Seorang Perempuan Judes Berubah Menjadi Baik Budi
(Minghui.org)
Saya dulu bersifat agresif dan bertemperamen buruk, yang membuat
saya sering menemui kesulitan. Saat berkenalan dengan para praktisi
Falun Dafa (Falun Gong) pada tahun 2000, saya sedang menjalani
hukuman penjara karena berbuat jahat. Mereka adalah orang-orang
yang begitu baik bahkan saya bisa melihat keindahan Falun Dafa dan
keagungan Guru mereka, yang mempunyai pengikut-pengikut yang begitu
luar biasa.
Para praktisi dipenjara akibat
penganiayaan terhadap Falun Gong yang diluncurkan oleh rejim
komunis Tiongkok, tetapi saya mengerti bahwa propaganda negatif
yang disebar luaskan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) itu bohong.
Saya begitu tertarik pada prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar yang
diajarkan Falun Gong hingga saya mulai ikut berlatih, meski saya
masih di dalam penjara.
Saya dibebaskan pada tahun 2004. Ketika keluarga mengetahui saya berlatih Falun Gong, mereka kebingungan. Seperti juga saya dulu, mereka telah termakan oleh berita-berita di surat kabar dan TV oleh PKT. Tunduk pada penguasa yang lalim, mereka menentang keras keterlibatan saya pada Falun Gong.
Diinspirasi oleh prinsip-prinsip itu, saya memahami sepanjang saya berprilaku seperti praktisi sejati dan selalu berpenampilan sesuai dengan prinsip Sejati-Baik-Sabar, dengan pasti keluarga saya akan dapat menerima latihan itu. Jadi saya bertekad untuk berkultivasi dengan baik, dari tindakan saya hingga pembicaraan saya, dengan murni mempraktekkan keanggunan para praktisi Falun Gong.
Dulu Saya “Judes” Tak Seorang pun Berani Menantang Saya
Saya adalah satu-satunya anak perempuan, dengan empat orang kakak laki-laki dan tiga orang adik laki-laki. Saya seorang anak yang manja, menjadi bos di rumah. Kemauan saya harus langsung terlaksana, kasar, dan tidak sabaran; memukul siapa saja yang tidak saya sukai. Tak seorang pun di keluarga, termasuk para ipar saya, berani melawan. Jika mereka melakukannya, mereka akan saya tinju dengan keras. Saya telah memukul hampir semua anggota keluarga. Untuk kepentingan yang hanya sedikit saja, saya pernah berkelahi dengan salah seorang kakak ipar, menggigit jari manisnya hingga putus.
Paman saya temperamennya juga keras, tak seorang pun berani melawannya, kecuali saya. Saya menyumpahi orang tak henti-hentinya seperti senapan mesin. Suatu hari paman marah sekali kepada saya lalu mengejar saya naik ke bukit. Saya lari hingga ke atas bukit, lalu berhenti dan mengambil batu dari tanah. Saya ancam dia, “Jika berani mendekat, berani sumpah akan saya pukul kepalamu dengan batu ini.”
Dia ketakutan. Dalam ledakan kemarahan yang tak terlampiaskan itu dia berteriak, “Dasar Judes!” Kata itu menjadi nama panggilan saya.
Saya sama sekali berubah setelah berlatih Falun Gong.
Falun Dafa Mengajari Saya “Sabar”
Ayah meninggal pada tahun 2004. Untuk biaya pemakamannya para saudara laki-laki yang menanggung dan setuju berpatungan. Mereka menyerahkan uangnya kepada saya untuk menyelenggarakan pemakaman itu. Kakak tertua merasa sangat marah kepada saya, katanya: “Kamu seorang wanita yang sudah menikah. Siapa yang memberikan hak kepada kamu mengelola urusan keluarga kami?” Saya tak memberi jawaban atau pun merasa jengkel kepadanya. Setelah kejadian ini, saya memperlakukan dia seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa.
