Pensiunan Guru Disiksa di Kamp Kerja Paksa Masanjia
(Minghui.org) Ia
berusia 60-an dan seorang pensiunan guru. Berikut adalah apa yang
terjadi pada praktisi Falun Gong yang tidak bersalah ini di Kamp
Kerja Paksa Masanjia yang terkenal kejam di Provinsi Liaoning dari
2004-2006.
I. Cuci Otak, Tidak Boleh
Tidur dan Kerja Fisik yang Melelahkan
Pada 2004, praktisi ini ditahan di Divisi Tiga Masanjia dari Tim No. 5. Tim dipimpin oleh Guan Liying dan kaki tangannya yang tidak lagi berlatih Falun Gong di mana mengawasinya sepanjang hari. Mereka meneriaki, menyiksa dengan hinaan, memfitnah dan berkomentar sinis terhadapnya.
Karena ia bertahan dari cuci otak, tidurnya dikurangi. Segera setelah menutup mata, mereka akan membangunkannya dan berkata, ”Tulis tiga sumpah melepaskan Falun Gong sehingga kami tidak dikaitkan dan dihukum.” Selama 20 hari terus menerus, ia hanya diperkenankan tidur tiga sampai empat jam setiap malam.
Pada Oktober 2004, tahanan kerja paksa mulai memanen jagung. Ini pekerjaan melelahkan bahkan bagi pemuda yang sehat karena intensitas tinggi kerja fisiknya. Guan dengan sengaja menggunakan pekerjaan ini untuk mengoyahkannya karena ia telah bertahan dari cuci otak sampai saat itu. Setelah memanen jagung, ia mengalami sakit parah di tangannya dan pusing-pusing karena kesehatannya sudah memburuk.
Ketika orang lain istirahat, ia dipaksa bekerja di ladang setiap hari. Menahan sakit menusuk di lengan dan tangannya, ia menarik bongkol jagung satu persatu. Pada malam hari, ia begitu kesakitan hingga tidak dapat tidur. Lengannya begitu pegal sehingga hampir tidak bisa diangkat. Jari-jarinya begitu kaku sehingga tidak dapat mengepal. Punggungnya pegal dan kaku.
Akhirnya lengannya begitu sakit sehingga tidak dapat bekerja, tetapi Guan memaksanya pergi ke ladang. Ia melakukan yang terbaik untuk menahan sakit hingga dibebaskan pada April 2006. Lengan dan tangannya hampir tidak berfungsi pada waktu itu. Tangannya sakit bahkan ketika melakukan kerja ringan. Ia hampir tidak bisa melakukan pekerjaan kecil seperti berpakaian sendiri, mencuci baju atau menulis.
II. Ditahan di Kurungan; Masa Penahanan Diperpanjang
Karena ia tidak memenuhi permintaan Guan, ia dipindahkan ke Tim No. 3. Ketua tim wanita, yang bernama akhir Dong, melakukan berbagai masalah padanya. Ketika ia tidak dapat menyekop salju, Dong meneriaki, memerintahkannya untuk menemui dokter tapi bayar sendiri dan memperpanjang masa penahanannya.
Ia mempunyai seorang teman satu sel yang mengetahui bahwa ia adalah pendatang baru di bagian ini, dan seorang manula yang menolak untuk dicuci otak. Tahanan itu mengambil kesempatan ini untuk mengincarnya pada suatu malam. Saat ia menyiapkan ranjang, tahanan itu mulai menghinanya dan mereka saling berdebat. Pada malam itu, penjaga yang bertugas adalah kepala divisi Li Yuming. Ketika Li memanggilnya untuk datang ke kantornya, ia tidak datang. Li memerintahkan dua penjaga pria untuk menyeretnya ke suatu ruang gelap yang kecil. Li berniat menjadikannya sebagai contoh.
Ruangan di mana ia ditempatkan seukuran ranjang tanpa jendela. Lantainya ditutupi selimut robek, ada kursi besi dekat tembok dan sepasang borgol tergantung di kursi. Speaker ditaruh di langit-langit, yang menyiarkan dengan suara sangat keras. Makanannya hanya terdiri dari semangkuk sop sayur dan sepotong roti basi. Penjaga terus menerus mengawasinya. Jika ia menolak makan, ia akan dicekoki. Pada musim dingin ia kelaparan dan basah kedinginan di situ. Ia ditahan di sel itu selama 20 hari.
