Nama: Wan Lihua (万 利华)
Jenis kelamin: Wanita
Umur: 45
Alamat: tidak diketahui
Pekerjaan: Perawat di Rumah Sakit Xiangyang 477
Tanggal Penangkapan Terakhir: Musim panas Tahun 2001
Tempat Penahanan Terakhir: Kamp Kerja Paksa Shayang (沙洋 劳教所)
Kota: Xiangyang
Provinsi: Hubei
Penganiayaan yang Diderita: Kejutan listrik, dilarang tidur, suntikan paksa / obat racun, pemukulan, kurungan isolasi, penyiksaan, penganiayaan seksual, dipecat dari tempat kerja, rumah sakit jiwa, interogasi, pelarangan penggunaan kamar kecil

(Minghui.org) Wan Lihua, 45, adalah seorang perawat di Rumah Sakit Xiangyang 477. Dia menderita gangguan mental setelah mengalami penganiayaan di Kamp Kerja Paksa Shayang. Rambutnya semua telah memutih. Dia kehilangan kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri, maka ibunya telah merawatnya selama beberapa tahun terakhir. Setelah kematian ibunya pada tahun 2010, ia mulai berkeliaran di jalanan.

Tidak ada cara untuk mencatat semua rincian penganiayaan yang dia derita karena kondisi mentalnya. Berikut ini adalah catatan saksi mata tentang sebagian dari penganiayaan yang ia derita.

Wan pergi ke Beijing untuk memohon keadilan bagi Falun Gong pada bulan September dan Oktober 1999. Ia ditahan dan dipukuli. Terkelabui oleh propaganda anti-Falun Gong, kakak iparnya dan polisi setempat membawa Wan ke RS Anding (rumah sakit jiwa) di Kota Xiangfan pada bulan Agustus 2000. Wan diikat ke tempat tidur besi, diberi makan paksa dan disuntik berkali-kali dengan obat-obatan yang merusak sistem saraf pusatnya. Jika Wan tidak mengikuti instruksi, maka ia dipukuli dengan brutal dan disetrum dengan tongkat listrik. Penyiksaan kadang-kadang berlangsung beberapa jam. Ketika ia kembali ke rumah setelah dua bulan penganiayaan, ia tidak bisa berpikir jernih dan linglung.

Menurut praktisi Zhou Yuantao, seorang insinyur di Institut 609 yang juga ditahan di Rumah Sakit Anding dan meninggal pada bulan Juni 2006, beberapa dokter tahu bahwa para praktisi itu sehat baik secara fisik dan mental. Namun, mereka berkata dengan keji, "Orang yang normal tidak akan dapat diubah dengan satu pil, tapi saya akan memberimu sepuluh!"

Wan dipecat dari pekerjaannya setelah dia pulang ke rumah. Dengan perawatan ibunya, ia sembuh sampai batas tertentu setelah satu bulan. Dia mulai menyemir sepatu untuk menopang hidupnya.

Pada musim semi tahun 2001, kakak ipar mengetahui keberadaannya, dan polisi membawa Wan ke Kamp Kerja Paksa Shayang. Menurut saksi mata, dia disiksa. Awalnya para penjaga berusaha untuk "mentransformasi"-nya dengan menggunakan siksaan dan interogasi. Wan menolak dan tidak menyerah. Para penjaga melarang dia tidur dengan bergantian menginterogasinya. Meskipun dirinya di ambang kehancuran, dia tidak menyerah. Pengawal Ouyang Daixia dan Gong Shan berulang kali menampar wajah sambil mengumpat ke arahnya. Wajahnya membengkak. Para penjaga kemudian menyeretnya ke sebuah ruangan rahasia dan menyetrumnya dengan tongkat listrik. Mereka menyambung kabel pada kedua tangannya dan mengalirkan arus listrik melalui tubuhnya. Korban kehilangan kesadaran akibat setruman. Ketika dia sadar dan membuka kembali matanya, para penjaga menyetrum dengan tongkat listrik lagi. Mereka berulang kali menyetrum dan ia tidak bisa mengingat berapa kali ia pingsan. Lebih dari 10 hari penyiksaan brutal dan dilarang tidur dalam jangka panjang telah merusak mentalnya. Dia mulai mengalami halusinasi pendengaran dan visual serta bergumam sendiri sepanjang waktu. Dia menganggap dinding putih sebagai jalan dan sering membenturkan kepalanya ke dinding. Dia mengalami beberapa benjolan di kepalanya.

Peragaan Penyiksaan: Menyetrum dengan tongkat listrik

Para penjaga berusaha memaksa praktisi untuk menonton film penuh fitnahan terhadap Falun Dafa dari 01-04 Mei tahun 2001. Pada 3 Mei para penjaga memerintahkan praktisi untuk bergiliran menyanyikan lagu-lagu yang memuji Partai Komunis China (PKC). Wan dan Zhou Ping menolak untuk menyanyi dan malahan memekikkan: "Falun Dafa baik!" Akibatnya para penjaga memerintahkan tahanan untuk memukuli, memborgol dan menyetrum mereka. Sebagai protes, para praktisi berlari ke gerbang kamp. Wan mencoba untuk membuka gerbang dan diseret kembali oleh para penjaga. Dia disiksa lebih lanjut sesudahnya.

Para penjaga memulai babak penganiayaan berikut pada akhir Agustus. Mereka mengurung Wan di sel isolasi selama beberapa bulan. Dia diawasi dan tidak diizinkan untuk menggunakan kamar kecil.

Penjaga menggunakan metode lain untuk menyiksa praktisi Wan termasuk: memaksa dia berdiri di matahari pada musim panas, memaksa dia jongkok di tengah rumput sehingga ia digigit oleh nyamuk; bertelanjang kaki berdiri di lantai beton di samping toilet di musim dingin; menjejali mulutnya dengan kain kotor dan memukulinya; menyambak rambutnya dan memelintirnya, menendang dan memukul dada, punggung, dan leher; menjentikkan kelopak matanya; memukul kepala, kaki dan jari kaki dengan bangku dan lain-lain. Mereka bahkan menarik keras puting dan menekan payudaranya. Kepalanya penuh memar. Rasa sakit sehingga dia tidak bisa keramas atau menyisir rambutnya. Rambutnya rontok dengan mudah.

Dia menderita gangguan mental saat dia dibebaskan dari Kamp Kerja Paksa Shayang. Dia kehilangan kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri.