(Minghui.org) Shifu di dalam ceramah Fa selalu memberi tahu kita sebagai orang xiulian bertemu hal apa saja harus selalu mencari ke dalam, terhadap ceramah Fa ini kita semua sudah sangat akrab, namun ketika benar-benar bertemu masalah apakah kita sudah bisa melakukannya dengan baik? Benar-benar melakukan seperti yang Shifu katakan? Banyak sekali rekan praktisi seharusnya mempunyai perasaan semacam itu, ketika belajar Fa juga tahu dan mengerti, setelah meletakkan buku saat bertemu masalah ternyata bukan melakukan sesuai dengan tuntutan di dalam Fa. Sudah Berkultivasi sekian tahun akhirnya saya menemukan ternyata diri sendiri berkultivasi palsu, tidak bisa melepaskan keakuan yang palsu, meskipun bertemu masalah juga mencari ke dalam tapi mencari ke dalam ada syaratnya (adalah mencari kesalahan lawan dulu) dan bukan benar-benar melakukan sesuai tuntutan Fa tanpa syarat mencari ke dalam. Hari ini ketika sedang latihan perangkat gerakan, tiba-tiba memahami ternyata sumber yang menghalangi saya meningkat adalah di sini.
Manusia biasa semua ada prinsip
ini, reaksi lawan bisa menjadi cermin untuk menemukan kekurangan
diri sendiri, tetapi seiring dengan moralitas manusia yang semakin
bobrok, orang-orang sudah mengabaikan moralitas diri sendiri, kita
yang dibesarkan di dalam lingkungan kebudayaan yang bermetamorfosa
secara alami sudah terbiasa melihat kekurangan orang lain, dan
sudah tidak bisa melihat diri sendiri. Oleh karena itu setelah
terjadi konflik antar manusia akan semakin hebat, karena semua
tidak pernah memikirkan masalah diri sendiri, selalu melihat
masalah di sisi lawan, sedangkan kita selaku orang xiulian di dalam
tuntutan Fa kepada kita adalah sangat jelas ketika bertemu masalah
apa saja harus mencari ke dalam tanpa syarat. Tetapi ketika
benar-benar bertemu masalah, kita kebanyakan melakukan sesuai
kebiasaan yang terbentuk di dalam masyarakat manusia biasa yaitu
melempar keluar, mencari kesalahan dan keterikatan orang
lain.
Shifu pernah berceramah Fa ini: “Bagaimana agar pengamatan mereka
terhadap kekurangan orang lain, dibalik untuk mengamati diri
sendiri, itu sudah bagus.” (“Berdialog dengan Waktu” dalam Petunjuk
Penting Untuk Gigih Maju I). Bagian Fa ini saya sudah sering
membacanya dan mengerti prinsipnya, tetapi tidak bisa
menggunakannya. Dan kali ini saya benar-benar menggunakannya
ternyata baru menyadari terhadap peningkatan xiulian kita adalah
sangat membantu.
Misalnya ini menjelaskan ketika saya melihat praktisi A saat orang
lain menunjukkan kekurangannya, reaksi pertamanya adalah mencari
alasan melindungi diri, hati tidak stabil, merasa sangat dirugikan.
Sedang saya sebagai penonton di samping, memang benar-benar melihat
praktisi A di aspek ini masih mempunyai keterikatan. Ketika itu
dalam hati saya juga timbul sebuah pemikiran, merasa dia mengapa
tidak mencari ke dalam diri sendiri masih terikat untuk berkelit
diri. Oleh karena itu saya mempunyai pandangan negatif terhadapnya,
merasa dia tidak benar-benar berkultivasi diri sendiri. Tetapi
ketika saya memandang masalah orang lain, dalam pikiran ada sebuah
suara yang memberitahukan saya: Mengapa memandang orang lain?,
mengapa harus timbul pandangan negatif terhadap rekan praktisi,
mengapa hati saya harus tergerak? Bukankah berkultivasi diri
sendiri, ketika itu dalam pikiran saya muncul lagi sebuah masalah
ketika konflik dengan rekan praktisi lain, waktu itu saya mendadak
sadar, ternyata saya menemukan mengapa konflik dengan rekan
praktisi lain sudah lewat begitu lama masih tidak bisa dinetralkan.
sumber akar permasalahan adalah selalu tidak bisa melepaskannya.
