“Bakar Mereka Semua, Bunuh Mereka Semua, Rampas Mereka Semua” Versi PKT
(Minghui.org)
Selama masa Perang Dunia II, para penyerbu Jepang menerapkan
kebijakan “bakar semua, bunuh mereka semua, rampas mereka semua” di
Tiongkok. Kebijakan ini terkenal sebagai Sanguang (“tigal hal
musnah semuanya”) bagi warga Tiongkok. Penganiayaan di seluruh
negeri terhadap Falun Gong mengadopsi mantra yang serupa: “Rusak
reputasi mereka, bangkrutkan keuangan mereka, dan hancurkan fisik
mereka.”
Semua jenis penyiksaan yang
digunakan terhadap praktisi Falun Gong, berusaha untuk memaksa
mereka melepaskan keyakinannya. Salah satu dari penyiksaan itu
adalah bentuk lain dari Sanguang; tarik janggut, alis mata dan bulu
mata. Kadang-kadang juga termasuk jembut.
Dr. Shao Chengluo, seorang dokter tua dari pengobatan Tiongkok dari Jalan Liuting di Desa Zhao, Distrik Chengyang, Kota Qingdao, Provinsi Shandong, sangat dihormati karena kebaikan dan bakat pengobatannya yang hebat. Karena berlatih Falun Gong, Shao dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara. Dia mengalami 150 jenis penyiksaan di Penjara Shandong.
Qi Dongxing, seorang narapidana kasus pembunuhan, memerintah napi Xue Aisheng untuk duduk di atas tubuh Dr. Shao dan memerintah beberapa lainnya untuk menarik rambut Dr. Shao. Mereka mengakhirinya dengan menarik janggut, alis mata, bulut mata dan sepertiga dari rambut di kepalanya. Salah seorang dari mereka berteriak, “Partai Komunis Tiongkok juga memiliki kebijakan Sanguang! Kami akan membuat kamu merasakannya!”
Penyiksaan yang serupa dilakukan di penjara lain, meskipun tidak diberikan label khusus. Sebagai contoh, Liu Xifeng, seorang praktisi Falun Gong bersama guru sekolah menengah di Shenzhen, diinterogasi oleh petugas polisi pada 10 April 2002.
Salah seorang petugas menampar wajah Liu berulang kali, dan sering membungkus kepalanya dengan lakban, menyisakan sedikit celah agar dia bisa bernafas. Mereka memerintah Liu untuk menjawab pertanyaaan. Saat dia menolak, mereka merobek sedikit lakbannya, yang ikut menarik rambut, alis mata dan janggut Liu oleh tempelan lakban. Sungguh menyakitkan. Mereka berulang kali membungkus kepalanya dengan lakban dan merobeknya lagi.
Menarik rambut seseorang bukan hanya penyiksaan fisik yang brutal, tetapi juga bentuk penghinaan.
Di Penjara Shandong, para tahanan menarik janggut Dr. Shao Chen Luo dan jembutnya.
Tang Xuexian di Kabupaten Lanshan, Provinsi Hunan, telah ditangkap tujuh kali dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena berlatih Falun Gong.
Peng Chunsheng dan Wu Hongwei, kedua petugas di Penjara Wanglin, Kabupaten You, meminta Yuan Yang, seorang tahanan yang berbadan besar, agar banyak minum minuman keras dan memerintahkan dia untuk menyiksa Tang pada malam hari. Yuan menyerbu Tang di ranjang dan menyiksanya selama dua jam.
Dia naik ke atas badan Tang dan sandarkan sikutnya ke dadanya, membuatnya terasa sangat sakit dan sulit bagi Tang untuk bernafas. Dia menarik pakaian dalam Tang, menekan lututnya ke paha Tang, dan mencubit serta menarik alat kelamin Tang. Lalu dia mencabut jembut Tang dan menyumpalnya ke dalam mulut Tang.
Yun Fuqi, seorang praktisi Falun Gong di Kabupaten Fanzheng, Provinsi Heilongjiang, dibawa ke Pusat Penahanan Pertama Kabupaten Fanzheng pada Mei 2008. Para tahanan menendang Yun hingga jatuh ke lantai di depan para napi. Salah seorang dari mereka menarik pakaian dalam Yun. Mereka mencabut jembut dan rambut ketiaknya, serta memaksanya untuk menelan.
Zhang Qingshu, seorang praktisi Falun Gong di Desa Shiba, Kecamatan Hesheng, Chendu, Provinsi Sichuan, ditahan di Kamp Kerja Paksa Xinhua di Mianyang. Dia dipaksa untuk duduk tegak dan tangannya diletakkan pada lututnya untuk waktu yang sangat lama. Para tahanan menarik janggut, rambut ketiak, dan jembutnya, serta menempelnya di punggung telapak tangannya. Mereka juga menghantam jari Zhang dengan balok besi.
