Menghadapi Keterikatan Praktisi Lain
Dengan Selalu Melihat Ke Dalam dan
Berkultivasi Di Tengah Konflik
(Minghui.org) Seorang praktisi perempuan
yang dikeluarkan dari pekerjaan karena penganiayaan, telah
mengembara, melakukan pekerjaan sambilan dan menyewa tempat untuk
hidup selama dekade terakhir. Dia terkadang tinggal dengan praktisi
lain, tapi baru-baru ini dia pindah ke rumah saya dan tinggal
bersama saya. Pada mulanya kami bekerja bagus satu sama lain dalan
melakukan tiga hal. Namun demikian konflikpun muncul satu per satu,
jadi kami akhirnya berdebat dan kesal satu sama lain.
Di permukaan, konflik kami mulai
muncul ketika sedang sharing. Saya bilang saya sangat jelas pada
prinsip Fa. Saya juga menunjuk pada fakta bahwa dia tidak merujuk
pada kutipan Guru secara cermat, dan saya dapat membawakan paragraf
yang dia maksudkan dengan cepat. Saya juga menunjukkan kepadanya
bahwa dia sering salah ketika membaca Fa dalam kelompok belajar
kami. Kadang ketika saya mengoreksi kesalahannya, dia marah pada
saya untuk hal lain. Dia bilang bahwa saya menyanjung diri sendiri
dan menganggap rendah lawan. Dia kemudian mengkritik saya karena
tidak secara proaktiv melakukan tiga hal. Saya sering menelusuri
web dengan menggunakan perangkat lunak untuk menembus blokade
internet, dan berakhir dengan membuang-buang waktu. Dia selalu
ingin menunjukkan pada saya apa yang seharusnya saya lakukan.
Segera setelah saya mulai mengkritik dia sedikit, dia ingin
membuktikan diri dan mencari kekurangan saya.
Awalnya saya merasa sebab dia mengira bahwa saya memandang rendah terhadapnya, sehingga dia sengaja mencari kesalahan saya, untuk membuktikan diri dan melindungi diri. Saya tidak ingin menjelaskan kepadanya, karena saya pikir tidak produktif, karena keterikatannya untuk membuktikan diri sendiri samgat kuat. Bagaimanapun saya telah mencari keluar, dan saya tidak melihat ke dalam.
Ketika muncul konflik, saya melihat keterikatannya. Sesungguhnya, saya mempunyai keterikatan itu juga. Saya harus melihatnya, sebab keterikatannya dikarenakan oleh saya. Saya sungguh menyadari bahwa hanya dengan melihat ke dalam, saya mungkin dapat menyelesaikan masalah tersebut. Lingkungan di antara praktisi adalah lingkungan untuk orang lain, dan tingkah laku seorang praktisi adalah cermin bagi praktisi lain. Guru berkata pada "Ceramah Fa Pada Konferensi Fa Australia,"
"...jika di hadapan konflik anda benar-benar dapat mencari penyebabnya ke dalam diri sendiri dan kemudian meluruskan diri sendiri terlebih dahulu, anda telah melewati ujian."
Melalui konflik itu, saya menyadari bahwa saya harus dengan cermat melihat ke dalam. Sebagian alasan bahwa dia berprilaku seperti itu sudah diatur oleh Guru, untuk membantu saya berkultivasi dan meningkatkan diri. Jika saya bisa memperbaiki diri, kemungkinan dia akan mengubah prilakunya sebagai hasilnya.
Para praktisi harus melihat ke dalam dalam keadaan apapun. Saya jadi mengerti bahwa ini berarti sepenuhnya mengabaikan kekurangan dan kesalahan orang lain. Jika saya menemukan kesalahan dan kekurangan orang lain, itu bisa jadi kultivasi saya untuk mereka dan bukan untuk saya. Kita harus tidak berusaha melihat kesalahan orang lain sewaktu melihat ke dalam. Namun keterikatan saya untuk membuktikan diri sendiri selalu membuat saya melihat kekuatan sendiri, begitu juga kekurangan orang lain. Ini juga akar penyebab mentalitas pamer saya, cemburu, mentalitas bersaing, dan kegembiraan hati. Kenyataannya bahwa saya selalu ingin memamerkan pemahaman saya terhadap prinsip Fa, dan merasa lebih berkompeten dari yang lain dalam menulis artikel, membangkitkan keterikatan orang lain, oleh karena itu konflikpun muncul.