Karena ketika saya mengetahui rekan praktisi ini masih mempunyai
banyak pandangan negatif terhadap saya, juga mengatakan banyak
kekurangan saya, pikiran pertama saya adalah dia memfitnah saya,
saya bukan seperti yang dikatakannya demikian, masih di depan rekan
praktisi lain saya mengeluh mengatakan dia dengan menggunakan
berbagai macam hati manusia biasa, merasa dirugikan. Semakin
demikian saya semakin sering mendengar penilaiannya terhadap saya,
dan setiap kali reaksi pertama saya bukan mencari masalah diri
sendiri, melainkan melihat kekurangan lawan. Dengan demikian
konflik kami berlangsung sangat lama, karena masing-masing merasa
semua adalah masalah lawan. Hanya pagi hari ini saya melalui
perbandingan diri sendiri dengan rekan praktisi A ketika
menyelesaikan konflik. Menemukan, ternyata saya juga orang yang
demikian, selalu menyalahkan orang lain, melihat keluar, tidak
benar-benar berkultivasi diri sendiri. Berjalan berbalikan dengan
tuntutan Shifu.
Fa Shifu sudah secara langsung memberitahukan rahasia langit kepada
muridnya bagaimana berkultivasi naik ke atas, bersamaan juga
menunjukkan kunci mengapa tidak bisa meningkat ke atas ketika dalam
proses xiulian. Sedemikian besar Karunia Buddha Bergelora, tetapi
apakah kita sudah menghargai semua itu? Saya juga benar-benar
memikirkan ulang mengapa sudah banyak tahun saya meningkat dengan
sangat lambat, kadang-kadang ada kesalahan di sebuah kondisi
sehingga tidak bisa menerobos keluar. Ternyata saya sama sekali
tidak berasimilasi dengan Dafa, tidak berbuat sesuai dengan
tuntutan di dalam Fa. Saya juga menemukan ketika orang
memperlakukan saya dengan tidak adil, sebenarnya semua adalah
kepribadian keakuan palsu yang terbentuk meloncat keluar, dia takut
di ekspos keluar, dia menuntun pikiran kita melihat ke pihak lawan,
selanjutnya menutupi tujuan diri sendiri. keakuan yang palsu itu
sedemikian licik, banyak orang telah dikelabui.
Coba bertanya diri sendiri ketika orang menyalahkan kita, melukai
kita, apakah kita benar-benar tidak ada masalah? Apakah sudah tidak
ada keterikatan yang harus dikultivasikan? Mengapa ketika bertemu
semua ini hati tergerak? Ingin membuktikan kebenaran diri sendiri!
Diri sendiri adalah tidak bersalah! Merasa dirugikan! Ini bukankah
sebuah hati membuktikan keakuan yang sangat kuat? Sebuah hati
mencari nama? Jelas sekali adalah sebuah perwujudan yang terbawa
oleh nama, keuntungan, dan qing, masih mengatakan diri sendiri
tidak ada masalah? Masih mengatakan lawan yang harus mencari ke
dalam diri sendiri? Tidak melihat diri sendiri, sekali melihat
terkejut setengah mati, ternyata saya dikelabui oleh keakuan yang
palsu, yang licik sehingga kehilangan banyak kali kesempatan
berkultivasi diri sendiri, dan setiap kali melindungi keakuan
adalah sedang memberinya energi, memperkuat keakuan yang palsu
itu.
Ketika itu Fa Shifu terefleksi keluar: “Pada ruang dimensi lain
benda ini dapat membesar dan menyusut kecil, setelah berada pada
benda ini, patung Buddha ini memiliki sebuah otak, punya pikiran,
tetapi tidak memiliki tubuh. Orang lain juga ikut memuja, setelah
sering kali dipuja, akan memberinya suatu energi tertentu.
