(Minghui.org) Sejak mantan pemimpin Tiongkok Jiang Zemin memulai penganiayaan terhadap Falun Gong pada bulan Juli 1999, Shi Zuosheng telah ditahan beberapa kali karena tidak mau melepaskan keyakinannya, termasuk ditahan di Kamp Kerja Paksa Changlinzi selama dua tahun. Shi, 63 tahun, melayangkan tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin pada Juni 2015.

Di bawah ini adalah ringkasan penganiayaan yang diderita oleh Shi.

Sejumlah Penangkapan dan Penahanan

Saya ditangkap pada tanggal 4 November 2000 saat pergi ke Beijing untuk mengajukan permohonan bagi Falun Gong. Saya dimasukkan ke dalam kerangkeng besi di Pos Polisi Tiananmen sebelum dibawa ke Kantor Penghubung Shuangcheng di Beijing. Empat hari kemudian, saya diantar kembali ke Kota Shuangcheng dan ditahan di pusat penahanan.

Penjaga Li Weixin menghasut para tahanan untuk memukuli praktisi setiap hari. Mereka menendang saya dengan sangat parah hingga saya tidak bisa duduk atau membalikan tubuh saat akan berbaring. Mereka juga dengan paksa membenamkan kepala saya ke dalam lubang toilet.

Siksaan lain termasuk menggunakan tapak sepatu plastik dengan berulang kali memukuli punggung tapak tangan saya, yang menyebabkan bengkak parah. Keesokan harinya, mereka menginjak kedua tangan hingga saya jatuh pingsan karena kesakitan. Saya dipukuli begitu parah hingga tubuh saya dipenuhi luka memar selama 19 hari penahanan.

Saya ditangkap lagi saat berada di atas bis menuju Kecamatan Zhoujia pada tanggal 15 Januari 2001. Dong Fushan, Sekretaris Partai Komunis, melaporkan saya kepada kepolisian. Pertama-tama saya ditangkap. Lalu, polisi menangkap istri saya, Zhang Shufen, putra saya Shi Xiangfeng, dan rekan praktisi Xia Yuanbo.

Karena kami menolak untuk menulis pernyataan jaminan untuk melepaskan Falun Gong, mereka membawa kami ke Pusat Penahanan Shuangcheng. Para penjaga di sana mencoba untuk memeras uang dari kami. Kami ditahan selama 105 hari karena tidak memberikan uang kepada mereka.

Para petugas polisi dari Kecamatan Qingling, termasuk Bai Shenggang, kepala kantor polisi, Dong Fushan, Ren Shuangku, dan Wu Wenzhi menggeledah rumah saya serta menangkap istri saya pada tanggal 20 April 2002. Karena saya tidak berada di rumah, mereka juga menahan putra saya di Pusat Penahanan Harbin. Untuk menghindari penangkapan, saya tidak memiliki pilihan selain meninggalkan kampung halaman dan berkeliaran kemana-mana.

Disiksa di Kamp Kerja Paksa Zhanglinzi

Saya ditangkap lagi pada tanggal 8 November 2004 saat mengunjungi seorang kerabat di Kota Harbin. Saya pertama-tama ditahan di pusat penahanan di Distrik Daowai. Tiga hari kemudian, mereka membawa saya ke Pusat Penahanan Shuangcheng. Pada tanggal 17 Desember 2004, saya dijatuhi hukuman dua tahun di Kamp Kerja Paksa Changlinzi.

Zhao Shuang, kepala Divisi No. 5, mengancam para pendatang baru dengan tongkat listrik dan berkata, “Ini adalah hukuman ringan dengan hanya disetrum tongkat listrik. Tetapi jika kalian menolak untuk menulis tiga pernyataan melepaskan Falun Gong, hukuman lebih berat akan menanti diri kalian.”

Kami dipaksa untuk melakukan pekerjaan kasar dalam waktu yang sangat lama. Kami harus bangun pada jam 05.00 pagi dan kadang-kadang harus bekerja hingga jam 03.00 subuh untuk memenuhi kuota harian mereka. Kami diizinkan menggunakan kamar mandi hanya tiga kali dalam sehari dan kurang satu setengah jam untuk makan serta menggunakan kamar mandi.

Suatu kali, saya mencoba untuk menasihati Zhao Shuang agar tidak memfitnah Falun Gong, tetapi dia menjadi marah dan memerintah para tahanan untuk menahan saya ke dinding, lalu memukuli dada saya. Karena saya tidak terjatuh, dia menyeret saya ke ruang penyimpanan dan menaruh saya di alat penyiksaan yang terus menerus memelintir kedua lengan saya. Maka dari itu, saya tidak bisa mengangkat kedua lengan dan luar biasa sakit.

Karena saya berseru “Falun Dafa Hao (baik)” pada pertemuan 1 Januari 2015, saya ditendang oleh sekitar lima orang penjaga di lapangan terbuka. Setelah itu, mereka mengurung saya di sel isolasi dan mengunci saya pada kursi besi selama 24 jam.

Beberapa hari kemudian, Wang Kai, deputi divisi, memborgol saya ke bangku besi. Mereka melucuti semua pakaian dan menyetrum saya dengan tiga tongkat listrik dari leher belakang hingga ke paha.

Seluruh tubuh saya terbakar, dan kulit menjadi warna ungu gelap. Bahkan di sejumlah area tidak ada kulit.

Zhao Shuang juga memencet buah kemaluan saya dengan kuat, yang menyebabkan saya kesakitan luar biasa ketika buang air kecil. Saya lalu dimasukkan ke dalam sel isolasi selama tujuh hari.

Pada malam hari, 17 Januari 2015, saya kembali berseru “Falun Dafa Hao (baik)” dan diborgol pada kursi besi. Beberapa tahanan, termasuk Chen Erlei, Yang Lei, Dong Hebin dan Zhong Linwu, terus menerus menyiksa saya.

Yang Lei memukuli tenggorakan saya, yang menyebabkan rasa sakit saat menelan. Mereka juga menusuk ke atas kepala saya dengan tusuk gigi dan menusuk lubang hidung dengan rumput.

Mereka lalu membanting pintu loker ke punggung kaki saya, yang meninggalkan lubang cukup dalam. Delapan kuku jari kaki saya berubah menjadi warna ungu gelap. Dibutuhkan waktu satu setengah tahun untuk bisa sembuh dari luka-luka ini.

Selain itu, saya kehilangan satu buah gigi akibat dipukuli oleh tahanan Dong Hebin. Dia menilai saya bekerja terlalu lambat.

Suatu kali, saya memerlukan jahitan di kepala setelah pemukulan oleh Zhang Shuang dan anak buahnya. Setelah itu, mereka menaruh saya di alat penyiksaan bernama “ranjang kematian” selama tujuh hari.

Setelah dibebaskan, saya tidak bisa berdiri dan terus menerus muntah. Hari berikutnya, saya harus dirawat di rumah sakit.

Selama dua tahun ini di kamp kerja paksa, saya hidup dalam teror dan siksaan. Setiap hari bagaikan setahun!

Hanya karena berlatih Falun Gong, saya dikurung dan disiksa. Penjahat dari semua ini adalah Jiang Zemin, yang memulai penganiayaan terhadap Falun Gong.