(Minghui.org) Salam kepada Guru yang terhormat, salam kepada para praktisi,

Perkenalkan nama saya: Gito dan istri saya Ratna, kami adalah praktisi dari BSD, Tangerang.

Falun Dafa Hao... Falun Dafa Hao... Falun Dafa Hao

Sudah kurang lebih 1,5 tahun keluarga kami berkultivasi Dafa. Halangan dan rintangan serta suka dan duka kami lalui dengan kesabaran dan kebesaran hati. Shifu tengah menuntun dan membimbing kami pulang ke rumah sejati kami.

Berawal dari tahun 2008, ketika sepupu saya menunjukkan buku Zhuan Falun yang menurutnya sebuah buku yang bagus, tapi saya tidak begitu menghiraukan karena lingkungan dan konsep lama kami masih cukup kuat.

Tahun 2012, dua minggu sebelum ibu saya meninggal, setiap malam saudara saya selalu menemani ibu dengan membacakan sebuah buku berwarna biru (saya sendiri tidak tahu dan tidak ingat kalau buku tersebut sudah pernah saya lihat 4 tahun sebelumnya). Ketika saya bertanya pada saudara saya;

“Buku apa yang sedang dibaca?’ Dia hanya menjawab dan mengatakan ; “Ini buku Zhuan Falun.” Saya tanya lebih lanjut: “Buku apa itu?” Dia mengatakan; “Buku ini mengandung sebuah konsep yang jauh lebih tinggi melebihi dari konsep yang selama ini pernah kita pahami”.

Rasa penasaran saya menjadi semakin tak terbendung ketika saya kembali ke rumah di BSD; saya mencari melalui media internet semua informasi tentang Falun Dafa, saya download video dan musik latihannya. Setiap hari saya selalu meluangkan waktu untuk mencoba dan berlatih Gong, walaupun belum bisa mengikuti musik latihan secara penuh.

Setelah dua minggu saya berlatih hingga bisa melakukan gerakan seperti Shifu ajarkan, saya baru mendapat informasi tempat latihan dan nomor telepon pembina BSD, kemudian menghubungi dan minta alamat tempat latihan.

Ratna:

Saya dan ketiga anak saya mengenal Falun Dafa dari suami, awalnya saya tidak terlalu tertarik untuk mempelajarinya, karena memang sebelumnya saya sudah pernah belajar metode lain untuk tujuan kesehatan, makin hari saya lihat suami saya semakin bersemangat untuk mempelajari Falun Dafa (lian gong & baca buku Zhuan Falun), hal ini membuat saya jadi penasaran, ada apa dengan Falun Dafa? Akhirnya saya diskusi dengan suami, suami menginfokan bahwa Falun Dafa itu adalah metode kultivasi jiwa & raga, bisa membuat kita menjadi lebih tenang. Suami juga katakan ada 5 gerakan yang harus dipelajari untuk mengolah raga supaya menjadi sehat (lian gong) dan ada buku yang sebaiknya dibaca untuk mengolah jiwa. Karena saya adalah dokter, saya awalnya hanya tertarik pada mengolah raga (badan) supaya sehat, belum tertarik untuk membaca buku Zhuan Falun. Setiap hari setelah subuh atau kalau ada waktu luang saya selalu  bertanya ke suami bagaimana mempelajari 5 gerakan tersebut, dan suami bersedia untuk mengajarinya. Hari Minggu suami saya niat untuk datang kembali ke tempat latihan di BSD untuk yang kedua kalinya dan mengajak saya  untuk bergabung latihan bersama dengan teman-teman yang lain.

Gito:

Dua kali datang ke tempat latihan di Taman Kota BSD, saya mulai mengajukan sejumlah pertanyaan yang telah tersimpan sejak saya diperlihatkan buku Zhuan Falun satu bulan sebelumnya kepada praktisi lama yang menurut saya mereka mempunyai pemahaman cukup akan Fa Shifu. Saya bandingkan dengan pemahaman saya yang sebelumnya saya yakini. Sedikit demi sedikit sepertinya saya mulai mengerti ada sesuatu yang istimewa dari Falun Dafa.

