas berbohong kepada keluarganya, dengan mengatakan bahwa Wang melakukan bunuh diri. Cheng Chunmin menderita penyiksaan yang tidak berperikemanusiaan, dan akhirnya diumumkan menghilang.
Dibawah ini adalah sebuah kutipan surat yang ditulis oleh Xu Hongmei, 30 tahun, sebelum dia meninggal dunia, yang menggambarkan belasan penyiksaan dan penganiayaan yang dialaminya.
“Di tengah malam, saya tiba-tiba dibangunkan. Petugas Zhang Zhijie menyeretku menuju sebuah ruangan yang terletak di lantai empat. Kata-kata memfitnah Guru dan Falun Gong ditempel di mana-mana. Petugas berjalan ke sana ke mari berpartroli di koridor yang berada di bagian luar dari ruangan itu. Saya melihat praktisi di setiap ruang diikat ke kursi-kursi besi dalam posisi berlutut, kepala menunduk, mata ditutupi. Petugas berdiri di samping mereka dengan meneriaki dan mengancam mereka.”
“Petugas Xu mengangkat diriku, kemudian melemparku di lantai. Dia menendangku dengan brutal dan memukuliku sambil menarik rambutku. Saya merasa bagaikan kulit kepalaku akan terkelupas dari tengkorakku, dan segenggam rambut tercabut. Tubuhku penuh luka memar. Ketika dia lelah memukuliku, dia mengikat kedua tanganku di belakang dan mengantung saya dengan mengikat saya pada pipa di atas kepalaku, kemudian menyetrum dengan tongkat listrik, sambil berteriak, ‘Saya tidak akan berhenti menyetrum sampai kamu membasahi celana kamu.’ Saya dapat mendengarkan berbagai jeritan kesakitan dari ruangan sebelah; semua ini benar-benar bagaikan berada di neraka. Beberapa hari kemudian, para narapidana membawaku kembali ke sel tahanan. Mereka memandangku dengan berlinang ari mata. Saya tidak dapat menahan air mataku lagi. Praktisi lain juga disiksa dengan cara sama selama lebih dari sebulan.”
Xu Hongmei dan pratisi Shen Zili meninggal dunia pada hari yang sama di rumah saki - 27 Februari 2007
Pada 9 September 2005, mantan kepala pusat Komite Politik dan Hukum, Luo Gan mengunjungi Kamp Kerja Paksa Shuanghe untuk “mengajari” petugas rezim. Setelah itu, mantan kepala deputi departemen kepolisian Bai mengunjungi Kota Qiqihar. Dengan dihasut oleh dua orang pejabat pria yang memiliki pangkat tinggi ini, petugas dari kedua kota itu pun memulai kampanye penganiaaan brutal pada Maret 2006.
Pada 29 Maret 2006, diperintah oleh kepala biro Liu Gang, petugas dari Departemen Kepolisian Distrik di Kota Qiqihar tiba-tiba melakukan penahanan besar-besaran terhadap praktisi. Dalam sehari saja, 51 praktisi telah ditahan secara ilegal. Banyak buku Falun Gong, brosur, barang milik pribadi, dan properti lain disita. Kemudian, praktisi ini disiksa secara brutal dan ditahan di kamp-kamp kerja paksa serta penjara.
Petugas dari Kota Qiqihar masih terus menganiaya praktisi sampai tahun 2010. Dalam periode singkat sekitar 3 bulan, lebih dari 40 praktisi ditahan.
Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2011/3/16/发生在齐齐哈尔的触目惊心的一幕幕-237621.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/4/9/124309.html
Para petugas ini tidak hanya menganiaya praktisi lokal, mereka juga memperluas cakupan penganiayaan sampai ke berbagai kota lain, kotapraja, dan desa-desa di pinggiran kota Harbin, Daqing, Mudanjiang, Suihua, dan Daxinganling. Petugas dari berbagai departemen berkolaborasi dengan pihak pengadilan dan kejaksaan untuk menjatuhkan hukuman secara ilegal terhadap praktisi dengan hukuman minimum satu tahun sampai maksimum 13 tahun penjara atau kerja paksa. Penganiayaan semacam ini telah menghancurkan entah berapa banyak keluarga.