Suatu hari kerbau kakak tertua keluar dari kandang, masuk ke ladang dan makan tanaman salah seorang tetangga. Kakak sedang tidak di rumah, maka tetangga itu menemui adik saya (kelima dari keluarga) agar menghalau kerbau itu. Karena adik saya ini tidak akur dengan kakak, dia mengabaikannya. Ketika kakak ipar perempuan mengetahui, dia menuduh saya dengan sengaja mempengaruhi adik agar tidak mengambil kerbau itu, mencoba menghasut perselisihan antara saya dengan adik. Teringat bahwa saya seorang praktisi Falun Gong, saya tidak melawannya.
Beberapa hari kemudian, kakak tertua ingin menyembelih seekor babi. Dia menelepon adik agar menolongnya. Karena tahu siapa yang menelepon, dia tidak menjawab. Saya katakan kepada adik, “Jangan begitu, bagaimana pun juga dia adalah kakak kita. Bagaimana boleh kamu memperlakukan dia seperti itu?” Saya mengambil teleponnya dan menelepon kakak.
Kakak ipar perempuan yang menjawab, dia langsung menuduh saya mencuri telepon yang ibu saya berikan kepada adik. Tidak hanya itu, dia pergi ke mana-mana dan menjelek-jelekkan saya di depan tetangga. Karena saya seorang pengikut Falun Dafa, saya tidak membalas. Tidak menaruh dendam, bahkan saya masih menolong keluarganya memberi makan kerbau, babi dan ayam peliharaan mereka.
Keponakan perempuan saya, anak dari kakak tertua yang masih sekolah di kota, suatu hari dalam musim panas pulang liburan, dan saya datang ke rumahnya menengok dia. Kakak ipar mulai berbicara tentang kejelekan saya. Keponakan berkali-kali memperingatkan ibunya. Setelah diam, saya dengan tenang mengatakan kepadanya, “Sekarang saya menjadi praktisi Falun Gong. Guru mengajarkan kepada kami prinsip Sejati-Baik-Sabar. Karena itulah saya dapat bersikap sabar ketika kamu mengganggu saya. Jika saya bukan praktisi Falun Gong, apakah saya dapat bersikap seperti ini? Dulu siapa yang berani melawan saya? Falun Gong telah mengubah saya dengan tuntas.” Mereka mendengarkan dengan diam. Kakak ketiga berkomentar, “Kami bisa lihat bahwa latihan itu baik, dengan memerhatikan perubahan yang terjadi pada adik kita ini.”
Pada tahun 2009 saya memberi kakak tertua sebuah MP3 berisi ceramah Guru. Dia mendengarkan ceramah itu dan menyenanginya, maka ia pun menjadi praktisi Falun Gong. Dulu dia menderita penyakit psoriasis (penyakit kulit sejenis kurap). Selama dua dasawarsa telah menghabiskan puluhan ribu dolar untuk pengobatan, namun tidak berhasil. Sekarang setelah mendengarkan ceramah Guru, psoriasis itu secara ajaib lenyap. Dia juga berhenti merokok dan minum alkohol. Dia minta maaf karena kesalahpahamannya tentang latihan saya itu. Dia berjanji akan berlatih sampai akhir.
Keluarga Suami Menanggap Saya adalah Orang yang Paling Baik di Keluarga
Setelah bercerai dengan suami, saya harus mengasuh dua orang anak perempuan. Kemudian saya menikah lagi. Keluarga suami yang baru tahu bahwa saya adalah seorang praktisi Falun Dafa. Pada tahun 2012 ibu mertua terserang penyakit cerebelar atrofi (gangguan syaraf otak) dan emfisema (penyakit paru-paru sejenis asma), dan harus dirawat di rumah sakit. Dia sering batuk-batuk, bernafas pendek, menggigil, dan segalanya harus dibantu.
Ibu mertua mempunyai tiga orang anak laki-laki dan empat orang wanita. Setelah mengirim ibu ke rumah sakit, mereka tak ada yang menunggu, hanya saya seorang yang merawat dia. Saya menginap dan membelikan bubur, buah, dan makanan bergizi untuknya. Saya juga yang mengganti popok dan menjaganya agar selalu bersih.