III. Dipaksa Duduk di Bangku Plastik Kecil
Pada April 2005, praktisi tua ini dikirim ke pengawasan ketat di Divisi ke-1, di mana praktisi Falun Gong yang teguh ditahan. Para praktisi ini menolak mengenakan seragam kamp kerja paksa, bekerja dan mengenakan tanda nama. Hari-hari mereka sangat susah. Penjaga yang bertugas di kelompok ini adalah Zhang Lei. Zhang akan berjalan di antara mereka, kadang menendangi mereka. Ia memaksa mereka duduk di bangku plastik kecil untuk waktu yang lama. Bangku ini sangat kecil dan keras. Duduk di situ untuk waktu lama akan menyebabkan sakit yang amat sangat dan ngilu di tulang ekor. Akhirnya, kulit seseorang akan menjadi hitam lebam di tempat posisi duduk bangku plastik dan kadang kulitnya terluka.
Pensiunan guru ini tidak dapat tahan lagi dan berkata pada praktisi lain, ”Memaksa kita duduk di bangku kecil ini adalah penganiayaan.” Ia kemudian mengambil sejumput kecil kapas dan duduk di lantai. Penjaga Zhang melihat hal ini. Ia mendatanginya, menendang kapas itu, kemdian mendorong dan menyeretnya ke kantor penjaga. Di situ ia memborgolnya ke pipa pemanas. Zhang berkata, ”Batang yang menonjol keluar busuk duluan. Siapa yang menyuruh kamu memimpin?” Dokter memeriksa kulitnya dan berkata ia tidak dapat duduk lagi di bangku. Tetapi, setelah dokter pergi, Zhang masih memaksanya duduk. Ia memandanginya dengan mata marah dan mengincarnya setiap saat.
Suatu kali, penjaga menyeretnya ke gudang kamp dan memaksanya menulis surat pernyataan untuk melepaskan Falun Dafa. Ketika ia menolak, mereka menindihnya ke lantai. Ketika ia berusaha bangkit, mereka akan mendorongnya ke lantai lagi. Ini di tengah musim dingin. Mereka memaksanya berbaring di lantai sedingin es selama setengah hari.
IV. Cekok Paksa secara Brutal
Di penjara ini tubuhnya menderita luka parah dan pensiunan guru ini menjadi sangat lemat. Dua kali ia pingsan. Ini terjadi sekali sewaktu ia ke ruang mandi. Setelah beberapa langkah ia jatuh pingsan. Kali lainnya, dalam perjalanan ke WC, ia harus memegang lengan praktisi lain. Ia mulai jatuh dan pingsan. Beberapa praktisi membawanya ke ranjang.
Zhang Lei kemudian mencekok paksa terhadapnya, berkata ia pingsan karena tidak mau makan. Beberapa penjaga memeganginya dengan kasar. Mereka memegang tangan dan memencet hidung serta menutup mulutnya. Ia tidak dapat bergerak atau bernapas. Ia bertanya-tanya apakah mereka mencoba untuk membunuhnya dan meronta dengan segenap kekuatan. Akhirnya, mereka merenggangkan pegangannya dan ia dapat bernapas.
Ia terengah dan berkata keras, ”Apa yang kalian lakukan? Kalian ingin mencekik saya?”
Seorang penjaga menjawab, ”Kami takut kamu tidak mau makan sendiri.”
Pada akhir Juli 2005, ia melakukan mogok makan selama 61 hari. Selama itu ia menderita siksaan lain – hukuman cekok paksa. Zhang dengan beberapa penjaga berpakaian jubah putih medis menyeretnya ke ruang cekok. Mereka mendorongnya ke lantai dan memegang tangan dan kakinya dengan kencang. Anggota staf medis, mungkin dokter, mendorong selang panjang dari hidung ke perutnya. Selang itu menyentuh beberapa organ dalam dan jantungnya berdebar kencang. Ia merasa amat sakit bilamana selang itu menyentuhnya. Setelah itu seluruh tubuhnya gemetaran tak henti. Ia sering menangis tanpa kendali. Ini terjadi tiap hari. Ia dicekoki berbagai macam cairan berwarna-warni.