Minggu ketiga April 2012, saya diajak untuk berpartisipasi pada sebuah aksi damai di depan Kedutaan Besar China (pada waktu itu saya sendiri tidak tahu untuk apa acara tersebut, belakangan saya paham bahwa kegiatan tersebut adalah bagian dari Klarifikasi Fakta kita sebagai pengikut Dafa). Yang saya sendiri tidak habis pikir kalau diingat sekarang; kok saya mau ya diajak turun ke jalanan tanpa tahu apa maksud dari kegiatan tersebut. (maaf saya memang masih menjadi manusia biasa pada saat itu; yang belum mengenal Fa Shifu). Bahkan Fa Zheng Nian pun saya tidak tahu apa gerangan itu, tapi saya tetap mengikuti mereka, walaupun ikut-ikutan. Saya ada di barisan depan dengan memegang foto praktisi korban kekejaman PKT. Tidak ada perasaan malu sedikitpun apalagi takut, mengalir tanpa beban, seperti ada yang membimbing dan menemani saya untuk tegar berdiri di barisan depan. Seusai kegiatan, ada praktisi yang bertanya; Bagaimana mas rasanya ikut kegiatan Falun Dafa, saya hanya menjawab; Biasa saja tapi senang, rame-rame.., karena memang saya tidak tahu.

Tiga kali saya berlatih di BSD, saya mulai diajak belajar Fa. Serta mulai ikut belajar Fa Minggu malam di rumah seorang praktisi. Saya banyak menyerap pemahaman Fa dari sharing dengan praktisi lama, mereka semua membantu saya untuk lebih membuka pemahaman saya tentang Fa Shifu. Walaupun kadang-kadang saya masih agak ragu akan konsep baru ini, tapi saya tidak pernah absen untuk belajar, membaca dan sharing agar lebih memahaminya, baik di tempat latihan maupun saat belajar Fa di rumah praktisi.

Pada bulan keempat sebagai praktisi Dafa; saya merasa pemahaman saya terhadap kehidupan, alam semesta mulai terbuka, sebagaimana yang dijabarkan oleh Shifu pada buku Zhuan Falun. Tubuh saya menjadi sehat, saya merasa lebih sabar dari sebelumnya. Kemudian saya sedikit demi sedikit menyerap Fa Shifu menjadi acuan dalam kehidupan saya sehari-hari, sebelum akhirnya memutuskan untuk sepenuhnya menjadikan Fa Shifu sebagai tuntunan saya walau dengan perasaan kurang enak pada keluarga terutama istri, karena saya melepaskan konsep lama saya. Terima kasih Shifu...

Ratna:

Memang ada perasaan tidak senang (protes ke suami). Suami saya tidak bicara banyak, dia hanya menyarankan saya untuk membaca buku Zhuan Falun. Anehnya, saya yang awalnya tidak minat untuk baca, diam-diam saya mulai baca (walaupun saya tidak mengerti), saya sepertinya terhanyut untuk mengetahui/membaca buku Zhuan Falun sampai habis. Saya sempat bertanya ke suami, bahwa saya banyak tidak mengerti isinya. Saya sempat vakum (kurang lebih 1 bulan) tidak baca buku Zhuan Falun. Setelah satu bulan saya tidak baca buku Zhuan Falun tiba-tiba ada rasa ingin untuk baca yang kedua kalinya.

Gito:

Bukan hanya rasa tidak suka istri, tetapi dia yang pada saat itu belum memahami Fa Shifu merasa sikap saya aneh, ketika sedang mengalami pemurnian, tidak mengkonsumsi obat. Kondisi ini kerap diprotes, tetapi keteguhan hati saya untuk Xiulian menjadi semakin kuat..

Sebelum Xiulian Dafa; saya termasuk orang yang tidak mudah takjub akan kehebatan apa pun, kecuali keajaiban alam yang terjadi. Tapi entah kenapa saya tidak bisa memungkiri hati ini; kalau hati saya pada awal-awal Xiulian sangat senang bisa memasuki Xiulian Dafa.