Setelah mendengar kritik orang lain, pertama-tama kita harus sabar. Dengan manusia biasa, kita harus menahan diri kita seperti apa yang tertera dalam Zhuan Falun "...dipukul tidak membalas, dicaci juga tidak membalas.." praktisi harus sabar. Ada beberapa kali ketika seorang praktisi mengkritik saya di depan orang lain, dimana saya berhasil untuk tidak bicara, dan tetap tenang. Saya pikir bahwa saya telah melatih sabar dengan bagus. Namun menghadapi kritikan dia, keterikatan saya terhadap ego dan membuktikan diri sendiri terkadang muncul seketika, dan saya bicara dan terkadang menjadi sedikit marah. Begitu saya marah, seketika itu juga saya menyesal. Saya sering memperingatkan diri saya sendiri bahwa apapun yang terjadi, ketika saya berjumpa dengan kejadian yang tiba-tiba, saya harus mempertahankan xinxing (watak kualitas moral saya). Tapi kenyataannya, saya tidak selalu dapat demikian. Oleh karena itu, saya perlu terus belajar Fa dan memperbaiki diri sendiri dengan standar Fa. Berjumpa dengan konflik sama sekali bukan sesuatu yang jelek, karena seseorang ditempatkan ke dalam kondisi demikian adalah untuk mengekspos keterikatan seseorang, agar bisa melihatnya dan menyingkirkannya.
Guru berkata dalam “Ceramah Fa pada Konferensi Fa Internasional di New York tahun 2004,”
Jika anda sedang membuktikan kebenaran Fa, orang lain mengatakan apapun anda juga tidak akan tergerak hatinya. Jika orang lain telah menentang pendapat anda, telah menusuk perasaan anda, anda merasa tidak nyaman, disaat orang lain menyatakan pendapat yang menentang atau tidak setuju dengan pendapat anda yang khusus ditujukan kepada masalah anda, anda merasa tidak nyaman disaat itu, jika anda sampai bangkit menolak dan berdalih membenarkan, sehingga menyebabkan topik masalah menjadi kabur atau anda tidak memperdulikannya lagi, sekalipun itu merupakan dalih pembenaran yang berniat paling baik, juga berarti anda sedang membuktikan kebenaran diri sendiri, (tepuk tangan) karena anda tidak meletakkan Dafa pada posisi nomor satu, saat itu yang paling tidak dapat anda lepas adalah ego pribadi.
Setelah berdebat dengan orang lain, saya diam dan mulai melihat ke dalam. Saya mulai mengingat paragraf ini, dan seolah-olah hal itu ditujukan hanya untuk saya. Jika niat saya semata-mata untuk membuktikan Fa, maka apapun yang orang lain katakan, saya tidak akan tergerak sedikitpun. Saya bisa tidak tergerak apapun yang orang lain katakan pada saya. Saya benar-benar menyadari bahwa tidak ada gunanya berdebat. Makin berdebat makin kelihatan sedang melindungi diri sendiri. Jika saya memiliki keterikatan ini, saya harus menyingkirkannya. Bila tidak saya tidak perlu mengemukakan pendapat.
Ketika dia terus mencari kekurangan saya dan menyalahi saya karena kekurangan dan kesalahan saya, pada mulanya saya tidak bisa tahan. Tapi kemudian saya merasa sakit hati karena dia membuat saya kehilangan kehormatan diri, sehingga saya berdebat dengannya. Setelah itu saya merasa sangat menyesal. Saya tidak mendengarkan pendapat orang lain dan tidak berhasil untuk melihat ke dalam tanpa syarat. Saya menyadari masalah ini dari beberapa aspek.
1. Ketika orang lain menunjuk kekurangan dan kesalahan saya, saya menjadi marah. Tapi usaha saya mencegah orang lain membicarakan saya adalah seperti membungkus api menggunakan secarik kertas. Bahkan jika orang lain tidak membicarakan saya di depan, mereka mungkin masih membicarakannya di belakang. Dan bahkan jika dia tidak membicarakan saya, itu tidak berarti orang lain tidak membicarakan saya. Kesalahan seseorang atau kekurangan seseorang adalah sesuatu yang negatif, jadi ketika dia membicarakannya dengan saya, bukankah sedang menciptakan kesempatan bagi saya untuk menyingkirkannya? Bukankah sedang membantu saya meningkatkan kepercayaan diri?
