Pada siang hari 16 September 2013, perwakilan NTDTV di Medan mengadakan pemutaran film “Free China: The Courage to Believe” di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) setempat. Acara pemutaran film tersebut disaksikan oleh enam belas peserta baik dari LBH maupun para aktivis HAM.

(Minghui.org)

Film tersebut merupakan produksi bersama antara NTDTV dan World2Be Productions, dan sejauh ini telah memenangkan beberapa penghargaan pada festival film internasional seperti American Insight Free Speech Film Festival, 45th WorldFest Houston International Film Festival, IX International Short Film Festival di Peru, FreeThought International Film Festival di Denver dan lain-lain. Disamping penghargaan, film dokumenter ini telah diputar di Parlemen Inggris, Parlemen Eropa di Brussels, Parlemen Israel, Kongres Amerika Serikat, termasuk di DPRD Tabanan, Bali.

Film tersebut mendokumentasikan kisah nyata seorang mantan anggota Partai Komunis China, Jennifer Zeng, yang belakangan ditahan dan harus menanggung siksaan fisik maupun mental di penjara rejim komunis, karena Jennifer berlatih metode kultivasi Falun Dafa. Kisah kedua merupakan bagian dari perjalanan hidup Dr. Charles Lee, seorang pengusaha Amerika keturunan Tionghoa yang turut berupaya menghentikan penganiayaan Falun Dafa di daratan China, dan akhirnya malah menjadi terpidana tiga tahun di kamp pendidikan kembali rejim komunis China. Dua kehidupan yang tampaknya tak memiliki keterkaitan, dipertemukan karena keyakinan mereka yang sama pada Falun Dafa, dan bagaimana keduanya kemudian berhasil ke luar dari daratan China, kemudian terus menyuarakan serta menyerukan penghentian segera penganiayaan terhadap Falun Dafa, penghapusan sistem kerja paksa rejim komunis, serta kejahatan pengambilan organ tubuh dari para praktisi Falun Dafa yang ditahan.

Setelah pemutaran film yang berdurasi kurang dari satu jam tersebut, diadakan sesi diskusi yang turut dihadiri beberapa praktisi Falun Dafa Medan. Beberapa peserta menanyakan apa itu Falun Dafa (disebut juga Falun Gong). Muhrizal, seorang aktivis HAM setempat yang selama beberapa tahun telah mengamati perkembangan Falun Dafa, menyampaikan pandangan pribadinya, turut menjelaskan fakta serta situasi Falun Dafa kepada para peserta lain, serta menyerukan agar bersama-sama menghentikan penganiayaan brutal ini.

Terkait dengan pengambilan organ tubuh, saat diskusi juga mencuat pertanyaan apakah praktek-praktek tersebut masih terus berlanjut. Para praktisi yang hadir menjelaskan bahwa pengambilan organ masih terus berlanjut dan bahkan saat ini China telah menjadi negara tujuan utama transplantasi organ karena waktu tunggunya yang singkat dan mudahnya memperoleh organ tubuh. Banyak peserta terguncang dengan skala kekejaman rejim komunis dan menyuarakan dukungan mereka bagi upaya-upaya untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan ini.