Enam bulan Xiulian, saya langsung diberi kesempatan untuk turut serta dalam acara Konferensi Fa pada bulan Oktober 2012 di Bali; walaupun jujur saya tidak tahu apa itu Konferensi Fa, bahkan istri pun berkomentar; “Apa perlu bapa berangkat ke Bali untuk ikut konferensi, baru juga berlatih masa sudah mau ikutan konferensi.” Istri saya pada saat itu belum bisa menerima kondisi saya sebagai praktisi yang telah berspesialisasi tunggal, tetapi saya yakin Shifu sudah mengatur semua yang harus saya lewati di dunia ini, akhirnya sayapun mendapat restu dari istri untuk berangkat ke Bali dan bisa bergabung dengan rekan-rekan praktisi lain dari seluruh Indonesia pada acara Konferensi Fa 2012. Semua rangkaian acara kegiatan saya ikuti. Pertama kali sejak Xiulian, saya mengikuti pawai sepanjang hampir 2 km di tepian Pantai Legian dengan memegang spanduk. Pada awalnya saya berkeinginan supaya bisa berpartisipasi pada pawai tersebut walaupun hanya memegang spanduk karena memang saya bukan anggota tim marching band ataupun genderang pinggang, tapi karena ada lebih 1000 praktisi, peserta pawai yang pegang spanduk sudah dipilih oleh koordinator pawai. Saya hanya bisa termangu sambil duduk melihat seluruh peserta pawai yang sudah siap jalan. Detik-detik pawai akan berangkat, tiba-tiba seorang koordinator menunjuk-nunjuk dan melambaikan tangan ke arah saya sambil mendekat, dia berkata; “Tolong masuk ke dalam barisan pawai menggantikan beberapa orang yang kurang lengkap seragamnya.” Sungguh di luar dugaan hati saya, seketika itu pula saya berlari menuju barisan pawai untuk bergabung. Berada di tengah-tengah barisan pawai Falun Dafa adalah pengalaman yang luar biasa pada saat itu. Agak tidak percaya atas apa yang sedang saya lakukan pada waktu itu, tapi saya bahagia melakukannya, entah kenapa...

DAFA Menjadi Tuntunan Kami Seutuhnya

Secara bertahap saya menyerap dan memahami Fa Shifu hingga membuka hati saya sedikit demi sedikit akan rahasia alam semesta. Hingga pada klimaksnya saya mulai memahami sendiri bahwa Fa Shifu lah yang akan membawa saya kelak kembali ke asal kehidupan kita. Oleh karena itu memasuki bulan ketiga saya belajar Fa, saya sudah mulai meninggalkan ritual lama yang rutin saya kerjakan bersama keluarga saya. Dan pada bulan keempat saya Xiulian, hati saya semakin mantap untuk sepenuhnya menjadikan DAFA sebagai tuntunan saya pribadi.

Hari demi hari saya menjalani Xiulian sendiri di rumah. Setiap kali saya membaca buku Zhuan Falun pada petang hari, istri saya juga membaca Kitabnya seolah tidak mau terpengaruh dengan apa yang telah saya yakini saat ini. Dia selalu mengingatkan saya untuk menjalankan ritual lama, tetapi saya tidak berkomentar, hanya tersenyum.

Ratna:

Suami saya hanya selalu menyampaikan; “Ibu baca terus saja buku Zhuan Falun nya hingga selesai.” Pada kesempatan yang lain saya masih terus mengingatkan dia, sampai saya berkomentar “Jadi sekarang sudah bulat nih mau spesialisasi tunggal?”, spontan saya ingat ada bagian ceramah Shifu yang membahas Spesialisasi Tunggal.

Gito:

Agak terkejut tapi juga terharu mendengarkan kata tersebut keluar dari mulut istri, karena berarti dia sudah mambacanya. Saya pun tidak menjawab dan hanya tersenyum sambil terus mengingatkan untuk membaca buku Zhuan Falun hingga selesai. Hari berikutnya kami selalu diskusi tentang Fa Shifu, (walaupun sesekali membandingkan dengan Konsep lamanya) sebatas pemahaman kami saat itu.

Ratna:

Hingga pada kesempatan berbeda pada bulan Januari 2013, setelah sembilan bulan kami mengenal Falun Dafa; Saya sharingkan ke suami; “Kalau orang dengan penampilan seperti saya apa bisa ber-Spesialisasi Tunggal, bagaimana dengan lingkungan kita pa?”