Beberapa orang di rumah sakit menanyakan kepada ibu apakah saya anaknya atau menantunya. Dengan bangga dia menjawab, “Dia itu menantu saya.” Mereka sangat kagum dan mengatakan tak banyak orang seperti saya pada jaman sekarang ini. Saya katakan kepada mereka, “Karena saya praktisi Falun Gong. Guru mengajari saya menjadi orang baik dan hidup dengan berprinsip pada Sejati-Baik-Sabar, tak peduli dalam kondisi apa pun.”
Saya putarkan ceramah Guru agar ibu mertua mau mendengarkan, dan juga memintanya agar melafalkan “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Dia sembuh dengan cepat dan setelah tiga bulan boleh keluar dari rumah sakit. Sejak itu kesehatannya tetap baik. Banyak orang mengatakan sangat sulit menyeimbangkan hubungan antara ibu mertua dengan menantu wanita, namun bagi saya tak ada masalah. Ibu mertua senang bersama saya, dan kami tak henti-hentinya bercakap-cakap.
Suami dan keluarganya sangat senang sekali dengan keberadaan saya di dalam keluarganya, dan katanya saya adalah orang yang terbaik di keluarga. Mereka bisa menerima Falun Gong, dan saya meyakinkan seluruh keluarga, sebanyak 30 orang, untuk keluar dari PKT dan organisasi afiliasinya.
Membawa “Sejati-Baik-Sabar” ke dalam Pekerjaan.
Saya membuka toko jahit, melayani berbagai macam pelanggan. Siapa pun mereka saya layani dengan standar Dafa. Saya tak pernah menipu atau mengambil kesempatan mengambil keuntungan dari mereka, melayani dengan hormat, tulus, dan jujur.
Sering kali di antara pakaian-pakaian dan alas tempat tidur yang akan diperbaiki terselip uang karena kelupaan. Jika saya menemukan uang saya simpan hingga pelanggan itu datang kembali. Suatu hari ada seorang pria membawa kemeja untuk diperbaik. Di salah satu kantongnya terdapat uang tunai $100. Ketika dia datang untuk mengambil bajunya, uang itu saya kembalikan. Dia sangat terkesan dan katanya: “Anda ini Lei Feng hidup.” (Seorang tokoh yang hidup pada tahun 1960-an di Tiongkok, terkenal dengan karakternya yang jujur dan murah hati), saya hanya tersenyum lalu berkata, “Saya bukan Lei Feng. Saya seorang praktisi Falun Dafa. Saya berkultivasi Sejati-Baik-Sabar. Ini uang anda. Saya harus mengembalikan kepada anda. Tak perlu berterima kasih kepada saya.”
Dia terkejut heran mendengarkan apa yang saya katakan, “Tak ada seorang pun yang seperti itu di jaman sekarang ini.” Lalu saya mulai mengklarifikasi fakta tentang penganiayaan Falun Gong kepadanya. Saya berbicara tentang kekejaman PKT, dan menyarankan dia untuk keluar dari PKT dan organisasi afiliasinya. Dia menyetujuinya.
Pada peristiwa yang lain, seorang pelanggan wanita mengumpat saya karena dia tidak suka dengan perubahan pada pakaiannya yang saya lakukan. Ada beberapa orang pelanggan berada di sana. Saya mencoba menjelaskan kepadanya, tetapi dia tidak mau mendengarkan, malahan menjadi lebih marah. Dia tahu saya berlatih Falun Gong, maka dia menakut-nakuti akan melaporkan saya ke polisi agar toko ini ditutup.
Sebagai praktisi Dafa, saya tidak seharusnya melawan. Saya tunggu hingga dia tenang sedikit, kemudian saya katakan kepadanya sambil tersenyum, “Marah tidak baik buat kesehatan anda. Ini hanya sepotong pakaian. Silakan dipakai dulu, akan saya lihat dari sisi yang lain, dan akan saya buat menjadi lebih serasi bagi anda.” Dia menjadi tenang dan baju itu dipakainya. Saya amati dan saya jepit dengan peniti di tempat-tempat yang akan diubah.