Petugas polisi Kota Qiqihar menyiksa praktisi dengan tongkat kayu, mereka memukuli kaki praktisi hingga tulangnya patah. Mereka membakar pundak praktisi dengan cangkir-cangkir aluminium yang berisikan air panas, kemudian cangkir-cangkirnya dipindahkan ke tubuh bagian lain ketika lepuhnya sudah timbul; mengikat praktisi di ranjang; memaksa praktisi duduk di kursi besi dalam waktu yang lama; menyirami air dingin ke tubuh praktisi pada saat musim dingin; menyetrum payudara dan kemaluan praktisi wanita dengan tongkat listrik; menutupi mulut praktisi dengan lakban; menyumbat mulut praktisi dengan kaus kaki; menganggu tidur praktisi; dan memukuli praktisi dengan balok dan palu besi.
Praktisi Xu Linshan, pria, disiram dengan air dingin saat musim dingin. Dia dipaksa duduk di bangku besi dengan tangan diborgol. Petugas penjara menusuk dadanya dengan kaki kursi yang tajam dan rusak. Dada Xu luka parah, dan bajunya berlumuran darah. Petugas Penjara Tailai di Kota Qiqihar juga mencekokin Xu dengan air garam pekat. Akhirnya dia meninggal dunia akibat menderita penyiksaan semacam ini.
Praktisi Pan Benyu, pria, pernah dianiaya di Kamp Kerja Paksa Nianzishan. Petugas memukuli kepalanya setiap hari dengan pipa plastik keras. Dia menjadi hilang ingatan. Dibawah cuaca yang dingin membeku, mereka juga menyiram air dingin ke tubuhnya selama lebih dari satu jam, dan dia pun menggigil tak terkendali. Dia dipukuli hingga tidak sadarkan diri di Kamp Kerja Paksa Fuyu, kemudian kulitnya melepuh. Mereka menebas mukanya dengan ikat pinggang kulit sehingga tubuhnya tercabik-cabik. Perutnya ditendang sampai kehilangan kesadaran dan berdarah. Kemudian petugas Wang memukulinya hingga hampir mati. Dia akhirnya dilarikan ke sebuah rumah sakit untuk mendapatkan perawatan darurat.
Pada pukul 8 pagi, 9 Juli 2009, petugas penjara menembak praktisi Guo Yumin. Semua orang menyaksikan peristiwa ini. Putrinya langsung pingsan ketika diberitahu berita mengejutkan ini dan dia tidak dapat mengikuti ujian di universitas pada hari itu juga. Petugas rezim bahkan mencoba untuk menahan anak-anak Guo, tetapi tidak jadi dilakukan setelah para tetangga dan pejalan kaki yang lewat mencela aksi mereka.
Petugas wanita Li yang berasal dari Pusat Penahanan Hongan, Distrik Fula’erji menjambak rambut praktisi dan memukuli mereka secara brutal, menjambak sampai banyak rambut yang rontok. Petugas pria Liu Dongsheng mematikan lampu di ruang interogasi dan melakukan pelecehan seksual terhadap praktisi wanita dengan berdalih ingin melakukan pemeriksaan badan.
Pada tahun 2003, kamp kerja paksa melakukan sebuah kampanye yang dipenuhi dengan aksi penyiksaan untuk mencoba memaksa praktisi melepaskan kepercayaan mereka. Banyak dari mereka menjadi cacat akibat penyiksaan ini. Dua praktisi — He Chunhua dan Kong Linghua — bahkan menjadi cacat mental.
Pada 16 Februari 2004, petugas di Kamp Kerja Paksa Shuanghe antara lain Xiao Jindong, Hong Zhengquan, dan Wang Yufeng diintruksikan oleh kepala tim Wan Mei, Wang Yang, Guo Li, Zhang Zhijie, Fu Chengjuan, dan Liu Shurong untuk menganiaya praktisi secara brutal. Tidak ada petugas yang diijinkan pulang ke rumah selama sebulan, dan petugas dari berbagai daerah ini disuruh untuk menyiksa praktisi baik siang maupun malam. Tiga puluh praktisi dibawah ke lantai empat untuk disiksa secara brutal.
Petugas mengikat lengan praktisi ke kursi besi, lengan-lengan mereka dibelitkan pada lingkaran dan tangan mereka diborgol menjadi satu. Kaki mereka diikat menjadi satu. Praktisi tidak dapat berdiri, duduk, maupun berlutut. Para pelaku penyiksaan mengangkat mereka dengan menarik tambang yang mengikat kedua tangan dan kaki mereka, lalu secara tiba-tiba melepaskan tambangnya, sehingga menimbulkan rasa sakit sangat hebat. Diamati oleh semua orang di sana, para penyiksa meneriaki praktisi dengan mengatakan, “Kami telah menghubungi bagian pembakaran mayat; jika kalian mati, kalian akan dikremasi dan kematian kalian akan diakui sebagai kasus bunuh diri.” Petugas Wang Yufeng memerintah yang lain untuk memukuli praktisi dengan tongkat besar secara brutal.