V. Babak Baru Penyiksaan Praktisi Falun Gong oleh Penjaga
Pada Febuari 2006, masa tahanan dari guru ini seharusnya berakhir, tetapi masanya diperpanjang dua bulan lagi. Saat itu, sekelompok penjaga baru tiba. Mereka memperlakukan praktisi lebih kejam lagi. Kelompok penjaga ini termasuk Ma Jishan dan Liu Yong. Mereka mulai menyiksa tahanan segera setelah mereka tiba. Mereka mengabaikan semua kondisi fisik dan akan memukul praktisi yang menolak mengenakan seragam kamp kerja paksa atau yang menolak bekerja. Mereka juga mengurung mereka di sel kecil atau memaksa mereka berdiri untuk waktu lama menghadap tembok. Beberapa digantung dengan borgol dan beberapa diborgol ke ranjang. Pensiunan guru ini diborgol dan dirantai, didorong oleh beberapa penjaga di selasar. Seluruh tubuhnya bengkak dan kaki kanannya begitu bengkak sehingga kulitnya mengkilat. Dengan hanya menyentuh tubuhnya sudah menyebabkan kesakitan yang amat sangat. Ia kesakitan hingga malam hari. Ketika ia duduk untuk mengurangi sakit, dia dimarahi.
Ia dipaksa untuk berdiri tegak dan diam segera setelah bangun di pagi hari. Jika ia bergerak sedikit saja, penjaga akan meneriaki dan menggampar wajahnya. Ia selalu hampir pingsan dan perlu menopang dirinya di jeruji ranjang. Karena ia menolak memaki seragam kamp, penjaga menolak kunjungan keluarga untuknya. Meski keluarganya pergi ke kamp kerja paksa berkali-kali, mereka pergi dengan sangat sedih karena tidak dapat menemuinya.
Praktisi ini adalah saksi hidup dari apa yang terjadi di Kamp Kerja Paksa Masanjia, bagaimana sarang horor ini menyiksa dan menganiaya praktisi Falun Gong. “Laporan investigasi” dari Tim Investigasi Liaoning yang disponsori pemerintah tidak memberikan gambaran jelas. Bagaimana bisa kriminal menyelidiki dirinya sendiri? Apakah mungkin mereka akan mengungkap kejahatan mereka sendiri?
Saya memohon ke semua praktisi yang telah ditahan secara ilegal dan disiksa merekam apa yang terjadi pada mereka dan membuat semua orang tahu tentang penganiayaan ini.
Chinese version click here
English version click here
Pada 2004, praktisi ini ditahan di Divisi Tiga Masanjia dari Tim No. 5. Tim dipimpin oleh Guan Liying dan kaki tangannya yang tidak lagi berlatih Falun Gong di mana mengawasinya sepanjang hari. Mereka meneriaki, menyiksa dengan hinaan, memfitnah dan berkomentar sinis terhadapnya.
Karena ia bertahan dari cuci otak, tidurnya dikurangi. Segera setelah menutup mata, mereka akan membangunkannya dan berkata, ”Tulis tiga sumpah melepaskan Falun Gong sehingga kami tidak dikaitkan dan dihukum.” Selama 20 hari terus menerus, ia hanya diperkenankan tidur tiga sampai empat jam setiap malam.
Pada Oktober 2004, tahanan kerja paksa mulai memanen jagung. Ini pekerjaan melelahkan bahkan bagi pemuda yang sehat karena intensitas tinggi kerja fisiknya. Guan dengan sengaja menggunakan pekerjaan ini untuk mengoyahkannya karena ia telah bertahan dari cuci otak sampai saat itu. Setelah memanen jagung, ia mengalami sakit parah di tangannya dan pusing-pusing karena kesehatannya sudah memburuk.
Ketika orang lain istirahat, ia dipaksa bekerja di ladang setiap hari. Menahan sakit menusuk di lengan dan tangannya, ia menarik bongkol jagung satu persatu. Pada malam hari, ia begitu kesakitan hingga tidak dapat tidur. Lengannya begitu pegal sehingga hampir tidak bisa diangkat. Jari-jarinya begitu kaku sehingga tidak dapat mengepal. Punggungnya pegal dan kaku.
