Naik “Yellow Express”: Perjalanan Seorang Musisi Demi Kebenaran dan Keadilan
(Minghui.org)
Ada sebuah konser bertema “Cahaya dan Perdamaian” pada Juli 2003
dimana Anders Eriksson menyanyikan lagunya “Walk On” di depan
Capitol Hill. Bersama Anders, belasan musisi, penari dan aktor dari
seluruh dunia berkumpul di Washington D.C. berusaha untuk
meningkatkan kesadaran terhadap penganiayaan Falun Gong di
Tiongkok.
Melalui lagunya “Walk On,” Anders
menceritakan kisah tragis, kisah inspirasi tentang praktisi Falun
Gong yang melangkah di Lapangan Tiananmen di Beijing dari seluruh
penjuru negeri. Ada yang bahkan menghabiskan beberapa pasang sepatu
supaya mereka bisa dengan damai memohon kepada pemerintah di
Beijing untuk menghentikan penganiayaan.
“Mereka memasukkan istri saya ke dalam penjara,
memukulinya hingga ia menjadi gila.
Itu mengingatkan saya ke masa lalu.
Semua kesedihan dan rasa sakit yang besar.
Saya bisa melihat Sungai Kuning berubah menjadi merah.
Begitu banyak yang disiksa dan ribuan orang meninggal dunia.
Ulangan lagu:
Beberapa sepatu usang.
Hanya itulah milikku.
Dan saya telah berjalan sepanjang malam.
Tiongkok, apa yang salah?
Yah, saya bertanya-tanya apa yang salah.
Perjalanan jauh ke Lapangan Tiananmen,
tapi saya tidak keberatan.
Saya akan tiba di sana.
Dan memberitahu kepada seluruh dunia bahwa pemimpin kami salah dalam menganiaya Falun Gong.
Gunung Tai Shan menumpahkan air matanya.
Melihat begitu banyak kekerasan selama ribuan tahun.
Ulangan lagu:
Berjalanlah, berjalanlah!
Wahai semua, bangunlah dari ilusi!
Berjalanlah, berjalanlah!
Hentikan penganiayaan!”
“Mereka memasukkan istri saya ke dalam penjara,
memukulinya hingga ia menjadi gila.
Itu mengingatkan saya ke masa lalu.
Semua kesedihan dan rasa sakit yang besar.
Saya bisa melihat Sungai Kuning berubah menjadi merah.
Begitu banyak yang disiksa dan ribuan orang meninggal dunia.
Ulangan lagu:
Beberapa sepatu usang.
Hanya itulah milikku.
Dan saya telah berjalan sepanjang malam.
Tiongkok, apa yang salah?
Yah, saya bertanya-tanya apa yang salah.
Perjalanan jauh ke Lapangan Tiananmen,
tapi saya tidak keberatan.
Saya akan tiba di sana.
Dan memberitahu kepada seluruh dunia bahwa pemimpin kami salah dalam menganiaya Falun Gong.
Gunung Tai Shan menumpahkan air matanya.
Melihat begitu banyak kekerasan selama ribuan tahun.
Ulangan lagu:
Berjalanlah, berjalanlah!
Wahai semua, bangunlah dari ilusi!
Berjalanlah, berjalanlah!
Hentikan penganiayaan!”
Anders tampil di depan Capitol
Hill AS pada Juli 2003
Anders dari Varberg, Swedia. Ia
mulai belajar piano pada usia 9 tahun dan juga memainkan gitar
serta organ. Musik selalu menjadi bagian penting dari hidupnya.
Meski mengarang banyak lagu, ia tidak percaya bahwa pada suatu hari
tampil di atas panggung karena sifatnya yang pemalu.
“Saya tahu memiliki suara yang bagus, tetapi saya tidak pernah bernyanyi di muka umum sampai saya menjadi kultivator Falun Gong. Saya adalah anggota band waktu di SMA dan memainkan keyboard dan organ. Ketika berusia 18 tahun, saya menulis lagu pertama ’You Make Life Worth Living.’ Saya merasa menulis itu mudah, tetapi terlalu malu untuk menyanyikannya.”
Berkultivasi Falun Gong
“Mendapatkan kursi di dekat jendela di baris kedua
dari singasana emas supir.