Ketika dia kembali untuk mengambil bajunya, saya katakan kepadanya, “Sebagai seorang praktisi Falun Gong, saya selalu melihat ke dalam bila terjadi perselisihan. Kalau tidak, saya pasti akan menyalahkan lawan saya.” Saya lalu melakukan klarifikasi fakta kepadanya tentang penganiayaan Falun Gong. Dia mendengarkan dengan penuh perhatian, dan atas rekomendasi saya dia keluar dari PKT. Dia juga minta kepada saya materi klarifikasi. Sejak hari itu, dia sering mampir ke toko untuk sekadar menyapa, dengan membawa buah-buahan atau kembang gula. Inilah kekuatan Falun Dafa.
Ada seorang wanita akan mengubahkan bajunya; biasanya saya memasang tarif sedikitnya $30 untuk pekerjaan semacam itu, namun karena dia sudah berumur, saya hanya membebani $20. Saya mengklarifikasi fakta kepadanya tentang penganiayaan Falun Gong. Dia senang mendengarkan dan mengatakan bahwa saya seorang yang paling baik yang pernah dia temui. Kemudian dia memperkenalkan saya kepada anak perempuannya, yang mengatakan juga saya sangat baik. Saya ceritakan kepada mereka bahwa saya melakukan latihan Falun Gong, dan saya ceritakan keindahan latihan itu dan bagaimana telah mengubah diri saya. Setelah mengetahui fakta penganiayaan, mereka keluar dari PKT.
Semua tetangga mengetahui kalau saya berlatih Falun Gong. Melalui saya mereka melihat keindahan dan keagungan latihan itu, dan percaya bahwa para praktisi Falun Gong baik hati. Segala kesempatan saya gunakan untuk klarifikasi fakta kepada mereka. Sering karena mereka melihat saya sangat sibuk membawakan makanan untuk saya.
Pelanggan saya menjadi sangat banyak, dan usaha saya sangat meningkat. Mereka lebih suka datang ke saya meskipun harus menunggu dalam antrean panjang. Dan kami akrab satu sama lain, seperti keluarga saja. Ada juga penjahit di tetangga saya, tetapi sangat sepi. Hampir tak ada orang yang mau pergi ke sana. Bahkan kerabatnya pun memilih datang ke tempat saya.
Saya sudah tak ingat lagi berapa banyak pelanggan yang saya klarifikasi fakta. Suatu hari saya pergi ke pasar berbelanja bahan makanan. Salah seorang penjual sayuran menyapa saya, lalu katanya, “Andalah yang mengajari saya untuk melafalkan ‘Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.’” Saya membalas sambil tersenyum, “Maafkan saya, saya tak ingat lagi dan lupa wajah anda. Tetapi sepanjang anda ingat akan ‘Falun Dafa baik’ itu sudah cukup.”
Saya dibebaskan pada tahun 2004. Ketika keluarga mengetahui saya berlatih Falun Gong, mereka kebingungan. Seperti juga saya dulu, mereka telah termakan oleh berita-berita di surat kabar dan TV oleh PKT. Tunduk pada penguasa yang lalim, mereka menentang keras keterlibatan saya pada Falun Gong.
Diinspirasi oleh prinsip-prinsip itu, saya memahami sepanjang saya berprilaku seperti praktisi sejati dan selalu berpenampilan sesuai dengan prinsip Sejati-Baik-Sabar, dengan pasti keluarga saya akan dapat menerima latihan itu. Jadi saya bertekad untuk berkultivasi dengan baik, dari tindakan saya hingga pembicaraan saya, dengan murni mempraktekkan keanggunan para praktisi Falun Gong.
Dulu Saya “Judes” Tak Seorang pun Berani Menantang Saya
Saya adalah satu-satunya anak perempuan, dengan empat orang kakak laki-laki dan tiga orang adik laki-laki. Saya seorang anak yang manja, menjadi bos di rumah. Kemauan saya harus langsung terlaksana, kasar, dan tidak sabaran; memukul siapa saja yang tidak saya sukai. Tak seorang pun di keluarga, termasuk para ipar saya, berani melawan. Jika mereka melakukannya, mereka akan saya tinju dengan keras. Saya telah memukul hampir semua anggota keluarga. Untuk kepentingan yang hanya sedikit saja, saya pernah berkelahi dengan salah seorang kakak ipar, menggigit jari manisnya hingga putus.