2. Tentu saja terkadang apa yang dia katakan tidak betul-betul berdasarkan fakta, atau argumennya bias, dan saya merasa disalahkan atau marah. Tentu saja segala sesuatu yang saya rasakan tidak berdasarkan fakta, saya dapat menjelaskannya dengan niat baik. Namun bagi sesuatu yang sulit saya jelaskan, saya tidak boleh berdebat terlalu panjang. Jika saya memang salah, saya harus menganggapnya sebagai pembayaran karma, dan memperlakukan pendapat orang lain sebagai standar yang lebih tinggi bagi saya sendiri untuk membantu saya meningkat, dan melakukan lebih baik di kemudian hari. Terkadang ketika dia mengatakan bahwa saya tidak cukup melakukan pekerjaan Dafa, saya tidak tahan untuk tidak menyebutkannya satu per satu di depan dia. Saya kemudian berpikir, "Bukankah tujuan saya melakukan hal ini untuk memenuhi sumpah janji prasejarah saya dan menjungjung tinggi hati nurani saya, tidak untuk ditunjukkan pada orang lain? Lantas mengapa saya harus memberitahu orang lain?"
3. Tentu saja ketika orang lain mengatakan yang tidak baik, atau bahkan menggunakan bahasa menyerang saya, saya harus lebih melatih kesabaran. Jika saya memakai kata yang tidak baik saat itu, kedua belah pihak akan cidera, oleh karena itu kekuatan lama akan senang. Kejahatan bisa membangkitkan kejahatan pada orang lain, sedangkan kebaikan bisa membawa kebaikan pada orang lain. Dengan menjadi baik seseorang bisa menaklukkan kejahatan.
Contoh, ketika seseorang memaki saya di depan orang lain, saya terkadang tidak bicara sepatah kata pun, seolah-olah saya pengecut dan terhina, orang lain bisa memandang rendah saya. Tapi kenyataannya, kesabaran yang memungkinkan sesorang mempertahankan kebaikan terbesar sangatlah kuat, dan hal itu menyentuh hati setiap orang. Seseorang tidak akan dipandang rendah, tapi sebaliknya, orang mungkin akan sangat menghargai orang tersebut. Ada beberapa kali ketika saya dimarahi saat belajar Fa bersama. Saya tidak tergerak dan tidak berkata apa-apa. bahkan muka saya tidak nenunjukkan ekpresi bahwa saya marah. Sedangkan orang lain yang tadinya kasar sama saya tampak malu, dan ia menggunakan cara lain untuk menunjukkan maafnya pada saya.
Beberapa konflik kami datang dari gangguan perasaan. Pada awalnya ketika kami hidup bersama, kami saling menghargai. Setelah beberapa saat, kami merasa seolah-olah satu keluarga, dan perasaan juga berkembang. Ketika kami bicara satu sama lain, kami sudah tidak lagi mengkultivasi pembicaraan kami. Apa yang kami saling bicarakan satu sama lain terkadang menyakiti orang lain. Perasaan adalah egois. Ketika seseorang punya perasaan, seseorang ingin mendapatkan sesuatu, dan tidak akan pernah mau rugi, dan seseorang ingin mendapatkan lebih dan lebih. Ketika seseorang diliputi perasaan, ia akhirnya mengembangkan keterikatan, dan ketemu masalah. Oleh karena itu ada pepatah lama mengatakan, "Bagi orang-orang mulia persahabatan di antara mereka seringan air." Sebagai seorang praktisi, seseorang harus melepas perasaan dan terlepas dari itu.
