(Minghui.org) Anggota keluarga dari Chen Guoxiang (pria) melayangkan tuntutan hukum terhadap mantan diktator Tiongkok Jiang Zemin, yang memulai penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999.

Chen, seorang insinyur pertambangan asal Kota Chifeng, Mongolia Dalam, meninggal dunia pada bulan Desember 2005 di usia 55 tahun setelah disiksa karena menolak melepaskan keyakinannya pada Falun Gong. Pihak berwajib berulang kali menangkap, menahan dan memeras uang dari istri, putra bungsu dan putrinya, yang juga adalah praktisi.

Istri Chen, Jia Guiqin asal kota Chifeng, mulai berlatih Falun Dafa pada tahun 1998. Tidak lama kemudian hyperplasia tulang, sakit kaki dan peradangan hidung yang telah lama mengganggunya selama bertahun-tahun hilang. Dia tidak lagi menyibukkan diri mengejar keuntungan materi dan tidak bertemperamen buruk. Perubahan drastis pada kesehatan dan kepribadiannya membuat suami serta anak-anaknya ikut menjadi praktisi juga.

Keluarga yang bahagia ini kemudian dihancurkan setelah penganiayaan dimulai pada Juli 1999. Jia menceritakan pengalamannya di dalam tuntutannya.

Suami Meninggal Dunia Setelah Disiksa Dua Kali di Kamp Kerja Paksa

Polisi menangkap dan menahan suami saya pada bulan Juni 2000 dan menahannya di Kamp Kerja Paksa Tumuji selama tiga tahun.

Dia dipukuli, tidak diperbolehkan tidur selama dua minggu dan dicuci otak selama di kamp. Suami saya disiksa hingga tidak bisa mengendalikan perutnya dan hampir mengalami syok. Para penjaga memukul putra bungsu kami, yang berada di kamp yang sama waktu itu, di depan ayahnya.

Setelah dia dibebaskan pada bulan April 2003, bukan membiarkannya pulang ke rumah, pihak berwajib mengurungnya di sebuah pusat pencucian otak dan menyiksanya selama dua minggu.

Dua bulan kemudian polisi pergi ke ruang asrama suami saya di tempat kerjanya dan menemukan buku Falun Dafa setelah penggeledahan ilegal. Mereka menangkap dan menahannya di Kamp Kerja Paksa Wuyuan selama tiga tahun.

Para penjaga berulang kali menyetrum telapak kakinya dengan tongkat listrik selama satu bulan lebih. Rasa sakit fisik yang ekstrem dan tekanan mental, dia mencoba untuk bunuh diri sebanyak dua kali.

Penyiksaan jangka panjang membuat kondisi kesehatannya merosot. Dia menderita akumulasi cairan yang parah di dada dan lubang perutnya, pulmonary tuberculosi, dan gagal jantung. Bahkan saat dia dirawat, polisi masih memborgolnya di tiang ranjang.

Tidak ingin bertanggung jawab atas kematiannya, pihak berwajib menelepon kami agar membawanya pulang ke rumah. Kami dipaksa untuk meninggalkan rumah supaya menghindari penganiayaan lebih jauh. Delapan bulan kemudian, suami saya meninggal dunia di jalanan dalam kondisi yang mengenaskan.

Penderitaan Putra Bungsu Kami

Putra bungsu kami, Chen Yujin, pernah menjadi preman yang menghabiskan banyak waktu di ruang-ruang judi dan gedung-gedung bilyar. Setelah berlatih Falun Gong, dia menjadi orang yang berbeda. Dia menjadi sopan dan bertanggung jawab.

Dia ditangkap pada bulan Juli 2000 karena keyakinannya dan ditahan di kamp kerja paksa yang sama dengan ayahnya selama tiga tahun. Setelah itu dia disiksa di Pusat Pencucian Otak Chifeng selama dua minggu pada bulan April 2003.

Satu bulan setelah dibebaskan, putra saya diciduk lagi dan disiksa di pusat penahanan selama tiga bulan.

