(Minghui.org) Pada 20 Oktober 2013, lebih dari 3.000 praktisi Falun Gong menghadiri rapat umum dengan tema “Hentikan Penganiayaan, Bawa Para Penjahat Ke Pengadilan” di Marina Green Park, Long Beach, California. Lebih dari 100 praktisi Falun Gong baik sebagai saksi maupun korban yang selamat dari penganiayaan, di mana dianiaya di China karena keyakinan mereka berdiri di samping panggung. Makin banyak korban yang selamat dari penganiayaan berada di antara keramaian.

Belasan orang dari mereka secara berani menceritakan pengalaman pribadi mereka. Mereka juga memperlihatkan luka-luka, bekas gigi yang tanggal, dan tanda-tanda luka lain akibat penyiksaan.

Para peserta dan tamu pembicara semuanya sangat terharu oleh semangat para praktisi ini. Anggota Kongres Dana Rohrabacher adalah salah satu dari mereka yang merasa tersentuh. Meski hanya berencana untuk berbicara sekali saja, dia mengambil mikropon untuk berbicara sebanyak dua kali, dan meneteskan air mata saat menceritakan kisah pribadinya.

Pada 20 Oktober 2013, lebih dari 3.000 praktisi Falun Gong berkumpul bersama dalam rapat umum di Long Beach, kawasan metropolitan Los Angeles untuk mengekpos kejahatan rejim Komunis China. Para praktisi Falun Gong menerima banyak proklamasi setempat

Kasus-kasus Orang yang Mengalami Penganiayaan Memberikan Gambaran Besar

Ketika pembawa acara bertanya kepada mereka yang pernah ditangkap paling sedikit tiga kali agar mengangkat angkat tangan, sekitar 80  dari 100 orang mengangkat tangan. Ketika ditanya, “Siapa yang telah kehilangan pekerjaan atau dana pensiun mereka karena penganiayaan?” sekali lagi, sekita 80 orang mengangkat tangan. Berapa banyak yang disiksa selama masa kehamilan? Sekitar 8 wanita mengangkat tangan.

Berapa banyak yang darahnya diambil dan diperiksa? Lebih dari setengah yang angkat tangan. Kita sekarang tahu bahwa ini dilakukan untuk mengetahui apakah mereka memenuhi syarat untuk pengambilan organ paksa secara hidup-hidup.

Rapat umum ini memberikan gambaran besar tentang penganiayaan Falun Gong dengan kasus-kasus pribadi yang mengalami penganiayaan.

Seorang korban yang selamat memperlihatkan bekas giginya yang tanggal karena dianiaya. (Sumber Foto: Epoch Times)

Jana Li asal Beijing:

“Karena keyakinan yang teguh pada Falun Gong, saya ditangkap sebanyak tiga kali dan dibawa ke rumah sakit jiwa satu kali. Dua polisi wanita dari Kamp Kerja Paksa Beijing menggunakan dua tongkat listrik untuk menyetrum punggung, leher dan kedua tangan saya. Punggung dan tangan saya hangus menghitam, seperti habis dipanggang. Karena penganiayaan di dalam rumah sakit jiwa, saya kehilangan ingatan secara parsial selama beberapa tahun.”

Wang Weiyu:

“Saya dikeluarkan dari Universitas Tsinghua sebanyak dua kali hanya karena saya berlatih Falun Gong. Lalu saya dimasukkan ke dalam penjara selama delapan setengah tahun. Saya dipaksa duduk terus-menerus selama enam bulan. Pernah sekali saya disetrum dengan tongkat listrik selama 10 jam lebih.”

Li Sushen:

“Saya adalah seorang penulis dan pelukis. Saya berada di dalam penjara selama enam tahun lebih. Saya dipukuli secara brutal dan disiksa, termasuk disetrum dengan tongkat listrik. Saya terluka parah.”