Tanpa berkata hanya tersenyum, walaupun saya tahu kalau suami sebetulnya sedikit terkejut dengan berkata ”Sebagaimana yang Shifu sampaikan dalam bukunya dan sebatas yang saya pahami; Xiulian itu di hatinya bukan pada penampilannya.”

Hati saya tersentuh, saya bahagia; karena setelah hampir dua kali membaca buku Zhuan Falun banyak hal yang tadinya saya tidak tahu sekarang sedikit lebih memahami akan Fa Shifu, sepertinya hati ini sudah mulai memilih mana yang benar dari semua ajaran kebaikan di alam semesta ini.”

Gito:

Saya mencoba untuk memantapkan hati istri; “Apa sudah mantap/yakin untuk berspesialisasi tunggal, coba baca lagi saja terus buku Zhuan Falun nya agar lebih mantap hatinya untuk melangkah ke depan membuat keputusan hatinya.”

Ratna:

Saya bilang “Ibu sudah mantap, setelah membaca buku Zhuan Falun dan sharing dengan bapa, hati ini lebih bisa menerima dan akan mengikuti Shifu untuk bisa kembali ke asal ke jati diri.”

Gito:

Saya hanya berkeyakinan bahwa Shifu lah yang telah mengatur ini semua sehingga istri saya bisa terbuka hatinya untuk bisa menerima Dafa sebagai tuntunan hidupnya sekarang.

Ratna:

Pada tanggal 13 Januari 2013 adalah waktu yang masih saya ingat, saat dimana hati ini dengan mantap memutuskan untuk total menjadikan Fa Shifu sebagai tuntunan saya,  saya menyadari segala sesuatu yang akan saya hadapi dengan penampilan luar saya seperti ini, tetapi hati ini tidak bisa dipungkiri, hati saya sudah bulat untuk sepenuhnya Xiulian Dafa.

Hari selanjutnya saya kadang diprotes sama anak-anak saya; “Ibu tidak seperti yang dulu”, saya memandang itu memang suatu yang harus saya lewati dan saya hadapi, sekarang bila ada masalah baik di dalam keluarga atau di luar keluarga saya menyelesaikannya sebisa mungkin sesuai dengan tuntunan Shifu. Banyak perubahan yang saya alami, dulu saya terlalu banyak memohon kalau tidak terkabul ada rasa kesal/putus asa, tetapi setelah saya banyak membaca buku Zhuan Falun, artikel dan sharing dengan suami, perasaan itu pelan-pelan mulai hilang dan rasanya justru lebih tidak ada beban, dan anak-anak saya sekarang sudah terbiasa dengan keadaan saya dan suami di rumah, kami sekeluarga (saya, suami, ketiga anak) kalau ada rasa yang tidak enak di badan kami menyikapinya sebagai suatu proses pemurnian, dan saya membacakan buku Zhuan Falun ke anak-anak saya apabila mereka sakit, dan itu sudah terbukti oleh mereka (anak-anak saya), jadi kalau ada yang tidak enak di badan mereka, justru mereka tidak minum obat malah mereka meminta saya untuk membacakan buku Zhuan Falun, jadi rumah saya sudah tidak menyediakan obat untuk anak saya lagi. saya juga berusaha sesuai dengan kemampuan saya untuk mengikuti kegiatan klarifikasi fakta yang diadakan oleh rekan-rekan lain. Saya juga mulai mengenalkan Falun Dafa ke keluarga saya (ibu, bapak, kakak, adik), ke pertemuan keluarga (arisan), ke pasien, ke teman, ke tetangga. Soal ada atau tidak jodoh pertemuan, saya tidak terlalu memikirkannya, Fashen Shifu yang akan mengurusnya.

Semangat Menyebarkan Fa

Totalitas menjadi praktisi Dafa terus meningkatkan pemahaman kami, meyakinkan kami berdua bahwa ada sangat banyak kehidupan yang membutuhkan penyelamatan, sedang menunggu kami untuk memberitahukan mereka tentang Dafa alam semesta, sedang menunggu kami untuk mengingatkan mereka akan Dafa. Oleh karena itu setiap bertemu, berkumpul dengan siapapun terutama di antara teman, keluarga, kolega dan tetangga saya selalu menyampaikan fakta Dafa dan mengklarifikasi fakta. Suka duka kami telah lewati, tidak sedikit yang berkomentar negatif tetapi banyak juga yang langsung menyadari dan menerima fakta kebenaran Dafa.