Kami sudah memesannya jauh hari.
Tujuan akhir “Rumah.”
Satu tiket kembali kepada kebenaran.
Semua menaiki kereta malam ini.
Bergegaslah sekarang, kita bepergian dengan Yellow Line.
Satu tiket kembali kepada kebenaran.
Semua menaiki kereta malam ini.
Lagu “One Way Ticket Back to the Truth,” menggambarkan bagaimana Anders memulai kultivasi Falun Gong.
Selain musik, Anders muda ini juga suka membaca dan mempelajari spiritualitas.
“Saya mulai mencari arti kehidupan ketika masih remaja. Saya mencoba berbagai hal demi kehidupan harmonis dan membaca banyak buku spiritual. Akhirnya, saya menemukan Taichi dan Qigong.”
Anders pernah pergi ke Gothenburg untuk menghadiri workshop qigong, dimana suatu hari, ia bertemu seorang wanita Asia yang memperkenalkan Falun Gong kepadanya.
“Miliki unsur Buddhisme dan Taoisme. Saya merasa inilah apa yang sedang saya cari.”
Anders mencari tempat latihan setempat dan menghadiri workshop Falun Gong kedua di Gothenburg pada 1995.
“Saya menyadari bahwa yang pernah saya pelajari dahulu tidaklah penting. Membaca Zhuan Falun dan buku Falun Gong lainnya, saya memahami bahwa Guru Li Hongzhi dan Falun Gong adalah tingkat sangat tinggi. Menghadiri konferensi berbagi pengalaman di Beijing pada musim gugur 1996 memperdalam pemahaman saya terhadap kultivasi.”
Seperti lagu yang dinyanyikannya, Ander berangkat dan menuju kebenaran. Pada Oktober 1996, ia dan banyak praktisi Falun Gong Barat pergi ke Tiongkok untuk menghadiri Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Internasional Pertama di Beijing, di mana ia bertemu pencipta Falun Gong, Guru Li Hongzhi, untuk pertama kalinya.
“Setelah konferensi, kami pergi ke Taman Ditan (Kuil Bumi) untuk makan malam. Tiba-tiba, saya mendengar tepuk tangan dan semua orang berdiri. Guru Li muncul di antara kita.”
“Guru Li mulai berbicara. Beberapa praktisi Tiongkok berusaha untuk menterjemahkannya bagi praktisi Barat, tetapi kemudian mereka segera berhenti, karena mereka bukan penterjemah profesional dan tidak dapat mengikuti Guru Li.”
“Sangat menyesal bahwa kami tidak dapat mendengarkan pembicaraan Guru Li saat itu. Anda bisa bayangkan betapa bahagianya saya ketika pembicaraan itu akhirnya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa 11 tahun kemudian.”
Juga di konferensi itu, Anders berbicara di depan umum tentang pengalaman dan pemahamannya tentang kultivasi untuk pertama kalinya. Salah satu rekan praktisinya masih teringat suasana waktu itu.
“Anders, ah, pemuda pemalu. Ia tidak pernah berbicara di publik. Tetapi hari itu, ia menceritakan pemahaman kultivasinya kepada lebih dari 100 orang.”
Pada perjalanan yang sama itu, Anders juga beryanyi untuk rekan-rekan praktisinya. Bahkan sampai hari ini, beberapa peserta masih mengingat dia - seorang pemuda Barat yang tampan dengan suara yang merdu.
Berkultivasi Falun Gong tidak hanya meningkatkan dunia spiritual Anders, namun juga meningkatkan kesehatan fisiknya.
“Tulang belakang saya sakit sejak masih remaja dan tidak dapat melakukan latihan berat. Ketika pertama berlatih Falun Gong, saya tidak dapat duduk selama satu jam. Tetapi setahun kemudian, sakitnya lenyap. Sudah lebih dari 10 tahun tidak pernah sakit lagi.”
Memberitahu Dunia Tentang Penganiayaan
Sebagai editor grafis profesional, musik hanyalah hobi untuk Anders sampai Juli 1999, ketika pemerintah Tiongkok melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong.
