(Minghui.org) Praktisi Falun Gong Kuang Dongliang (pria), penduduk Kabupaten Hanyin, Kota Ankang, Provinsi Shaanxi, bersembunyi bertahun-tahun untuk menghindari penganiayaan oleh pihak berwenang.

Pada 26 September, ia pergi mengunjungi orangtuanya yang berusia 70 tahun. Polisi kabupaten mengetahui kedatangannya dan datang untuk menangkapnya. Kuang sekarang ditahan di Pusat Tahanan Kabupaten Hanyin. Orangtuanya, istri dan putranya berharap ia akan segera dibebaskan.

Dipukul dan Ditendang pada Tahun 2000

Pada tahun 2000, Kuang pergi ke Beijing untuk meminta keadilan bagi Falun Gong, beberapa bulan setelah kampanye penganiayaan oleh rezim dimulai.

Menunggu di luar Kantor Permohonan Nasional, ia dikepung oleh sekelompok orang berpakaian militer yang menendang dan memukulinya hingga ia jatuh ke lantai. Mereka membawanya ke Kantor Penghubung Provinsi Shaanxi di Beijing, di mana ia dipukul lagi dan ditahan.

Ia dibawa kembali ke kampung halaman dan ditahan di Pusat Tahanan Kabupaten Hanyin. Otoritas penahanan memerintahkan dua tahanan untuk memukulinya. Mereka memasukkan kepalanya ke dalam lubang toilet, menendang dada dan menampar wajahnya hingga ia merasa pusing, matanya berdarah dan hampir tidak bisa melihat. Ia dibebaskan 23 hari kemudian, setelah pihak berwenang memeras 3.000 yuan dari keluarganya.

Dua Setengah Tahun Kerja Paksa pada Tahun 2001

Kuang pergi ke Beijing lagi pada Januari 2001. Di stasiun kereta Beijing, ia ditangkap dan dibawa ke Kantor Penghubung Provinsi Shaanxi dan akhirnya dipulangkan ke kampung halamannya.

Ia dikirim ke Kamp Kerja Paksa Zaozihe selama dua setengah tahun. Dalam kamp ia dicuci otak dan dipaksa melakukan kerja paksa. Ia digantung dengan borgol sampai hampir pingsan akibat kesakitan.

Pengawasan dan Gangguan Tanpa Henti

Setelah dibebaskan dari kamp kerja paksa pada tahun 2003, ia diawasi sepanjang waktu. Ketika ia berada di rumah praktisi lain mencari pekerjaan, polisi memaksa masuk ke dalam rumah dan meminta laporan semua hal yang dilakukannya hari itu. Polisi juga memperingatkannya siapapun yang bertemu dengannya akan mendapat masalah.

Pada tahun 2004, untuk menyambung hidup, Kuang mendapatkan pinjaman dan membuka toko kelontong di rumahnya. Rekan bisnisnya, Wu Xinming, yang juga praktisi Falun Gong baru dibebaskan dari kamp kerja paksa. Suatu hari mereka ditangkap di toko dan dibawa ke kantor polisi setempat untuk diinterogasi selama berjam-jam.

Wu dikirim ke kamp kerja paksa selama dua tahun. Di Kamp Kerja Paksa Zaozihe, gigi depannya rontok dan tulang iganya patah. Ia dibebaskan ketika di ambang kematian. Tidak lama setelah itu, ia ditangkap dan disiksa lagi.

Ia meninggal dunia pada usia 40 tahun, meninggalkan istri yang pengangguran, seorang putra dan putri.

Bersembunyi pada Tahun 2005, Terlacak pada Tahun 2009

Pada Maret 2005, setelah rumah Kuang digeledah dan ibunya ditangkap serta ditahan selama berhari-hari, ia pergi bersembunyi.

Pada tahun 2009, polisi setempat menemukan keberadaannya dan ponselnya disadap. Mereka menangkap Kuang dan istrinya di Kota Xi’an, menahan mereka di kamar hotel. Ia digantung dengan borgol. Hari berikutnya Kuang berhasil kabur. Istrinya kemudian dibawa ke pusat cuci otak.

Ia masuk dalam daftar pencarian, keluarga dan tetangganya diawasi untuk menemukannya. Orangtuanya diganggu dan telepon keluarga, saudara ipar serta teman-temannya disadap.

Dihormati

Kuang mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1995 dan hidup berdasarkan prinsip Falun Gong Sejati-Baik-Sabar. Ia adalah seorang putra, ayah, suami dan pegawai yang baik. Ia pulih dari semua penyakitnya setelah berlatih Falun Gong. Kerabat, teman-teman dan rekan-rekan kerjanya menghormati ia.

Artikel terkait dalam bahasa Inggris:

Crimes Committed in the Zaozihe Forced Labor Camp in Shaanxi Province