(Minghui.org) Sebagai seorang praktisi Dafa, bertemu masalah harus mencari ke dalam, Guru mengatakan: “pengikut Dafa sebagai seorang praktisi Xiulian, memandang masalah haruslah berbalikan dengan manusia. Ada orang merasa di saat menjumpai hal yang tidak menyenangkan dia lalu jadi tidak senang, jika demikian bukankah anda seorang manusia biasa? Apa bedanya? Di saat menjumpai hal yang tidak menyenangkan, tepat adalah saatnya anda mengultivasi diri sendiri, mengultivasi hati.” (Ceramah Fa di Berbagai Tempat 11: “Pengikut Dafa Harus Belajar Fa”)

Saya ingat ada suatu kali terjadi konflik, jelas-jelas saya yang benar, ternyata berubah menjadi saya yang salah. Merasa tidak adil, saya lalu mengambil sebuah kertas dan pena, lalu duduk, menghafal syair ini (Siapa Benar Siapa Salah), menghafal satu kali, lalu menggunakan menggunakan pena untuk memberi tanda, setelah menghafal sampai 5 kali, masih dalam hati merasa diri sendiri yang benar tidak bersalah, dengan demikian Bukankah saya tidak mendengar kata-kata Guru?

Guru mengatakan:

“Orang Xiulian
Mencari kesalahan pada diri sendiri
Berbagai sifat hati manusia banyak yang disingkirkan
Cobaan besar maupun kecil jangan sampai gagal
Yang benar adalah dia
Yang salah adalah aku
Apa yang diperdebatkan?
(“Siapa Benar Siapa Salah” dari Hongyin III)

Setelah menghafal Fa Guru, masih saja belum bisa melepaskan prinsip manusia biasa, mengapa bisa begitu bandel? Tidak bisa harus tetap menghafal, setelah menghafal sampai 70 kali, dalam hati sudah tidak ingin berdebat lagi, setelah menghafal sampai ke 90 kali, merasa diri sendiri sangat lucu, Bagaimana bisa terikat begitu banyak prinsip manusia biasa? Sangat tidak berarti, setelah menghafal sampai 100 kali, saya melihat di depan saya muncul sebuah lautan besar yang berwarna biru, di atas lautan ada sebaris tulisan berwarna emas: “Hati toleransi saya sebesar lautan!” Ombak yang bersama tulisan emas bergulung-gulung datang ke arah saya, dengan suara gemuruh yang sangat dahsyat, dalam sekejap saya merasa diri sendiri berubah menjadi luar biasa besar, dalam hati terbuka sepasang sebuah pintu selebar lautan dan tulisan itu semua masuk ke dalam hati saya, dalam sekejap saya merasa semua alam semesta menjadi sangat jelas dan terang, juga tubuh merasa luar biasa santai.

Ada suatu kali, saya berhasil mencari keluar setumpuk hati manusia. Dalam hati saya sering berpikir, sudah banyak tahun saya berkultivasi, mengapa masih begitu banyak hati manusia, terikat keakuan merasa diri adalah benar, hanya melihat keterikatan rekan praktisi, tidak secara serius dan segera mencari ke dalam diri sendiri, malah beranggapan rekan praktisi mengapa demikian payah, kadang-kadang bertemu konflik, tidak mundur selangkah, masih terus menantang, masih menyusup ke ujung lembu, masih memperdebatkan masalah menyelesaikan dengan menggunakan hati manusia biasa, hati bersaing, dan iri hati masih sangat kuat, merasa diri sendiri benar, masih selalu memegang prinsip manusia biasa, tidak melepaskan prinsip berbagai tingkat, berkultivasi mulut juga sangat kurang bagus, tidak mendengar kata-kata Guru, tidak berhasil melakukan tanpa syarat berasimilasi dengan Fa.

Setelah berhasil mencari keluar beberapa hati manusia ini membuat saya merasa diri sendiri berkultivasi dengan sangat payah. Saya malah melihat-lihat foto Guru yang saya hormati, dalam hati sangat tidak nyaman merasa malu terhadap Guru, ketika mata saya mau meninggalkan foto tiba-tiba melihat ada seorang anak perempuan kecil dengan serius bersujud di depan Guru, anak perempuan kecil itu memakai pakaian kuno, anak perempuan kecil itu mengeluarkan hatinya menaruhnya di depan Guru, hatinya juga kotor tidak transparan, saya merasa lebih tidak enak hati lagi, hati yang demikian tidak murni bagaimana bisa menggunakannya untuk menghormati Guru. kejadian aneh terjadi, tiba-tiba Guru menjulurkan tangannya keluar, hati itu berlompat-lompatan dengan sangat senang melompat ke dalam tangan Guru. Di dalam tangan Guru, berlompatan ke sana kemari, tiba-tiba berubah menjadi sebuah mutiara yang bercahaya jernih luar biasa.

Ketika itu, anak perempuan kecil itu di dalam pancaran cahaya mutiara yang menyilaukan, juga berubah menjadi terang transparan, Saya melihat dengan jelas sekali, anak perempuan itu ternyata adalah saya sendiri, air mata saya langsung mengalir keluar, melalui pandangan samar karena air mata, saya teringat kisah kultivasi Milerepa. Dari dulu sampai sekarang, meskipun saya tidak berani menggunakan kata berkultivasi tubuh, mulut, niat untuk menghormati Guru, selalu merasa diri sendiri tidak cukup murni. Isyarat Guru telah membuat saya mengerti, jika saya menggunakan hati mencari ke dalam, berkultivasi diri sendiri, adalah hal terbaik untuk membalas budi Guru dan menghormati Guru.

Saya pikir: Saya benar-benar seharusnya secara baik-baik berkultivasi menghilangkan hati manusia, berusaha gigih maju, tidak mengabaikan penyelamatan Guru yang belas kasih.

Chinese version click here
English version click here