(Minghui.org) Ada seorang Lama yang mulia dan bermartabat di Daerah Pedusunan Kerqin Arabika, Mongolia Dalam. Ia berbicara dalam bahasa suku minoritas Mongol dan sering menasihati mereka bagaimana menjadi baik. Ia memberitahu mereka untuk tidak menentang hukum langit dan untuk menunggu penyelamatan Sang Sadar. Lama yang mulia ini memahami prinsip-prinsip mengenai takdir yang telah ditentukan dan dapat melihat masa depan. Apa yang diramalkan olehnya terjadi satu per satu. Orang-orang akan meminta nasehat kepadanya ketika mereka mempunyai masalah yang mendesak. Keadaan berubah menjadi baik setelah mereka mengikuti petunjuknya. Orang-orang suku minoritas Mongol yang sangat menderita ini, sangat menghormatinya.

Selama banjir yang disertai longsor yang terjadi pada tahun 1998. Orang-orang Mongolia mendengar suara gemuruh yang sangat menakutkan dari longsoran batu dan lumpur yang menyertai banjir. Tidak ada cara untuk menahan longsoran itu. Dalam sekejab banyak rumah di desa itu yang terkubur seluruhnya. “Kekuatan” Partai Komunis China tidak berguna dalam menghadapi kekuatan seperti itu.

Rakyat yang tidak berdaya menghadapi bencana ini, takjub melihat rumah Lama yang mulia itu terhindar dari bencana. Ketika diteliti, mereka melihat sesuatu yang sulit dipercaya. Ketika banjir yang disertai lumpur dan batu itu mendekati rumah Lama yang mulia, banjir tersebut terbelah dua dan mengalir dengan derasnya melewati kedua sisi rumah Lama tersebut. Bahkan tidak ada air yang membanjir halaman rumahnya. Hanya rumah Lama yang mulia itulah yang tetap berdiri setelah bencana. Orang-orang dalam kekagumannya berseru, “Hanya orang-orang yang berkultivasi kebaikan dalam hatinya yang dapat selamat dan tidak tersentuh oleh bencana.”

PKC mulai menindas Falun Gong pada tanggal 20 Juli 1999. PKC seperti momok raksasa yang menyebabkan gelombang pasang berdarah menyerang China. Rakyat mendengar siaran hujatan dan fitnahan terhadap Falun Gong ke mana pun mereka pergi. Orang-orang berpikiran sehat akan merasa aneh. Mereka akan bertanya-tanya, “Bagaimana kamu bisa memperlakukan orang-orang yang berpihak pada kebaikan dan percaya kepada Buddha seperti itu?” Mereka bertanya kepada Lama yang mulia, yang memahami takdir yang telah ditentukan dan dapat melihat ke masa depan, apa yang sesungguhnya terjadi. Lama yang mulia sangat khawatir mengenai hal ini dan berkata kepada mereka, “Apa pun yang kamu lakukan, jangan menghujat Falun Gong. Falun Gong adalah prinsip yang lurus. Ia akan dikenal sebagai Fa yang lurus di masa yang akan datang.”

Lama yang mulia berkata, “PKC cemburu terhadap Falun Gong. Mereka menindas Falun Gong karena mereka melihat Falun Gong telah banyak membantu orang berubah menjadi orang yang lebih baik. PKC cepat atau lambat akan hancur. Partai komunis adalah sebuah bencana. Falun Gong akan dikenal sebagai sebuah Fa yang lurus.” Ia juga meramalkan, “Di masa yang akan datang semua orang akan berlatih Falun Gong.”

Rakyat setempat dengan cepat menyebarkan kata-kata dan ramalannya. Sanak saudara saling memberitahu, “Jangan katakan Falun Gong tidak baik, bahkan jika kamu tidak berlatih atau berkultivasi Falun Gong sekalipun.” Lama yang mulia juga tidak akan mengijinkan orang menghujat Falun Gong.

Sekitar dua tahun kemudian, Lama yang mulia berkata bahwa ia akan segera meninggalkan dunia ini. Dia berkata ada dua burung phoenix yang akan bertemu dengannya pada hari ia pergi. Ia meramalkan dari arah mana mereka akan datang dan dari arah mana mereka akan pergi. Lama yang mulia meninggal seperti yang ia ramalkan. Dua phoenix tiba. Mereka datang dan pergi sesuai dengan apa yang ia katakan.

Para dewa melafalkan ayat-ayat suci di langit untuk menyambut kedatangan Lama yang mulia bersamaan dengan upacara penghormatan terakhir yang diadakan di rumah duka. Ketika mereka mendengar para dewa melafalkan ayat-ayat suci, orang-orang, termasuk mereka yang datang untuk mengucapkan salam perpisahan, para pekerja pemakaman, juga orang-orang yang datang ke rumah duka sekedar untuk menonton, semuanya berlutut. Ateisme PKC hancur dalam sekejab. Orang-orang sungguh-sungguh menyaksikan keberadaan para dewa dan percaya pepatah yang mengatakan, “tiga inci di atas kepala ada Dewata, maksudnya adalah terlalu banyak jumlahnya.” (Zhuan Falun)

Beberapa orang tersentuh hingga menangis.

Chinese version click here
English version click here