“Setelah penganiayaan dimulai, saya mulai memberitahu publik apa sebenarnya Falun Gong dan betapa brutalnya penganiayaan itu. Awalnya, saya menulis artikel, mengedit materi dan membantu merancang spanduk. Segera, saya menyadari bahwa musik adalah jalan yang paling berpengaruh besar untuk meningkatkan kesadaran terhadap penganiayaan. Saya menulis lagu berjudul ‘Walk On.’”
Itu adalah lagu pertama yang ditulis Anders tentang Falun Gong, di mana ia menyanyikannya di konser “Cahaya dan Perdamaian” pada Juli 2003 di Washington D.C.
“Saya menulis laguitu. Praktisi setempat menyemangati saya untuk menyanyikannya di kegiatan Falun Gong di Copenhagen. Saya tidak pernah menyanyi di depan publik. Saya ingin mengatakan tidak kepadanya, tetapi saya merasa sebagai kultivator Falun Gong harus menerima tantangan dan mendobrak ketakutan saya. Jadi, saya menyanyikan lagu itu pada September 2002. Mendapat sambutan dari penonton.”
Setelah itu, ia dan beberapa musisi, yang juga berkultivasi Falun Gong, mendirikan band bernama “Yellow Express.”
Sejumlah lagu diciptakan. Band itu berkeliling di Eropa, memberitahu publik tentang Falun Gong dan penganiayaan.
Mengapa band itu disebut “Yellow Express?” Kuning adalah warna baju latihan praktisi Falun Gong dan juga kaos yang sering dikenakan oleh praktisi di kegiatan publik.
Ketika Jiang Zemin, mantan kepala Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan pembunuh utama dari penganiayaan, mengunjungi Eropa beberapa tahun lalu, ia bertemu praktisi Falun Gong yang melakukan protes di setiap tempat kunjungannya. Kemanapun ia pergi, ia melihat praktisi berkaos kuning memegang spanduk kuning bertuliskan “Falun Dafa baik.”
“Jiang takut terhadap warna kuning. Kuning juga warna peringatan, yang sering digunakan untuk menarik perhatian,” jelas Anders.
Dalam debut panggung di Jenewa pada 2003, sikap lurus dan suara merdu mereka mendapat tepuk tangan gemuruh yang lama.
Anders mempublikasikan ablum berjudul “Music For Freedom.” Banyak lagu dia telah diputar di TV dan stasiun radio.
Dalam surat kepada pengunjung, Anders menulis:
“Selama tiga kali perjalanan ke Tiongkok (1996 sampai 1999) saya bertemu banyak praktisi Falun Gong Tiongkok. Hati murni dan sikap tidak egois mereka meninggalkan kesan amat dalam kepada saya. Setelah penganiyaan terhadap Falun Gong dimulai, saya sering bertanya-tanya apa yang terjadi pada teman-teman yang pernah saya jumpai. Apakah mereka menderita akibat disiksa? Apakah mereka masih hidup? Mengapa orang-orang yang begitu baik dianiaya? Saya sungguh tidak bisa mengerti. Seorang pria yang saya temui setiap pergi ke Tiongkok adalah Lin Chengtao, ilmuwan sukses di Beijing. Ia sekarang menderita cacat mental akibat penyiksaan di Kamp Kerja Paksa Tuanhe, Beijing. Kasus ini hanyalah salah dari sekian banyak.”
“Mengapa terjadi penganiayaan ini? Itu semua karena kecemburuan satu orang. Jiang Zemin (dituntut di Amerika Serikat karena melakukan genosida) tidak tahan atas kepopuleran Falun Gong, jadi ia melancarkan kampanye ini pada tahun 1999. Banyak orang Tiongkok dibohongi oleh propaganda gaya Nazi tentang Falun Gong.”
Kemudian, Anders bergabung dengan Paduan Suara Falun Dafa Eropa dan menjadi penyanyi utama. Selama pertunjukan keliling di Amerika Serikat, Anders dan anggota paduan suara bertemu dengan Guru Li Hongzhi.