Ketika sudah sedikit banyak memahami Fa Shifu dan saya turut serta lagi pada kegiatan melangkah keluar untuk Klarifikasi Fakta dan menyebarkan Fa, saya baru benar-benar merasakan makna di balik apa yang saya lakukan. Banyak kehidupan yang akan terselamatkan.

Ratna;

Pemahaman saya pun sedikit demi sedikit mulai bertambah seiring dengan upaya mematut moralitas tinggi selaku praktisi Dafa dan selalu membaca buku Zhuan Falun serta sharing dengan suami saya. Keterbatasan keluarga kami akan waktu dan tenaga; membuat saya selalu mendukung suami jika hendak mengikuti kegiatan melangkah keluar ataupun belajar Fa bersama rekan praktisi lainnya. Saya menyadari keterbatasan saya untuk bisa mengikuti kegiatan melangkah keluar. Apalagi jika belajar Fa rutin yang dilakukan malam hari. Mengingat kami harus berbagi tugas menjaga ketiga anak kami yang masih kecil. Oleh karena itu biarlah suami saya yang melangkah keluar dulu untuk mengikuti kegiatan Klarifikasi Fakta maupun belajar bersama, toh saya juga tetap mendapat manfaatnya, karena setiap usai kegiatan melangkah keluar, suami saya selalu menceritakan dan mensharingkan dengan saya.

Saya selalu antusias untuk mendengarkannya. Seiring dengan peningkatan pemahaman Fa, saya semakin sering sharing dengan suami sebatas pemahaman masing-masing. Saya menganggap begitu pentingnya menjadi seorang praktisi Dafa untuk melangkah keluar melakukan Klarifikasi Fakta dan menyebarkan Fa. Klarifikasi yang saya lakukan masih sebatas teman seprofesi, tempat kerja dan keluarga saya. Sehingga hati saya terus mencari kesempatan agar bisa mulai melangkah keluar bersama dengan rekan praktisi Dafa lainnya, bisa bergabung mengikuti kegiatan klarifikasi fakta. Bulan Juni 2013, adalah awal di mana saya pertama kali melangkah keluar untuk mengikuti kegiatan belajar bersama-sama praktisi Dafa se-Jabotabek di Puncak. Saya berangkat bersama suami dan anak-anak kami. Walaupun pada awalnya saya sedikit canggung berada di antara rekan praktisi lain dengan penampilan saya seperti ini, tapi saya tetap meyakinkan diri saya bahwa untuk Xiulan adalah di hati.

Gito:

Rutinitas membaca Zhuan Falun dan belajar bersama membuat kami sekeluarga menjadi lebih memahami akan sejatinya kehidupan. Tidak hanya berdampak pada diri saya dan istri tetapi terhadap anak-anak dan keluarga.

Ratna:

Bahkan anak-anak kami pun sudah terbiasa diajak klarifikasi, tidak hanya pada acara bersama tetapi pada kegiatan pribadi. Seperti kejadian awal bulan ini; ketika anak pertama saya yang duduk di Kelas 4 Sekolah Dasar hendak berangkat ke sekolah, dia meminta izin sama saya untuk membawa brosur Falun Dafa; “Ibu..., aku boleh bawa brosur Falun Dafa kan?” Agak tertegun sedikit lalu saya tanya balik ke dia; “Untuk apa mba brosur tersebut?” Dengan ringan dia menjawab; “Aku pingin bagi-bagikan ke teman-temanku, kemarin aku sudah cerita tentang Falun Dafa ke temanku. Hari ini aku mau bawa brosur untuk mereka, boleh ya bu..?” pintanya. Dengan perasaan bahagia saya sendiri langsung mengambilkan beberapa brosur; “Oo... boleh sayang, mau bawa berapa?” Serta merta dia menjawab;  “Tiga lembar saja bu.”  Saya agak heran kenapa hanya tiga lembar yang dia minta. “Kok.. cuma tiga lembar mba? Yang banyak saja sekalian, saya bertanya. Dia menjawab; “Aku sudah janji sama tiga temenku bu.., hari ini mau kasih mereka brosur Falun Dafa, biar mereka tahu.” Memahami kondisi ini saya meyakini ada kehidupan tingkat tinggi yang mendampingi anakku dan teman-temannya yang sedang mengarahkan untuk saling mengingatkan. Barangkali memang telah mengikat janji di antara mereka untuk saling mengingatkan jika salah satunya telah mendapatkan Dafa. Terima kasih Shifu.. tidak hanya saya dan suami yang telah engkau tunjukan akan Dafa ini tapi anak-anaku juga engkau tuntun untuk mencapai ke asal dan kembali ke jati dirinya. Shifu Hao...