Praktisi wanita juga disiksa dengan cara ini. Sebagai contoh, Ren Ping asal Kota Langfang, Provinsi Hebei, ditahan di Kamp Kerja Paksa Wanita Kaiping di Tangshan selama 13 bulan. Petugas Yang Hongli, Wang Yuhua, Jia Fengwei, dan Liu Xiujuan mendobrak masuk sel Ren dan memukulinya hingga hidungnya berdarah. Mereka menarik banyak rambutnya. Kepala petugas Yang Hongli memerintahkan petugas lain untuk melucuti Ren hingga telanjang dan memerintah tahanan Chen Yanru untuk mencabut semua jembut Ren.
Dr. Shao Chengluo, seorang dokter tua dari pengobatan Tiongkok dari Jalan Liuting di Desa Zhao, Distrik Chengyang, Kota Qingdao, Provinsi Shandong, sangat dihormati karena kebaikan dan bakat pengobatannya yang hebat. Karena berlatih Falun Gong, Shao dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara. Dia mengalami 150 jenis penyiksaan di Penjara Shandong.
Qi Dongxing, seorang narapidana kasus pembunuhan, memerintah napi Xue Aisheng untuk duduk di atas tubuh Dr. Shao dan memerintah beberapa lainnya untuk menarik rambut Dr. Shao. Mereka mengakhirinya dengan menarik janggut, alis mata, bulut mata dan sepertiga dari rambut di kepalanya. Salah seorang dari mereka berteriak, “Partai Komunis Tiongkok juga memiliki kebijakan Sanguang! Kami akan membuat kamu merasakannya!”
Penyiksaan yang serupa dilakukan di penjara lain, meskipun tidak diberikan label khusus. Sebagai contoh, Liu Xifeng, seorang praktisi Falun Gong bersama guru sekolah menengah di Shenzhen, diinterogasi oleh petugas polisi pada 10 April 2002.
Salah seorang petugas menampar wajah Liu berulang kali, dan sering membungkus kepalanya dengan lakban, menyisakan sedikit celah agar dia bisa bernafas. Mereka memerintah Liu untuk menjawab pertanyaaan. Saat dia menolak, mereka merobek sedikit lakbannya, yang ikut menarik rambut, alis mata dan janggut Liu oleh tempelan lakban. Sungguh menyakitkan. Mereka berulang kali membungkus kepalanya dengan lakban dan merobeknya lagi.
Menarik rambut seseorang bukan hanya penyiksaan fisik yang brutal, tetapi juga bentuk penghinaan.
Di Penjara Shandong, para tahanan menarik janggut Dr. Shao Chen Luo dan jembutnya.
Tang Xuexian di Kabupaten Lanshan, Provinsi Hunan, telah ditangkap tujuh kali dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena berlatih Falun Gong.
Peng Chunsheng dan Wu Hongwei, kedua petugas di Penjara Wanglin, Kabupaten You, meminta Yuan Yang, seorang tahanan yang berbadan besar, agar banyak minum minuman keras dan memerintahkan dia untuk menyiksa Tang pada malam hari. Yuan menyerbu Tang di ranjang dan menyiksanya selama dua jam.
Dia naik ke atas badan Tang dan sandarkan sikutnya ke dadanya, membuatnya terasa sangat sakit dan sulit bagi Tang untuk bernafas. Dia menarik pakaian dalam Tang, menekan lututnya ke paha Tang, dan mencubit serta menarik alat kelamin Tang. Lalu dia mencabut jembut Tang dan menyumpalnya ke dalam mulut Tang.
Yun Fuqi, seorang praktisi Falun Gong di Kabupaten Fanzheng, Provinsi Heilongjiang, dibawa ke Pusat Penahanan Pertama Kabupaten Fanzheng pada Mei 2008. Para tahanan menendang Yun hingga jatuh ke lantai di depan para napi. Salah seorang dari mereka menarik pakaian dalam Yun. Mereka mencabut jembut dan rambut ketiaknya, serta memaksanya untuk menelan.
Zhang Qingshu, seorang praktisi Falun Gong di Desa Shiba, Kecamatan Hesheng, Chendu, Provinsi Sichuan, ditahan di Kamp Kerja Paksa Xinhua di Mianyang. Dia dipaksa untuk duduk tegak dan tangannya diletakkan pada lututnya untuk waktu yang sangat lama. Para tahanan menarik janggut, rambut ketiak, dan jembutnya, serta menempelnya di punggung telapak tangannya. Mereka juga menghantam jari Zhang dengan balok besi.
Praktisi wanita juga disiksa dengan cara ini. Sebagai contoh, Ren Ping asal Kota Langfang, Provinsi Hebei, ditahan di Kamp Kerja Paksa Wanita Kaiping di Tangshan selama 13 bulan. Petugas Yang Hongli, Wang Yuhua, Jia Fengwei, dan Liu Xiujuan mendobrak masuk sel Ren dan memukulinya hingga hidungnya berdarah. Mereka menarik banyak rambutnya. Kepala petugas Yang Hongli memerintahkan petugas lain untuk melucuti Ren hingga telanjang dan memerintah tahanan Chen Yanru untuk mencabut semua jembut Ren.
Chinese version click here
English version click here
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org