“Saya melakukan heshi (mengatupkan kedua telapan tangan di depan dada) dan membungkuk kepada Guru Li. Beliau menyambut salam saya. Saat itu, saya merasa Guru Li menyemangati saya. Sungguh perasaan yang luar biasa. Kultivasi yang diciptakan oleh Guru Li telah memperbaharui jutaan kehidupan dan Guru Li telah melakukan semuanya tanpa syarat. Beliau tidak minta apapun dari pengikutnya. Beliau membuat kita menyadari pentingnya kewajiban kita sebagai kultivator.”
Guru Li berkata:
“Saya tahu memiliki suara yang bagus, tetapi saya tidak pernah bernyanyi di muka umum sampai saya menjadi kultivator Falun Gong. Saya adalah anggota band waktu di SMA dan memainkan keyboard dan organ. Ketika berusia 18 tahun, saya menulis lagu pertama ’You Make Life Worth Living.’ Saya merasa menulis itu mudah, tetapi terlalu malu untuk menyanyikannya.”
Berkultivasi Falun Gong
“Mendapatkan kursi di dekat jendela di baris kedua
dari singasana emas supir.
Kami sudah memesannya jauh hari.
Tujuan akhir “Rumah.”
Satu tiket kembali kepada kebenaran.
Semua menaiki kereta malam ini.
Bergegaslah sekarang, kita bepergian dengan Yellow Line.
Satu tiket kembali kepada kebenaran.
Semua menaiki kereta malam ini.
Lagu “One Way Ticket Back to the Truth,” menggambarkan bagaimana Anders memulai kultivasi Falun Gong.
Selain musik, Anders muda ini juga suka membaca dan mempelajari spiritualitas.
“Saya mulai mencari arti kehidupan ketika masih remaja. Saya mencoba berbagai hal demi kehidupan harmonis dan membaca banyak buku spiritual. Akhirnya, saya menemukan Taichi dan Qigong.”
Anders pernah pergi ke Gothenburg untuk menghadiri workshop qigong, dimana suatu hari, ia bertemu seorang wanita Asia yang memperkenalkan Falun Gong kepadanya.
“Miliki unsur Buddhisme dan Taoisme. Saya merasa inilah apa yang sedang saya cari.”
Anders mencari tempat latihan setempat dan menghadiri workshop Falun Gong kedua di Gothenburg pada 1995.
“Saya menyadari bahwa yang pernah saya pelajari dahulu tidaklah penting. Membaca Zhuan Falun dan buku Falun Gong lainnya, saya memahami bahwa Guru Li Hongzhi dan Falun Gong adalah tingkat sangat tinggi. Menghadiri konferensi berbagi pengalaman di Beijing pada musim gugur 1996 memperdalam pemahaman saya terhadap kultivasi.”
Seperti lagu yang dinyanyikannya, Ander berangkat dan menuju kebenaran. Pada Oktober 1996, ia dan banyak praktisi Falun Gong Barat pergi ke Tiongkok untuk menghadiri Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Internasional Pertama di Beijing, di mana ia bertemu pencipta Falun Gong, Guru Li Hongzhi, untuk pertama kalinya.
“Setelah konferensi, kami pergi ke Taman Ditan (Kuil Bumi) untuk makan malam. Tiba-tiba, saya mendengar tepuk tangan dan semua orang berdiri. Guru Li muncul di antara kita.”
“Guru Li mulai berbicara. Beberapa praktisi Tiongkok berusaha untuk menterjemahkannya bagi praktisi Barat, tetapi kemudian mereka segera berhenti, karena mereka bukan penterjemah profesional dan tidak dapat mengikuti Guru Li.”
“Sangat menyesal bahwa kami tidak dapat mendengarkan pembicaraan Guru Li saat itu. Anda bisa bayangkan betapa bahagianya saya ketika pembicaraan itu akhirnya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa 11 tahun kemudian.”
Juga di konferensi itu, Anders berbicara di depan umum tentang pengalaman dan pemahamannya tentang kultivasi untuk pertama kalinya. Salah satu rekan praktisinya masih teringat suasana waktu itu.
“Anders, ah, pemuda pemalu. Ia tidak pernah berbicara di publik. Tetapi hari itu, ia menceritakan pemahaman kultivasinya kepada lebih dari 100 orang.”