Paman saya temperamennya juga keras, tak seorang pun berani melawannya, kecuali saya. Saya menyumpahi orang tak henti-hentinya seperti senapan mesin. Suatu hari paman marah sekali kepada saya lalu mengejar saya naik ke bukit. Saya lari hingga ke atas bukit, lalu berhenti dan mengambil batu dari tanah. Saya ancam dia, “Jika berani mendekat, berani sumpah akan saya pukul kepalamu dengan batu ini.”
Dia ketakutan. Dalam ledakan kemarahan yang tak terlampiaskan itu dia berteriak, “Dasar Judes!” Kata itu menjadi nama panggilan saya.
Saya sama sekali berubah setelah berlatih Falun Gong.
Falun Dafa Mengajari Saya “Sabar”
Ayah meninggal pada tahun 2004. Untuk biaya pemakamannya para saudara laki-laki yang menanggung dan setuju berpatungan. Mereka menyerahkan uangnya kepada saya untuk menyelenggarakan pemakaman itu. Kakak tertua merasa sangat marah kepada saya, katanya: “Kamu seorang wanita yang sudah menikah. Siapa yang memberikan hak kepada kamu mengelola urusan keluarga kami?” Saya tak memberi jawaban atau pun merasa jengkel kepadanya. Setelah kejadian ini, saya memperlakukan dia seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa.
Suatu hari kerbau kakak tertua keluar dari kandang, masuk ke ladang dan makan tanaman salah seorang tetangga. Kakak sedang tidak di rumah, maka tetangga itu menemui adik saya (kelima dari keluarga) agar menghalau kerbau itu. Karena adik saya ini tidak akur dengan kakak, dia mengabaikannya. Ketika kakak ipar perempuan mengetahui, dia menuduh saya dengan sengaja mempengaruhi adik agar tidak mengambil kerbau itu, mencoba menghasut perselisihan antara saya dengan adik. Teringat bahwa saya seorang praktisi Falun Gong, saya tidak melawannya.
Beberapa hari kemudian, kakak tertua ingin menyembelih seekor babi. Dia menelepon adik agar menolongnya. Karena tahu siapa yang menelepon, dia tidak menjawab. Saya katakan kepada adik, “Jangan begitu, bagaimana pun juga dia adalah kakak kita. Bagaimana boleh kamu memperlakukan dia seperti itu?” Saya mengambil teleponnya dan menelepon kakak.
Kakak ipar perempuan yang menjawab, dia langsung menuduh saya mencuri telepon yang ibu saya berikan kepada adik. Tidak hanya itu, dia pergi ke mana-mana dan menjelek-jelekkan saya di depan tetangga. Karena saya seorang pengikut Falun Dafa, saya tidak membalas. Tidak menaruh dendam, bahkan saya masih menolong keluarganya memberi makan kerbau, babi dan ayam peliharaan mereka.
Keponakan perempuan saya, anak dari kakak tertua yang masih sekolah di kota, suatu hari dalam musim panas pulang liburan, dan saya datang ke rumahnya menengok dia. Kakak ipar mulai berbicara tentang kejelekan saya. Keponakan berkali-kali memperingatkan ibunya. Setelah diam, saya dengan tenang mengatakan kepadanya, “Sekarang saya menjadi praktisi Falun Gong. Guru mengajarkan kepada kami prinsip Sejati-Baik-Sabar. Karena itulah saya dapat bersikap sabar ketika kamu mengganggu saya. Jika saya bukan praktisi Falun Gong, apakah saya dapat bersikap seperti ini? Dulu siapa yang berani melawan saya? Falun Gong telah mengubah saya dengan tuntas.” Mereka mendengarkan dengan diam. Kakak ketiga berkomentar, “Kami bisa lihat bahwa latihan itu baik, dengan memerhatikan perubahan yang terjadi pada adik kita ini.”