Pada November 2011, polisi menangkap putra saya dan menggeledah rumah saya tanpa memberikan identitas mereka. Pihak berwajib menahannya di kamp kerja paksa bagi anak-anak dibawah umur dari bulan April 2012 hingga Desember 2013.

Polisi menahan putra saya dengan status tahanan rumah setelah pembebasannya dan menyebutnya sebagai seorang pengungsi. Akibatnya, dia tidak bisa bekerja dan mendukung keluarganya.

Penderitaan Putri Kami dan Saya

Polisi menangkap putri kami, Chen Huimin, di tempat kerjanya di Kota Chifeng pada bulan Oktober 2001. Dia disiksa di Kamp Kerja Paksa Wanita Hohhot selama dua tahun.

Saya disiksa di Kamp Kerja Paksa Tumuji dari Juni 2000 hingga Agustus 2001. Selama dua bulan dari November 2001 hingga Januari 2002, saya dikurung di pusat pencucian otak. Selama dua minggu pada bulan Maret 2003 saya disiksa di pusat pencucian otak yang lain. Saat saya dikurung, rumah saya dua kali digeledah dan jumlah uang yang cukup besar dicuri.

Penderitaan Putra Sulung Kami

Putra sulung kami, Chen Quanshi, adalah satu-satunya non-praktisi di dalam keluarga. Pihak berwajib membawanya ke kamp kerja paksa dan memaksanya untuk meninggalkan Falun Gong secara terbuka. Dia menolak dan dihina di depan banyak orang.

Dia bekerja di sebuah sekolah dan pihak berwajib meminta dua guru untuk mengawasinya sepanjang waktu. Saat pihak berwajib tidak bisa menemukan kami, mereka pergi ke rumah dan tempat kerjanya untuk mengancam dia. Mereka bahkan mengganggu mertuanya. Tekanan pada dirinya dan keluarganya sungguh sangat besar.

Kerugian Finansial dan Dikucilkan oleh Keluarga serta Teman

Penganiayaan yang bertahun-tahun, pihak berwajib beberapa kali menyita barang milik kami, dan rumah kami digeledah saat kami ditahan. Kami tidak diperbolehkan bekerja dengan bebas tanpa dianiaya, dan usaha saya terpaksa ditutup. Kami mengalami kerugian finansial yang besar dan situasinya sangat buruk.

Keluarga dan teman-teman yang tidak mengenai alasan penganiayaan telah membuat jarak dengan kami. Abang dari suami saya dipermalukan dan tidak mengakui dirinya saat dia mengunjungi suami saya di pusat penahanan. Tetangga kami membantu pihak berwajib untuk mengawasi kami.

Laporan terkait:

Falun Dafa Practitioner Mr. Chen Guoxiang Dies as a Result of Persecution

Latar Belakang

Pada tahun 1999, Jiang Zemin, ketua Partai Komunis Tiongkok, mengabaikan anggota Komite Tetap Politbiro lainnya dan melancarkan penindasan berdarah terhadap Falun Gong.

Penganiayaan ini telah mengakibatkan kematian banyak praktisi Falun Gong selama 17 tahun terakhir. Lebih banyak lagi yang telah disiksa karena keyakinan mereka dan bahkan dibunuh untuk diambil organ tubuhnya. Jiang Zemin bertanggung jawab langsung karena telah memulai dan meneruskan penganiayaan brutal tersebut.

Di bawah perintahnya, Partai Komunis Tiongkok membentuk lembaga keamanan di luar kerangka hukum, “Kantor 610” pada tanggal 10 Juni 1999. Organisasi tersebut berada di atas kepolisian dan sistem yudisial dalam melaksanakan perintah Jiang Zemin terkait Falun Gong: hancurkan reputasi mereka, bangkrutkan secara finansial, dan hancurkan mereka secara fisik.
Konstitusi Tiongkok mengizinkan warganya untuk menjadi penggugat dalam kasus pidana, dan banyak praktisi yang sekarang menggunakan hak tersebut untuk mengajukan gugatan pidana terhadap mantan diktator tersebut.