Gito:

Pada kesempatan berbeda kami sekeluarga berkesempatan mengikuti kegiatan Klarifikasi keluar bersama rekan praktisi lainnya. Kegiatan yang biasanya saya sendiri yang mengikuti, mengingat aktivitasnya turun ke jalan dengan kondisi cuaca yang tidak terprediksi.. namun dengan tekad kuat saya dan istri mengajak semua anak-anak melangkah keluar turun ke jalan untuk membangkitkan kesadaran publik akan penganiayaan yang masih berlangsung di China. Dengan posisi tempat tinggal kami yang cukup jauh dari lokasi acara sekaligus ada kelengkapan kegiatan yang harus saya bawa dan harus sampai di tempat sebelum acara di mulai jam 06.00 pagi, kami telah mempersiapkan diri bersama anak-anak sejak pukul 04.00 pagi.

Ratna:

Terus terang saya pun baru pertama kali diberikan kesempatan turun ke jalan untuk Fa Zheng Nian di depan Kedubes RRT dan klarifikasi di bundaran HI. Semangat dan rasa bahagia pun tidak bisa saya sembunyikan. Sebelum acara dimulai saya FZN bersama dengan rekan praktisi lainnya.

Gito:

Rasa haru sempat terlintas dalam hati; ketika melihat istri dan anak-anak berada di tengah-tengah kegiatan klarifikasi fakta, istri saya memancarkan pikiran lurus dan anak-anak saya berkumpul bersama dengan anak praktisi lainnya. Begitupun ketika acara Aksi Damai dimulai anak-anak saya sepertinya mengerti, kalau kegiatan yang sedang mereka lakukan adalah bagian dari kegiatan sakral pengikut Dafa; yaitu menyelamatkan kehidupan. Dengan tenang mereka ada di barisan depan bersama anak Xiulian lainnya memegang foto praktisi korban penganiayaan hingga acara pagi hari selesai.

Ratna:

Dengan penampilannya yang berbeda dari praktisi lainnya; saya terus berusaha berpikir lurus dalam mengikuti setiap aktivitas di luar. Sehingga pada saat saya pertama kali duduk Fa Zheng Nian di seberang Kedubes RRT, tidak terlintas sedikitpun perasaan canggung saya, hati ini hendak terus maju dalam misi penyelamatan kehidupan. Semua rangkaian kegiatan di depan kedubes pun mampu saya lewati dengan lancar.

Begitupun ketika saya mengikuti acara sore harinya di Bundaran HI; berpikir lurus sebelum melangkah masuk barisan menjadi kunci agar hati ini terus mampu bergerak maju. Tiga puluh menit telah berada di tengah-tengah barisan aksi damai di Bundaran HI, hati saya merasa diuji lagi karena hujan mulai rintik-rintik turun kecil tapi pasti membuat saya yang baru pertama kali mengikuti aksi damai ini dituntut keteguhan hati agar tetap berada dalam kegiatan misi penyelamatan kehidupan. Akan tetapi ketika hujan benar-benar turun dengan deras, sempat tergerak hati; khawatir, bukan terhadap diri saya pribadi tetapi teringat akan dua anak saya yang baru lepas BALITA berada di barisan belakang aksi damai bertarung dengan derasnya hujan. Beberapa kali saya selalu menoleh ke belakang melihat kondisinya, mereka diam tetapi kayaknya bahagia. Dan saya yakin mereka bahagia karena sisi mengerti mereka tahu dan dapat bersama-sama kami dalam aksi damai ini bukan karena mereka memang sudah terbiasa main hujan-hujanan. Perasaan sedikit lega karena ada rekan praktisi yang membantu menutupi kepala mereka dengan plastik. Maklum sisi manusia saya sebagai ibu masih ada. Bahkan setelah kurang lebih satu jam saya benar-benar diguyur hujan deras, sempat terbesit di pikiran saya rasa dingin yang amat pada tubuh saya, seketika itu saya kembali untuk berpikir lurus, jangan sampai ada kebocoran dalam pikiran saya; ada Shifu yang melindungi kami.