Setelah saya menyadari, pertama-tama saya mencoba untuk tidak menanggapi kritikannya, dan membiarkannya berlalu. Ketika dia mengkritik saya lagi, dia tidak berteriak pada saya. Ketika dia tenang, kami bisa bekerja sama melakukan tiga hal. Saya ingin menasehati dia untuk lebih banyak belajar Fa dan melihat ke dalam. Ketika kami berdua dalam Fa, kami merubah sikap, dan berbicara satu sama lain. Saya belum sepenuhnya melewati kesulitan ini, dan saya masih dalam proses menyadari mengenai hal ini. Ini mungkin karena saya belum menghilangkan keterikatan saya. Bila tidak saya mungkin tidak berada pada konflik ini. Sebaliknya, karena saya memperbaiki diri saya sendiri pada tahap tertentu, konflik ini lebih kecil dari sebelumnya. Guru berkata dalam Zhuan Falun,
"Jika qing ini tidak diputuskan, anda tidak akan berhasil xiulian, jika manusia dapat membebaskan diri dari qing ini, siapapun tidak dapat menggoyahkan anda, hati manusia biasa juga tidak dapat mempengaruhi anda, sebagai gantinya adalah belas kasih, sesuatu yang lebih mulia."
Pernyataan ini sangat tepat. Hanya ketika seseorang mencapai standar tanpa ada yang dimohon itu berarti seseorang telah melewati ujian, dan lingkungan luar seseorang tentu akan berubah.
Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2012/3/8/在别人的执著面前-253909.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2012/3/20/132294.html
Awalnya saya merasa sebab dia mengira bahwa saya memandang rendah terhadapnya, sehingga dia sengaja mencari kesalahan saya, untuk membuktikan diri dan melindungi diri. Saya tidak ingin menjelaskan kepadanya, karena saya pikir tidak produktif, karena keterikatannya untuk membuktikan diri sendiri samgat kuat. Bagaimanapun saya telah mencari keluar, dan saya tidak melihat ke dalam.
Ketika muncul konflik, saya melihat keterikatannya. Sesungguhnya, saya mempunyai keterikatan itu juga. Saya harus melihatnya, sebab keterikatannya dikarenakan oleh saya. Saya sungguh menyadari bahwa hanya dengan melihat ke dalam, saya mungkin dapat menyelesaikan masalah tersebut. Lingkungan di antara praktisi adalah lingkungan untuk orang lain, dan tingkah laku seorang praktisi adalah cermin bagi praktisi lain. Guru berkata pada "Ceramah Fa Pada Konferensi Fa Australia,"
"...jika di hadapan konflik anda benar-benar dapat mencari penyebabnya ke dalam diri sendiri dan kemudian meluruskan diri sendiri terlebih dahulu, anda telah melewati ujian."
Melalui konflik itu, saya menyadari bahwa saya harus dengan cermat melihat ke dalam. Sebagian alasan bahwa dia berprilaku seperti itu sudah diatur oleh Guru, untuk membantu saya berkultivasi dan meningkatkan diri. Jika saya bisa memperbaiki diri, kemungkinan dia akan mengubah prilakunya sebagai hasilnya.
Para praktisi harus melihat ke dalam dalam keadaan apapun. Saya jadi mengerti bahwa ini berarti sepenuhnya mengabaikan kekurangan dan kesalahan orang lain. Jika saya menemukan kesalahan dan kekurangan orang lain, itu bisa jadi kultivasi saya untuk mereka dan bukan untuk saya. Kita harus tidak berusaha melihat kesalahan orang lain sewaktu melihat ke dalam. Namun keterikatan saya untuk membuktikan diri sendiri selalu membuat saya melihat kekuatan sendiri, begitu juga kekurangan orang lain. Ini juga akar penyebab mentalitas pamer saya, cemburu, mentalitas bersaing, dan kegembiraan hati. Kenyataannya bahwa saya selalu ingin memamerkan pemahaman saya terhadap prinsip Fa, dan merasa lebih berkompeten dari yang lain dalam menulis artikel, membangkitkan keterikatan orang lain, oleh karena itu konflikpun muncul.
Setelah mendengar kritik orang lain, pertama-tama kita harus sabar. Dengan manusia biasa, kita harus menahan diri kita seperti apa yang tertera dalam Zhuan Falun "...dipukul tidak membalas, dicaci juga tidak membalas.." praktisi harus sabar. Ada beberapa kali ketika seorang praktisi mengkritik saya di depan orang lain, dimana saya berhasil untuk tidak bicara, dan tetap tenang. Saya pikir bahwa saya telah melatih sabar dengan bagus. Namun menghadapi kritikan dia, keterikatan saya terhadap ego dan membuktikan diri sendiri terkadang muncul seketika, dan saya bicara dan terkadang menjadi sedikit marah. Begitu saya marah, seketika itu juga saya menyesal. Saya sering memperingatkan diri saya sendiri bahwa apapun yang terjadi, ketika saya berjumpa dengan kejadian yang tiba-tiba, saya harus mempertahankan xinxing (watak kualitas moral saya). Tapi kenyataannya, saya tidak selalu dapat demikian. Oleh karena itu, saya perlu terus belajar Fa dan memperbaiki diri sendiri dengan standar Fa. Berjumpa dengan konflik sama sekali bukan sesuatu yang jelek, karena seseorang ditempatkan ke dalam kondisi demikian adalah untuk mengekspos keterikatan seseorang, agar bisa melihatnya dan menyingkirkannya.