Pada tahun 2009 saya memberi kakak tertua sebuah MP3 berisi ceramah Guru. Dia mendengarkan ceramah itu dan menyenanginya, maka ia pun menjadi praktisi Falun Gong. Dulu dia menderita penyakit psoriasis (penyakit kulit sejenis kurap). Selama dua dasawarsa telah menghabiskan puluhan ribu dolar untuk pengobatan, namun tidak berhasil. Sekarang setelah mendengarkan ceramah Guru, psoriasis itu secara ajaib lenyap. Dia juga berhenti merokok dan minum alkohol. Dia minta maaf karena kesalahpahamannya tentang latihan saya itu. Dia berjanji akan berlatih sampai akhir.
Keluarga Suami Menanggap Saya adalah Orang yang Paling Baik di Keluarga
Setelah bercerai dengan suami, saya harus mengasuh dua orang anak perempuan. Kemudian saya menikah lagi. Keluarga suami yang baru tahu bahwa saya adalah seorang praktisi Falun Dafa. Pada tahun 2012 ibu mertua terserang penyakit cerebelar atrofi (gangguan syaraf otak) dan emfisema (penyakit paru-paru sejenis asma), dan harus dirawat di rumah sakit. Dia sering batuk-batuk, bernafas pendek, menggigil, dan segalanya harus dibantu.
Ibu mertua mempunyai tiga orang anak laki-laki dan empat orang wanita. Setelah mengirim ibu ke rumah sakit, mereka tak ada yang menunggu, hanya saya seorang yang merawat dia. Saya menginap dan membelikan bubur, buah, dan makanan bergizi untuknya. Saya juga yang mengganti popok dan menjaganya agar selalu bersih.
Beberapa orang di rumah sakit menanyakan kepada ibu apakah saya anaknya atau menantunya. Dengan bangga dia menjawab, “Dia itu menantu saya.” Mereka sangat kagum dan mengatakan tak banyak orang seperti saya pada jaman sekarang ini. Saya katakan kepada mereka, “Karena saya praktisi Falun Gong. Guru mengajari saya menjadi orang baik dan hidup dengan berprinsip pada Sejati-Baik-Sabar, tak peduli dalam kondisi apa pun.”
Saya putarkan ceramah Guru agar ibu mertua mau mendengarkan, dan juga memintanya agar melafalkan “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Dia sembuh dengan cepat dan setelah tiga bulan boleh keluar dari rumah sakit. Sejak itu kesehatannya tetap baik. Banyak orang mengatakan sangat sulit menyeimbangkan hubungan antara ibu mertua dengan menantu wanita, namun bagi saya tak ada masalah. Ibu mertua senang bersama saya, dan kami tak henti-hentinya bercakap-cakap.
Suami dan keluarganya sangat senang sekali dengan keberadaan saya di dalam keluarganya, dan katanya saya adalah orang yang terbaik di keluarga. Mereka bisa menerima Falun Gong, dan saya meyakinkan seluruh keluarga, sebanyak 30 orang, untuk keluar dari PKT dan organisasi afiliasinya.
Membawa “Sejati-Baik-Sabar” ke dalam Pekerjaan.
Saya membuka toko jahit, melayani berbagai macam pelanggan. Siapa pun mereka saya layani dengan standar Dafa. Saya tak pernah menipu atau mengambil kesempatan mengambil keuntungan dari mereka, melayani dengan hormat, tulus, dan jujur.
Sering kali di antara pakaian-pakaian dan alas tempat tidur yang akan diperbaiki terselip uang karena kelupaan. Jika saya menemukan uang saya simpan hingga pelanggan itu datang kembali. Suatu hari ada seorang pria membawa kemeja untuk diperbaik. Di salah satu kantongnya terdapat uang tunai $100. Ketika dia datang untuk mengambil bajunya, uang itu saya kembalikan. Dia sangat terkesan dan katanya: “Anda ini Lei Feng hidup.” (Seorang tokoh yang hidup pada tahun 1960-an di Tiongkok, terkenal dengan karakternya yang jujur dan murah hati), saya hanya tersenyum lalu berkata, “Saya bukan Lei Feng. Saya seorang praktisi Falun Dafa. Saya berkultivasi Sejati-Baik-Sabar. Ini uang anda. Saya harus mengembalikan kepada anda. Tak perlu berterima kasih kepada saya.”