Pada perjalanan yang sama itu, Anders juga beryanyi untuk rekan-rekan praktisinya. Bahkan sampai hari ini, beberapa peserta masih mengingat dia - seorang pemuda Barat yang tampan dengan suara yang merdu.
Berkultivasi Falun Gong tidak hanya meningkatkan dunia spiritual Anders, namun juga meningkatkan kesehatan fisiknya.
“Tulang belakang saya sakit sejak masih remaja dan tidak dapat melakukan latihan berat. Ketika pertama berlatih Falun Gong, saya tidak dapat duduk selama satu jam. Tetapi setahun kemudian, sakitnya lenyap. Sudah lebih dari 10 tahun tidak pernah sakit lagi.”
Memberitahu Dunia Tentang Penganiayaan
Sebagai editor grafis profesional, musik hanyalah hobi untuk Anders sampai Juli 1999, ketika pemerintah Tiongkok melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong.
“Setelah penganiayaan dimulai, saya mulai memberitahu publik apa sebenarnya Falun Gong dan betapa brutalnya penganiayaan itu. Awalnya, saya menulis artikel, mengedit materi dan membantu merancang spanduk. Segera, saya menyadari bahwa musik adalah jalan yang paling berpengaruh besar untuk meningkatkan kesadaran terhadap penganiayaan. Saya menulis lagu berjudul ‘Walk On.’”
Itu adalah lagu pertama yang ditulis Anders tentang Falun Gong, di mana ia menyanyikannya di konser “Cahaya dan Perdamaian” pada Juli 2003 di Washington D.C.
“Saya menulis laguitu. Praktisi setempat menyemangati saya untuk menyanyikannya di kegiatan Falun Gong di Copenhagen. Saya tidak pernah menyanyi di depan publik. Saya ingin mengatakan tidak kepadanya, tetapi saya merasa sebagai kultivator Falun Gong harus menerima tantangan dan mendobrak ketakutan saya. Jadi, saya menyanyikan lagu itu pada September 2002. Mendapat sambutan dari penonton.”
Setelah itu, ia dan beberapa musisi, yang juga berkultivasi Falun Gong, mendirikan band bernama “Yellow Express.”
Sejumlah lagu diciptakan. Band itu berkeliling di Eropa, memberitahu publik tentang Falun Gong dan penganiayaan.
Mengapa band itu disebut “Yellow Express?” Kuning adalah warna baju latihan praktisi Falun Gong dan juga kaos yang sering dikenakan oleh praktisi di kegiatan publik.
Ketika Jiang Zemin, mantan kepala Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan pembunuh utama dari penganiayaan, mengunjungi Eropa beberapa tahun lalu, ia bertemu praktisi Falun Gong yang melakukan protes di setiap tempat kunjungannya. Kemanapun ia pergi, ia melihat praktisi berkaos kuning memegang spanduk kuning bertuliskan “Falun Dafa baik.”
“Jiang takut terhadap warna kuning. Kuning juga warna peringatan, yang sering digunakan untuk menarik perhatian,” jelas Anders.
Dalam debut panggung di Jenewa pada 2003, sikap lurus dan suara merdu mereka mendapat tepuk tangan gemuruh yang lama.
Anders mempublikasikan ablum berjudul “Music For Freedom.” Banyak lagu dia telah diputar di TV dan stasiun radio.
Dalam surat kepada pengunjung, Anders menulis:
“Selama tiga kali perjalanan ke Tiongkok (1996 sampai 1999) saya bertemu banyak praktisi Falun Gong Tiongkok. Hati murni dan sikap tidak egois mereka meninggalkan kesan amat dalam kepada saya. Setelah penganiyaan terhadap Falun Gong dimulai, saya sering bertanya-tanya apa yang terjadi pada teman-teman yang pernah saya jumpai. Apakah mereka menderita akibat disiksa? Apakah mereka masih hidup? Mengapa orang-orang yang begitu baik dianiaya? Saya sungguh tidak bisa mengerti. Seorang pria yang saya temui setiap pergi ke Tiongkok adalah Lin Chengtao, ilmuwan sukses di Beijing. Ia sekarang menderita cacat mental akibat penyiksaan di Kamp Kerja Paksa Tuanhe, Beijing. Kasus ini hanyalah salah dari sekian banyak.”