Guru berkata dalam “Ceramah Fa pada Konferensi Fa Internasional di New York tahun 2004,”
Jika anda sedang membuktikan kebenaran Fa, orang lain mengatakan apapun anda juga tidak akan tergerak hatinya. Jika orang lain telah menentang pendapat anda, telah menusuk perasaan anda, anda merasa tidak nyaman, disaat orang lain menyatakan pendapat yang menentang atau tidak setuju dengan pendapat anda yang khusus ditujukan kepada masalah anda, anda merasa tidak nyaman disaat itu, jika anda sampai bangkit menolak dan berdalih membenarkan, sehingga menyebabkan topik masalah menjadi kabur atau anda tidak memperdulikannya lagi, sekalipun itu merupakan dalih pembenaran yang berniat paling baik, juga berarti anda sedang membuktikan kebenaran diri sendiri, (tepuk tangan) karena anda tidak meletakkan Dafa pada posisi nomor satu, saat itu yang paling tidak dapat anda lepas adalah ego pribadi.
Setelah berdebat dengan orang lain, saya diam dan mulai melihat ke dalam. Saya mulai mengingat paragraf ini, dan seolah-olah hal itu ditujukan hanya untuk saya. Jika niat saya semata-mata untuk membuktikan Fa, maka apapun yang orang lain katakan, saya tidak akan tergerak sedikitpun. Saya bisa tidak tergerak apapun yang orang lain katakan pada saya. Saya benar-benar menyadari bahwa tidak ada gunanya berdebat. Makin berdebat makin kelihatan sedang melindungi diri sendiri. Jika saya memiliki keterikatan ini, saya harus menyingkirkannya. Bila tidak saya tidak perlu mengemukakan pendapat.
Ketika dia terus mencari kekurangan saya dan menyalahi saya karena kekurangan dan kesalahan saya, pada mulanya saya tidak bisa tahan. Tapi kemudian saya merasa sakit hati karena dia membuat saya kehilangan kehormatan diri, sehingga saya berdebat dengannya. Setelah itu saya merasa sangat menyesal. Saya tidak mendengarkan pendapat orang lain dan tidak berhasil untuk melihat ke dalam tanpa syarat. Saya menyadari masalah ini dari beberapa aspek.
1. Ketika orang lain menunjuk kekurangan dan kesalahan saya, saya menjadi marah. Tapi usaha saya mencegah orang lain membicarakan saya adalah seperti membungkus api menggunakan secarik kertas. Bahkan jika orang lain tidak membicarakan saya di depan, mereka mungkin masih membicarakannya di belakang. Dan bahkan jika dia tidak membicarakan saya, itu tidak berarti orang lain tidak membicarakan saya. Kesalahan seseorang atau kekurangan seseorang adalah sesuatu yang negatif, jadi ketika dia membicarakannya dengan saya, bukankah sedang menciptakan kesempatan bagi saya untuk menyingkirkannya? Bukankah sedang membantu saya meningkatkan kepercayaan diri?
2. Tentu saja terkadang apa yang dia katakan tidak betul-betul berdasarkan fakta, atau argumennya bias, dan saya merasa disalahkan atau marah. Tentu saja segala sesuatu yang saya rasakan tidak berdasarkan fakta, saya dapat menjelaskannya dengan niat baik. Namun bagi sesuatu yang sulit saya jelaskan, saya tidak boleh berdebat terlalu panjang. Jika saya memang salah, saya harus menganggapnya sebagai pembayaran karma, dan memperlakukan pendapat orang lain sebagai standar yang lebih tinggi bagi saya sendiri untuk membantu saya meningkat, dan melakukan lebih baik di kemudian hari. Terkadang ketika dia mengatakan bahwa saya tidak cukup melakukan pekerjaan Dafa, saya tidak tahan untuk tidak menyebutkannya satu per satu di depan dia. Saya kemudian berpikir, "Bukankah tujuan saya melakukan hal ini untuk memenuhi sumpah janji prasejarah saya dan menjungjung tinggi hati nurani saya, tidak untuk ditunjukkan pada orang lain? Lantas mengapa saya harus memberitahu orang lain?"