Dia terkejut heran mendengarkan apa yang saya katakan, “Tak ada seorang pun yang seperti itu di jaman sekarang ini.” Lalu saya mulai mengklarifikasi fakta tentang penganiayaan Falun Gong kepadanya. Saya berbicara tentang kekejaman PKT, dan menyarankan dia untuk keluar dari PKT dan organisasi afiliasinya. Dia menyetujuinya.
Pada peristiwa yang lain, seorang pelanggan wanita mengumpat saya karena dia tidak suka dengan perubahan pada pakaiannya yang saya lakukan. Ada beberapa orang pelanggan berada di sana. Saya mencoba menjelaskan kepadanya, tetapi dia tidak mau mendengarkan, malahan menjadi lebih marah. Dia tahu saya berlatih Falun Gong, maka dia menakut-nakuti akan melaporkan saya ke polisi agar toko ini ditutup.
Sebagai praktisi Dafa, saya tidak seharusnya melawan. Saya tunggu hingga dia tenang sedikit, kemudian saya katakan kepadanya sambil tersenyum, “Marah tidak baik buat kesehatan anda. Ini hanya sepotong pakaian. Silakan dipakai dulu, akan saya lihat dari sisi yang lain, dan akan saya buat menjadi lebih serasi bagi anda.” Dia menjadi tenang dan baju itu dipakainya. Saya amati dan saya jepit dengan peniti di tempat-tempat yang akan diubah.
Ketika dia kembali untuk mengambil bajunya, saya katakan kepadanya, “Sebagai seorang praktisi Falun Gong, saya selalu melihat ke dalam bila terjadi perselisihan. Kalau tidak, saya pasti akan menyalahkan lawan saya.” Saya lalu melakukan klarifikasi fakta kepadanya tentang penganiayaan Falun Gong. Dia mendengarkan dengan penuh perhatian, dan atas rekomendasi saya dia keluar dari PKT. Dia juga minta kepada saya materi klarifikasi. Sejak hari itu, dia sering mampir ke toko untuk sekadar menyapa, dengan membawa buah-buahan atau kembang gula. Inilah kekuatan Falun Dafa.
Ada seorang wanita akan mengubahkan bajunya; biasanya saya memasang tarif sedikitnya $30 untuk pekerjaan semacam itu, namun karena dia sudah berumur, saya hanya membebani $20. Saya mengklarifikasi fakta kepadanya tentang penganiayaan Falun Gong. Dia senang mendengarkan dan mengatakan bahwa saya seorang yang paling baik yang pernah dia temui. Kemudian dia memperkenalkan saya kepada anak perempuannya, yang mengatakan juga saya sangat baik. Saya ceritakan kepada mereka bahwa saya melakukan latihan Falun Gong, dan saya ceritakan keindahan latihan itu dan bagaimana telah mengubah diri saya. Setelah mengetahui fakta penganiayaan, mereka keluar dari PKT.
Semua tetangga mengetahui kalau saya berlatih Falun Gong. Melalui saya mereka melihat keindahan dan keagungan latihan itu, dan percaya bahwa para praktisi Falun Gong baik hati. Segala kesempatan saya gunakan untuk klarifikasi fakta kepada mereka. Sering karena mereka melihat saya sangat sibuk membawakan makanan untuk saya.
Pelanggan saya menjadi sangat banyak, dan usaha saya sangat meningkat. Mereka lebih suka datang ke saya meskipun harus menunggu dalam antrean panjang. Dan kami akrab satu sama lain, seperti keluarga saja. Ada juga penjahit di tetangga saya, tetapi sangat sepi. Hampir tak ada orang yang mau pergi ke sana. Bahkan kerabatnya pun memilih datang ke tempat saya.
Saya sudah tak ingat lagi berapa banyak pelanggan yang saya klarifikasi fakta. Suatu hari saya pergi ke pasar berbelanja bahan makanan. Salah seorang penjual sayuran menyapa saya, lalu katanya, “Andalah yang mengajari saya untuk melafalkan ‘Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.’” Saya membalas sambil tersenyum, “Maafkan saya, saya tak ingat lagi dan lupa wajah anda. Tetapi sepanjang anda ingat akan ‘Falun Dafa baik’ itu sudah cukup.”
Chinese version click here
English version click here
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org