Khususnya praktisi Gong makin berbahaya, dengan memuja lambat laun
memberi energi kepadanya, sehingga ia membentuk sebuah tubuh yang
berwujud nyata, namun tubuh nyata itu terbentuk dalam ruang dimensi
lain.” (Zhuan Falun) Di bagian Fa ini saya memahami, keakuan palsu
kita yang terbentuk setelah kita lahir adalah persis seperti Buddha
palsu yang terbentuk karena pemujaan, kita orang xiulian jika
selalu melindungi keakuan yang palsu itu, adalah sedang
membesarkannya, ini juga mengapa setiap kali ketika melihat keluar,
keterikatan hati kita lebih parah dibandingkan dengan manusia
biasa, karena orang xiulian mempunyai energi, ketika kita tidak
berkultivasi diri, setiap kali mencari keluar, sebenarnya adalah
sedang memasok energi kepada keakuan yang palsu itu, membuat
keakuan membesar tanpa batas, alangkah bahayanya. Setelah membesar
kita akan dikendalikan, tidak benar-benar berkultivasi diri
sendiri.
Mengingat kembali setiap kali kita bertemu konflik selalu takut
kepentingan kita mengalami kerugian, melindungi keterikatan diri
sendiri, meskipun rekan praktisi menunjukkan keluar, saya selalu
berkelit, bolak-balik xiulian ternyata saya telah dikendalikan oleh
keakuan palsu demikian hebat, mengatur saya bagaimana melakukan,
melindungi diri sendiri, dan saya mendengarkannya, bolak-balik
berkultivasi ternyata berkultivasi demi keakuan yang palsu.
Akhirnya persis seperti biksu memuja Buddha palsu.
Hari ini setelah menyadari semua ini merasa hanya perbedaan
satu niat saja (mencari ke dalam dan melihat keluar) akan mempunyai
dua hasil yang berbeda. Shifu banyak berceramah prinsip xiulian
untuk membimbing kita, selalu kita abaikan, saya secara mendalam
memahami betapa seriusnya mencari ke dalam tanpa syarat, juga telah
mengerti ketika kita bertemu masalah terjebak ke dalam prinsip
manusia biasa, selalu mempermasalahkan kesalahan lawan, bukannya
menggunakan sisi orang xiulan melihat diri sendiri, hati manusia
kita apa yang tergerak, apakah ada hal-hal yang perlu kita
kultivasi menghilangkannya, ini adalah letak di mana permasalahan
kita sebagai orang xiulian, sebenarnya prinsip salah dan benar
duniawi mana ada yang mutlak.
Tetapi kita acap kali selalu mempermasalahkan berdasarkan benar dan
salah di permukaan, lupa berkultivasi diri sendiri. menggunakan
prinsip yang terbentuk di kemudian hari untuk memperlakukan
xiulian, sedang konsep yang terbentuk di dunia adalah demi
melindungi kepentingan diri sendiri agar tidak mengalami kerugian,
oleh karena itu terbentuklah keakuan yang palsu. Bila kita tidak
bisa melakukan berdasarkan Fa, akan terbawa oleh keakuan yang palsu
itu, sehingga tidak bisa benar-benar berasimilasi dengan Fa.
Saya membagikan keluar apa yang saya rasakan, benar-benar
berdasarkan yang Shifu katakan mencari ke dalam tanpa syarat, tidak
mempermasalahkan salah dan benar di permukaan, karena itu bukan hal
yang harus kita perhatikan, kita harus setiap saat mengamati ketika
bertemu masalah hati apa yang tergerak, ada hati manusia biasa apa,
apakah sesuai dengan tuntutan di dalam Fa, ini baru adalah kunci
utama peningkatan kita sebagai orang xiulian. Semakin menganggap
kita benar, semakin membuktikan kita adalah tidak bersalah dan
dirugikan, sebenarnya adalah keakauan palsu sedang melindungi diri,
takut dirugikan, sadarilah hati manusia apa yang sedang mengembang.
Berkultivasi, bukankah sedang berkultivasi menghilangkan hati
manusia biasa? Bagaimana bisa berkultivasi menggunakan standar
salah dan benar manusia biasa!
Memperbesar keakuan yang palsu, apakah kita bisa mengekspos keluar
diri kita yang sejati? Apakah bisa balik ke asal jati diri
sejati?
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org