Akhirnya lengannya begitu sakit sehingga tidak dapat bekerja, tetapi Guan memaksanya pergi ke ladang. Ia melakukan yang terbaik untuk menahan sakit hingga dibebaskan pada April 2006. Lengan dan tangannya hampir tidak berfungsi pada waktu itu. Tangannya sakit bahkan ketika melakukan kerja ringan. Ia hampir tidak bisa melakukan pekerjaan kecil seperti berpakaian sendiri, mencuci baju atau menulis.
II. Ditahan di Kurungan; Masa Penahanan Diperpanjang
Karena ia tidak memenuhi permintaan Guan, ia dipindahkan ke Tim No. 3. Ketua tim wanita, yang bernama akhir Dong, melakukan berbagai masalah padanya. Ketika ia tidak dapat menyekop salju, Dong meneriaki, memerintahkannya untuk menemui dokter tapi bayar sendiri dan memperpanjang masa penahanannya.
Ia mempunyai seorang teman satu sel yang mengetahui bahwa ia adalah pendatang baru di bagian ini, dan seorang manula yang menolak untuk dicuci otak. Tahanan itu mengambil kesempatan ini untuk mengincarnya pada suatu malam. Saat ia menyiapkan ranjang, tahanan itu mulai menghinanya dan mereka saling berdebat. Pada malam itu, penjaga yang bertugas adalah kepala divisi Li Yuming. Ketika Li memanggilnya untuk datang ke kantornya, ia tidak datang. Li memerintahkan dua penjaga pria untuk menyeretnya ke suatu ruang gelap yang kecil. Li berniat menjadikannya sebagai contoh.
Ruangan di mana ia ditempatkan seukuran ranjang tanpa jendela. Lantainya ditutupi selimut robek, ada kursi besi dekat tembok dan sepasang borgol tergantung di kursi. Speaker ditaruh di langit-langit, yang menyiarkan dengan suara sangat keras. Makanannya hanya terdiri dari semangkuk sop sayur dan sepotong roti basi. Penjaga terus menerus mengawasinya. Jika ia menolak makan, ia akan dicekoki. Pada musim dingin ia kelaparan dan basah kedinginan di situ. Ia ditahan di sel itu selama 20 hari.
III. Dipaksa Duduk di Bangku Plastik Kecil
Pada April 2005, praktisi tua ini dikirim ke pengawasan ketat di Divisi ke-1, di mana praktisi Falun Gong yang teguh ditahan. Para praktisi ini menolak mengenakan seragam kamp kerja paksa, bekerja dan mengenakan tanda nama. Hari-hari mereka sangat susah. Penjaga yang bertugas di kelompok ini adalah Zhang Lei. Zhang akan berjalan di antara mereka, kadang menendangi mereka. Ia memaksa mereka duduk di bangku plastik kecil untuk waktu yang lama. Bangku ini sangat kecil dan keras. Duduk di situ untuk waktu lama akan menyebabkan sakit yang amat sangat dan ngilu di tulang ekor. Akhirnya, kulit seseorang akan menjadi hitam lebam di tempat posisi duduk bangku plastik dan kadang kulitnya terluka.
Pensiunan guru ini tidak dapat tahan lagi dan berkata pada praktisi lain, ”Memaksa kita duduk di bangku kecil ini adalah penganiayaan.” Ia kemudian mengambil sejumput kecil kapas dan duduk di lantai. Penjaga Zhang melihat hal ini. Ia mendatanginya, menendang kapas itu, kemdian mendorong dan menyeretnya ke kantor penjaga. Di situ ia memborgolnya ke pipa pemanas. Zhang berkata, ”Batang yang menonjol keluar busuk duluan. Siapa yang menyuruh kamu memimpin?” Dokter memeriksa kulitnya dan berkata ia tidak dapat duduk lagi di bangku. Tetapi, setelah dokter pergi, Zhang masih memaksanya duduk. Ia memandanginya dengan mata marah dan mengincarnya setiap saat.
Suatu kali, penjaga menyeretnya ke gudang kamp dan memaksanya menulis surat pernyataan untuk melepaskan Falun Dafa. Ketika ia menolak, mereka menindihnya ke lantai. Ketika ia berusaha bangkit, mereka akan mendorongnya ke lantai lagi. Ini di tengah musim dingin. Mereka memaksanya berbaring di lantai sedingin es selama setengah hari.