Praktisi Wang Yangxing dipukuli dengan sangat hebat hingga mengalami sesak nafas. Lengan Zhang Liqun menjadi memar. Dia tidak dapat berdiri tegak akibat dari pemukulan itu. Xu Hongmei tidak dapat berjalan; Gao Shuying tergeletak di lantai dan tidak dapat bangun; Jiang Yuzhu tidak dapat dikenali lagi karena banyaknya luka pada tubuhnya; Wang Guofang, 42 tahun berasal dari Kota Daqing dipukuli hingga meninggal dunia dan memuntahkan banyak darah sebelum dia meninggal. Petugas berbohong kepada keluarganya, dengan mengatakan bahwa Wang melakukan bunuh diri. Cheng Chunmin menderita penyiksaan yang tidak berperikemanusiaan, dan akhirnya diumumkan menghilang.
Dibawah ini adalah sebuah kutipan surat yang ditulis oleh Xu Hongmei, 30 tahun, sebelum dia meninggal dunia, yang menggambarkan belasan penyiksaan dan penganiayaan yang dialaminya.
“Di tengah malam, saya tiba-tiba dibangunkan. Petugas Zhang Zhijie menyeretku menuju sebuah ruangan yang terletak di lantai empat. Kata-kata memfitnah Guru dan Falun Gong ditempel di mana-mana. Petugas berjalan ke sana ke mari berpartroli di koridor yang berada di bagian luar dari ruangan itu. Saya melihat praktisi di setiap ruang diikat ke kursi-kursi besi dalam posisi berlutut, kepala menunduk, mata ditutupi. Petugas berdiri di samping mereka dengan meneriaki dan mengancam mereka.”
“Petugas Xu mengangkat diriku, kemudian melemparku di lantai. Dia menendangku dengan brutal dan memukuliku sambil menarik rambutku. Saya merasa bagaikan kulit kepalaku akan terkelupas dari tengkorakku, dan segenggam rambut tercabut. Tubuhku penuh luka memar. Ketika dia lelah memukuliku, dia mengikat kedua tanganku di belakang dan mengantung saya dengan mengikat saya pada pipa di atas kepalaku, kemudian menyetrum dengan tongkat listrik, sambil berteriak, ‘Saya tidak akan berhenti menyetrum sampai kamu membasahi celana kamu.’ Saya dapat mendengarkan berbagai jeritan kesakitan dari ruangan sebelah; semua ini benar-benar bagaikan berada di neraka. Beberapa hari kemudian, para narapidana membawaku kembali ke sel tahanan. Mereka memandangku dengan berlinang ari mata. Saya tidak dapat menahan air mataku lagi. Praktisi lain juga disiksa dengan cara sama selama lebih dari sebulan.”
Xu Hongmei dan pratisi Shen Zili meninggal dunia pada hari yang sama di rumah saki - 27 Februari 2007
Pada 9 September 2005, mantan kepala pusat Komite Politik dan Hukum, Luo Gan mengunjungi Kamp Kerja Paksa Shuanghe untuk “mengajari” petugas rezim. Setelah itu, mantan kepala deputi departemen kepolisian Bai mengunjungi Kota Qiqihar. Dengan dihasut oleh dua orang pejabat pria yang memiliki pangkat tinggi ini, petugas dari kedua kota itu pun memulai kampanye penganiaaan brutal pada Maret 2006.
Pada 29 Maret 2006, diperintah oleh kepala biro Liu Gang, petugas dari Departemen Kepolisian Distrik di Kota Qiqihar tiba-tiba melakukan penahanan besar-besaran terhadap praktisi. Dalam sehari saja, 51 praktisi telah ditahan secara ilegal. Banyak buku Falun Gong, brosur, barang milik pribadi, dan properti lain disita. Kemudian, praktisi ini disiksa secara brutal dan ditahan di kamp-kamp kerja paksa serta penjara.
Petugas dari Kota Qiqihar masih terus menganiaya praktisi sampai tahun 2010. Dalam periode singkat sekitar 3 bulan, lebih dari 40 praktisi ditahan.
Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2011/3/16/发生在齐齐哈尔的触目惊心的一幕幕-237621.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/4/9/124309.html
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org