Seorang praktisi Falun Gong memperagakan penyiksaan yang dialaminya (Sumber Foto: Epoch Times)

Menurut Shizhong Chen, pembawa acara dan penyelenggara rapat umum: “Setiap praktisi Falun Gong yang bisa melarikan diri dari penganiayaan dan berbicara pada hari ini, kita tahu bahwa ada 10.000 bahkan 100.000 praktisi yang belum bisa meninggalkan China. Ini memperlihatkan betapa luasnya penganiayaan ini!”

Seorang gadis belasan tahun menceritakan kembali pengalaman penganiayaan yang dialaminya ketika berada di China (Sumber Foto: Epoch Times)

Saat menceritakan kembali penganiayaan yang mereka alami, banyak korban yang selamat tersendat dan berhenti, termasuk gadis belasan tahun ini:

“Saat saya berusia empat tahun, saya sedang melakukan latihan gerakan dan meditasi bersama ibu di taman di China. Lalu polisi memaksa kami masuk ke dalam mobil polisi dan membawa kami ke pusat pencucian otak dan pusat penahanan. Saya masih ingat beberapa kali polisi mendobrak masuk ke dalam rumah saya. Mereka membawa pergi ibu saya…”

Chen Jin dari Kota Fuzhou, Provinsi Fujian:

“Ketika berada di dalam penjara, saya didorong hingga jatuh ke lantai. Saya dipaksa untuk menandatangani sertifkat kematian sehingga kematian saya tidak akan terhitung  apa-apa.”

Wang Chunying:

“Saya dianiaya selama lima tahun di Kamp Kerja Paksa Masanjia. Tujuan dari penjaga sangat sederhana: memaksa saya agar melepaskan keyakinan pada Falun Gong. Karena saya menolak, mereka pun menyiksa saya. Saya ditarik di antara dua ranjang selama enam jam. Saya juga tidak diperbolehkan tidur selama enam hari dan enam malam.”

Anggota Kongres Dana Rohrabacher Memperpanjang Waktu Bicaranya Hingga Dua Kali

Anggota Kongres asal California Dana Rohrabacher adalah seorang anggota dewan senior untuk Komite Luar Negeri. Dia bergabung dalam rapat umum ini setelah menghadiri kegiatan gereja pada hari Minggu.

“Kita sebagai warga Amerika berhutang kepada mereka yang menderita. Kita sangat mensyukuri kebebasan kita, ayolah tunjukkan solidaritas bersama mereka yang menderita dibawa tirani,” katanya.

Dia mengemukakan satu alasan fundamental terjadinya penganiayaan: “Kita tahu bahwa di China, Falun Gong dijadikan sasaran bahkan melebihi keyakinan lain… Mengapa Falun Gong, karena para pemimpin komunis, para gangster yang memerintah negara ini merasa Anda sedang menghina mereka karena keyakinan Anda adalah berasal dari jiwa China. Mereka tidak ingin mengakuinya karena itu merupakan sebuah ancaman bagi mereka!”

Anggota Kongres Dana Rohrabacher berfoto bersama dengan para korban yang selamat dari penganiayaan (Sumber foto: Epch Times)

Ketika dia turun dari panggung, kelapa staf memperkenalkan para korban yang selamat dari penganiayaan kepadanya. Dia berhenti untuk berfoto bersama dengan mereka. Dia bersalaman dengan beberapa orang sekaligus. Banyak korban selamat yang menangis dan mengekpresikan apresiasi dan rasa hormat mereka.

Anggota Kongres Dana Rohrabacher dan praktisi Falun Gong (Sumber Foto: Epoch Times)

Anggota Kongres Rohrabacher sangat terharu. Dia bertanya kepada pembaca acara apakah boleh berbicara beberapa kata lagi. Dia mulai dengan berkata: “Saya rasa saya akan menceritakan beberapa hal untuk kalian. Ini adalah tentang ayah saya.” Dia tersendat dan harus berhenti. Para hadirin memberikan tepuk tangan hangat dan menyemangatinya.