Lima belas menit sebelum acara selesai, hujan baru benar-benar reda. Saya langsung menghampiri anak-anak, agak kedinginan tapi masih senang bisa bertahan hingga acara selesai. Kami kembali ke rumah dalam badan tetap sehat/bugar, terutama anak-anakku semua segar, badan fit dan kembali beraktivitas seperti biasa... Terima kasih Shifu.

Gito:

Tindakan menyelamatkan kehidupan bukan hal yang mudah jika tanpa diikuti dengan pikiran lurus dan moralitas tinggi. Pada saat saya baru-baru mendapatkan Dafa, saya mencoba untuk mengklarifikasi fakta terutama kepada orang di sekitar saya (keluarga). Itupun tidak mendapat respon positif bahkan ada yang mencibir dan lain sebagainya. Seiring dengan berjalannya Xiulian saya; setiap  saya memancarkan pikiran lurus (FZN), selalu mengarahkan pikiran saya untuk menghancurkan kejahatan yang menyelubungi orang tua kami.

Pada saat kedua orang tua kami berada di rumah saya, saya mengklarifikasi ulang tentang fakta kebenaran kepada orang tua kami. Sekaligus mengajak mereka untuk mulai belajar 5 gerakan metode kultivasi Falun Dafa. Hari keempat berlatih, sudah mulai banyak perubahan yang dia rasakan di badannya, menjadi lebih baik, bugar dan merasa sehat. Saya mulai mendekatkan beliau (bapa) kepada Fa Shifu; saya perlihatkan buku Zhuan Falun dengan menyampaikan; “Kalau mau lebih memahami tentang kondisi alam semesta dan tubuh kita, di buku ini telah dijelaskan semuanya dengan gamblang pa”... beliau hanya melirik sepintas sambil menjawab; “Tidak usah mas, saya tidak mau membaca-baca buku selain kitab keyakinan saya.”  Saya tersentak kaget, dalam hati saya merenung, bahkan saya sendiri tidak pernah menyinggung-nyinggung tentang keyakinan kepada bapa tapi kenapa dia dengan spontan merespon seperti itu ya. Saya mencoba mencari ke dalam, dan memahami bahwa jawaban tersebut saya yakini bukan jawaban murni beliau. Ada sekatan di balik beliau yang memang sedang menghalangi masuknya Dafa. Hari berikutnya saya ajak orang tua kami latihan gong bersama dengan rekan praktisi lain di wilayah tempat latihan kami. Seusai latihan gong, mereka sharing dan berbagi informasi dengan beberapa praktisi. Ada praktisi yang memberitahukan kepada orang tua kami; “Pa,.. untuk lebih menyempurnakan latihan bapak sebaiknya bapak baca juga buku Zhuan Falun”, Orang tua kami langsung menanyakan; “Oo.. ada bukunya to pak?” dengan nada penasaran. Sesampainya di rumah usai latihan, bapa saya menanyakan; “Mas, katanya ada buku yang musti kita baca juga, buku yang mana ya?” Langsung saya ambilkan buku Zhuan Falun; “Lah... ini pa bukunya, yang kemarin saya tunjukan ke bapa.” Dia menjawab; “Oo... yang ini,” langsung diterima, dibuka dan dibaca. Sejak saat itu bapa saya mulai sedikit demi sedikit membaca dari awal buku Zhuan Falun. Memahami situasi ini; sungguh besar pengaruhnya sebuah tempat latihan untuk membantu mencerai-beraikan sekatan pada dimensi lain yang memang sedang menghalangi masuknya Dafa.

Sampai di sini cerita berbagi pengalaman kami.

Terima kasih kepada Guru yang terhormat, terima kasih kepada rekan-rekan praktisi.

Falun Dafa Hao, Zhen Shan Ren Hao, Shifu Hao...