“Mengapa terjadi penganiayaan ini? Itu semua karena kecemburuan satu orang. Jiang Zemin (dituntut di Amerika Serikat karena melakukan genosida) tidak tahan atas kepopuleran Falun Gong, jadi ia melancarkan kampanye ini pada tahun 1999. Banyak orang Tiongkok dibohongi oleh propaganda gaya Nazi tentang Falun Gong.”
Kemudian, Anders bergabung dengan Paduan Suara Falun Dafa Eropa dan menjadi penyanyi utama. Selama pertunjukan keliling di Amerika Serikat, Anders dan anggota paduan suara bertemu dengan Guru Li Hongzhi.
“Saya melakukan heshi (mengatupkan kedua telapan tangan di depan dada) dan membungkuk kepada Guru Li. Beliau menyambut salam saya. Saat itu, saya merasa Guru Li menyemangati saya. Sungguh perasaan yang luar biasa. Kultivasi yang diciptakan oleh Guru Li telah memperbaharui jutaan kehidupan dan Guru Li telah melakukan semuanya tanpa syarat. Beliau tidak minta apapun dari pengikutnya. Beliau membuat kita menyadari pentingnya kewajiban kita sebagai kultivator.”
Guru Li berkata:
“…..lingkungan itu sendiri bukankah merupakan tempat Xiulian yang
disediakan oleh masyarakat manusia untuk pengikut Dafa? Ia dapat
memberikan Anda berbagai macam lingkungan dan faktor untuk
menampilkan keterikatan Anda, ia dapat memberikan segala kesempatan
bagi Anda untuk meningkat. Karena masalah ini besar, seluruh
masyarakat manusia telah dijadikan kuil baginya.” (Ceramah Fa pada
Hari Falun Dafa Sedunia, 2014)
Anders menjelaskan pemahamannya
tentang apa artinya mengikuti ajaran Guru Li.
“Falun Dafa berbeda dari agama lainnya. Kami berkultivasi. Kultivasi adalah meningkatkan watak dan raga seseorang, melepaskan keterikatan dan nafsu. Seseorang dapat meningkatkan dirinya dan mencapai kesempurnaan, jika mengikuti prinsip ‘Sejati-Baik-Sabar’ dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
“Kami tidak berdoa atau pergi ke kuil. Kami tidak punya ritual keagaamaan atau kebiasaan…”
Anders telah berkultivasi hampir 20 tahun. Ia menikah dan berkeluarga. Sebagai penyanyi utama dari “Yellow Express” dan Paduan Suara Falun Dafa Eropa, Anders bernyanyi untuk memberitahu dunia tentang Falun Gong.
“Jika penyanyi dapat melepaskan ego dan reputasinya serta melebur ke dalam musik, musiknya dapat menyentuh hati orang. Saya berterima kasih pada Guru Li telah mengatur kesempatan ini untuk saya, sehingga saya dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh kultivator Falun Gong dalam masa sejarah yang khusus ini,” kata Anders dengan tenang.
“Falun Dafa berbeda dari agama lainnya. Kami berkultivasi. Kultivasi adalah meningkatkan watak dan raga seseorang, melepaskan keterikatan dan nafsu. Seseorang dapat meningkatkan dirinya dan mencapai kesempurnaan, jika mengikuti prinsip ‘Sejati-Baik-Sabar’ dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
“Kami tidak berdoa atau pergi ke kuil. Kami tidak punya ritual keagaamaan atau kebiasaan…”
Anders telah berkultivasi hampir 20 tahun. Ia menikah dan berkeluarga. Sebagai penyanyi utama dari “Yellow Express” dan Paduan Suara Falun Dafa Eropa, Anders bernyanyi untuk memberitahu dunia tentang Falun Gong.
“Jika penyanyi dapat melepaskan ego dan reputasinya serta melebur ke dalam musik, musiknya dapat menyentuh hati orang. Saya berterima kasih pada Guru Li telah mengatur kesempatan ini untuk saya, sehingga saya dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh kultivator Falun Gong dalam masa sejarah yang khusus ini,” kata Anders dengan tenang.
Chinese version click here
English version click here
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org