Rohrabacher lalu berbagi sebuah kisah pribadinya mengenai ayahnya, yang merupakan seorang petani miskin di Negara Bagian North Dakota dan pernah mengabdi di Korps Marinir selama Perang Dunia II.

Saat bekerja sebagai penulis naskah bagi Ronald Reagan, Rohrabacher mengundang kedua orang tuanya untuk sebuah acara sarapan di Gedung Putih ketika Reagan dilantik untuk kedua kalinya.

Mereka akhirnya duduk di sebelah Elaine Chao, yang kemudian menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja, yang bersama kedua orang tuanya. Ketika ayah Rohrabacher mengetahui bahwa mereka sebenarnya berasal dari Shanghai, dia menjelaskan bahwa dialah orang pertama yang mendaratkan pesawat terbangnya di Shanghai.

Kedua orang tua Chao berkata, ”Oh ya, kami masih ingat hari-hari itu. Hari-hari yang sangat mengerikan. Tentara memberontak, dan orang-orang dibunuh, kekacauan terjadi dimana-mana. Tetapi ketika Amerika tiba, [Anggota Kongres ini terdiam lagi] kami tahu situasi ini akan membaik dan kami akan selamat karena Amerika berada di sana.” [ tepuk tangan ]

Karena ayahanda dari Anggota Kongres ini pernah tinggal di Shanghai selama satu tahun dan ditugaskan untuk menjalankan komunikasi dengan rakyat China yang hanya mengenal sedikit bahasa Inggris atau tidak sama sekali, dia berbicara kepada ayah Chao dengan cara yang sama, yaitu berbicara dengan lambat dan suara kencang mengenai jam elektroniknya yang baru dan menunjukkannya, karena merasa ayah Chao tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik.

Mengetahui ayah Chao adalah seorang pengusaha kaya yang berbahasa Inggris dengan baik, Anggota Kongres ini pun tidak bisa menyembunyikan rasa malu atas perilaku ayahnya.

Akan tetapi, saat mereka akan pergi,  orang tua Chao menggenggam lengan Anggota Kongres dan berkata, ”Kami melihat bahwa Anda merasa malu karena ayah kamu. Jangan pernah merasa malu terhadap ayah kamu sendiri! Dialah satu-satunya yang datang untuk menyelamatkan kami!”

Hal ini membuat Anggota Kongres Rohrabacher menyimpulkan pesannya di rapat umum ini: “Kita semua adalah warga Amerika sekarang, baik ras maupun agama apapun. Kini semua terserah pada kita untuk mendatangi rakyat China dan menyelamatkan mereka dari tirani yang mengerikan ini. Bukan untuk bersekongkol untuk mendapatkan keuntungan, tetapi untuk menciptakan sebuah dunia yang bebas dan lebih cinta damai serta makmur. Terima kasih kepada kalian semua. Tuhan memberkati kalian.”

Dengan mewakili para korban selamat, pembawa acara menawarkan bunga-bunga lotus kertas kepada Anggota Kongres ini untuk diberikan kepada tiga anaknya sebagai ucapan terima kasih  karena telah meluangkan waktunya pada hari Minggu untuk bergabung dalam rapat umum dan mendukung Falun Gong.

Selain Anggota Kongres Rohrabacher, banyak tamu lain yang berbicara di rapat umum ini, termasuk Dr. Robert Garcia, Deputi Walikota Long Beach; Anggota Dewan Kota Long Beach Dr. Suja Lowenthal; Denise Fernandez yang mewakili Anggota Kongres Loretta Sanchez; Dr. Torsten Trey, Ketua Doctors Against Forced Organ Harvesting (DAFOH): dan Greg Autry, pengusaha terkenal, penulis serta pengajar dan perwakilan dari Amnesty International.

Dr. Robert Garcia (kiri), Deputi Walikota Long Beach, dan Anggota Dewan Kota Long Beach Suja Lowenthal (kanan) menghadiri rapat umum dengan proklamasi bagi praktisi Falun Gong

Chinese version click here
English version click here