IV. Cekok Paksa secara Brutal
Di penjara ini tubuhnya menderita luka parah dan pensiunan guru ini menjadi sangat lemat. Dua kali ia pingsan. Ini terjadi sekali sewaktu ia ke ruang mandi. Setelah beberapa langkah ia jatuh pingsan. Kali lainnya, dalam perjalanan ke WC, ia harus memegang lengan praktisi lain. Ia mulai jatuh dan pingsan. Beberapa praktisi membawanya ke ranjang.
Zhang Lei kemudian mencekok paksa terhadapnya, berkata ia pingsan karena tidak mau makan. Beberapa penjaga memeganginya dengan kasar. Mereka memegang tangan dan memencet hidung serta menutup mulutnya. Ia tidak dapat bergerak atau bernapas. Ia bertanya-tanya apakah mereka mencoba untuk membunuhnya dan meronta dengan segenap kekuatan. Akhirnya, mereka merenggangkan pegangannya dan ia dapat bernapas.
Ia terengah dan berkata keras, ”Apa yang kalian lakukan? Kalian ingin mencekik saya?”
Seorang penjaga menjawab, ”Kami takut kamu tidak mau makan sendiri.”
Pada akhir Juli 2005, ia melakukan mogok makan selama 61 hari. Selama itu ia menderita siksaan lain – hukuman cekok paksa. Zhang dengan beberapa penjaga berpakaian jubah putih medis menyeretnya ke ruang cekok. Mereka mendorongnya ke lantai dan memegang tangan dan kakinya dengan kencang. Anggota staf medis, mungkin dokter, mendorong selang panjang dari hidung ke perutnya. Selang itu menyentuh beberapa organ dalam dan jantungnya berdebar kencang. Ia merasa amat sakit bilamana selang itu menyentuhnya. Setelah itu seluruh tubuhnya gemetaran tak henti. Ia sering menangis tanpa kendali. Ini terjadi tiap hari. Ia dicekoki berbagai macam cairan berwarna-warni.
V. Babak Baru Penyiksaan Praktisi Falun Gong oleh Penjaga
Pada Febuari 2006, masa tahanan dari guru ini seharusnya berakhir, tetapi masanya diperpanjang dua bulan lagi. Saat itu, sekelompok penjaga baru tiba. Mereka memperlakukan praktisi lebih kejam lagi. Kelompok penjaga ini termasuk Ma Jishan dan Liu Yong. Mereka mulai menyiksa tahanan segera setelah mereka tiba. Mereka mengabaikan semua kondisi fisik dan akan memukul praktisi yang menolak mengenakan seragam kamp kerja paksa atau yang menolak bekerja. Mereka juga mengurung mereka di sel kecil atau memaksa mereka berdiri untuk waktu lama menghadap tembok. Beberapa digantung dengan borgol dan beberapa diborgol ke ranjang. Pensiunan guru ini diborgol dan dirantai, didorong oleh beberapa penjaga di selasar. Seluruh tubuhnya bengkak dan kaki kanannya begitu bengkak sehingga kulitnya mengkilat. Dengan hanya menyentuh tubuhnya sudah menyebabkan kesakitan yang amat sangat. Ia kesakitan hingga malam hari. Ketika ia duduk untuk mengurangi sakit, dia dimarahi.
Ia dipaksa untuk berdiri tegak dan diam segera setelah bangun di pagi hari. Jika ia bergerak sedikit saja, penjaga akan meneriaki dan menggampar wajahnya. Ia selalu hampir pingsan dan perlu menopang dirinya di jeruji ranjang. Karena ia menolak memaki seragam kamp, penjaga menolak kunjungan keluarga untuknya. Meski keluarganya pergi ke kamp kerja paksa berkali-kali, mereka pergi dengan sangat sedih karena tidak dapat menemuinya.
Praktisi ini adalah saksi hidup dari apa yang terjadi di Kamp Kerja Paksa Masanjia, bagaimana sarang horor ini menyiksa dan menganiaya praktisi Falun Gong. “Laporan investigasi” dari Tim Investigasi Liaoning yang disponsori pemerintah tidak memberikan gambaran jelas. Bagaimana bisa kriminal menyelidiki dirinya sendiri? Apakah mungkin mereka akan mengungkap kejahatan mereka sendiri?
Saya memohon ke semua praktisi yang telah ditahan secara ilegal dan disiksa merekam apa yang terjadi pada mereka dan membuat semua orang tahu tentang penganiayaan ini.
Chinese version click here
English version click here
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org