3. Tentu saja ketika orang lain mengatakan yang tidak baik, atau bahkan menggunakan bahasa menyerang saya, saya harus lebih melatih kesabaran. Jika saya memakai kata yang tidak baik saat itu, kedua belah pihak akan cidera, oleh karena itu kekuatan lama akan senang. Kejahatan bisa membangkitkan kejahatan pada orang lain, sedangkan kebaikan bisa membawa kebaikan pada orang lain. Dengan menjadi baik seseorang bisa menaklukkan kejahatan.
Contoh, ketika seseorang memaki saya di depan orang lain, saya terkadang tidak bicara sepatah kata pun, seolah-olah saya pengecut dan terhina, orang lain bisa memandang rendah saya. Tapi kenyataannya, kesabaran yang memungkinkan sesorang mempertahankan kebaikan terbesar sangatlah kuat, dan hal itu menyentuh hati setiap orang. Seseorang tidak akan dipandang rendah, tapi sebaliknya, orang mungkin akan sangat menghargai orang tersebut. Ada beberapa kali ketika saya dimarahi saat belajar Fa bersama. Saya tidak tergerak dan tidak berkata apa-apa. bahkan muka saya tidak nenunjukkan ekpresi bahwa saya marah. Sedangkan orang lain yang tadinya kasar sama saya tampak malu, dan ia menggunakan cara lain untuk menunjukkan maafnya pada saya.
Beberapa konflik kami datang dari gangguan perasaan. Pada awalnya ketika kami hidup bersama, kami saling menghargai. Setelah beberapa saat, kami merasa seolah-olah satu keluarga, dan perasaan juga berkembang. Ketika kami bicara satu sama lain, kami sudah tidak lagi mengkultivasi pembicaraan kami. Apa yang kami saling bicarakan satu sama lain terkadang menyakiti orang lain. Perasaan adalah egois. Ketika seseorang punya perasaan, seseorang ingin mendapatkan sesuatu, dan tidak akan pernah mau rugi, dan seseorang ingin mendapatkan lebih dan lebih. Ketika seseorang diliputi perasaan, ia akhirnya mengembangkan keterikatan, dan ketemu masalah. Oleh karena itu ada pepatah lama mengatakan, "Bagi orang-orang mulia persahabatan di antara mereka seringan air." Sebagai seorang praktisi, seseorang harus melepas perasaan dan terlepas dari itu.
Setelah saya menyadari, pertama-tama saya mencoba untuk tidak menanggapi kritikannya, dan membiarkannya berlalu. Ketika dia mengkritik saya lagi, dia tidak berteriak pada saya. Ketika dia tenang, kami bisa bekerja sama melakukan tiga hal. Saya ingin menasehati dia untuk lebih banyak belajar Fa dan melihat ke dalam. Ketika kami berdua dalam Fa, kami merubah sikap, dan berbicara satu sama lain. Saya belum sepenuhnya melewati kesulitan ini, dan saya masih dalam proses menyadari mengenai hal ini. Ini mungkin karena saya belum menghilangkan keterikatan saya. Bila tidak saya mungkin tidak berada pada konflik ini. Sebaliknya, karena saya memperbaiki diri saya sendiri pada tahap tertentu, konflik ini lebih kecil dari sebelumnya. Guru berkata dalam Zhuan Falun,
"Jika qing ini tidak diputuskan, anda tidak akan berhasil xiulian, jika manusia dapat membebaskan diri dari qing ini, siapapun tidak dapat menggoyahkan anda, hati manusia biasa juga tidak dapat mempengaruhi anda, sebagai gantinya adalah belas kasih, sesuatu yang lebih mulia."
Pernyataan ini sangat tepat. Hanya ketika seseorang mencapai standar tanpa ada yang dimohon itu berarti seseorang telah melewati ujian, dan lingkungan luar seseorang tentu akan berubah.
Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2012/3/8/在别人的执著面前-253909.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2012/3/20/132294.html
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org