(Minghui.org) Seorang rekan praktisi di daerah saya, bernama Wang, telah dilepaskan dari pusat penahanan pada akhir tahun 2016. Dia memberitahu kami bahwa ada praktisi bernama Yao, dari daerah lain, masih ditahan di pusat penahanan itu. Kantor lokal 610 mencoba untuk menghukumnya selama satu setengah tahun penjara. Saat itu kondisi Yao berada di titik terendah.

Yao tidak bisa belajar Fa dan berlatih Gong karena lingkungannya yang tidak bersahabat. Dia tidak ada harapan untuk dapat dibebaskan segera karena dipaksa mengaku bersalah atas tuduhan-tuduhan palsu yang ditujukan padanya selama sidang pengadilan.

Saya berkata pada Wang bahwa ini bukan suatu kebetulan bagi kami dapat mengetahui situasi Yao.

Guru berkata,

“Masalah dia adalah masalah anda, masalah anda juga adalah masalah dia.” (dari “Ceramah Fa pada Konferensi Fa Washington D.C. Tahun 2002 dalam Ceramah Fa di Berbagai Tempat II)

Kami berdiskusi bagaimana caranya agar kami dapat menyelamatkan praktisi Yao. Guru tidak ingin melepaskan satu pengikut pun, dan kami merasa ini adalah tanggung jawab kami dalam membantu pembebasannya.

Kami tidak mengenal rekan praktisi di sekitar tempat tinggal Yao. Maka kami menghubungi para praktisi yang terdekat dengan daerahnya dan menanyakan alasan Yao ditahan. Namun tak seorang pun mengenal Yao atau mendengar tentang penahanannya.

Kami memutuskan untuk menghubungi orang tua Yao dan berangkat dengan mengendarai mobil ke desa mereka, namun kami tersesat dalam perjalanan ke sana. Di benak saya terlintas sebuah gagasan: “Cari seorang sopir taksi”. Kemudian kami melihat seorang sopir taksi di pinggir jalan yang sedang mengatur bagasi mobilnya. Dia memberikan petunjuk arah secara rinci kepada kami.

Kami berhasil melaju sesaat, kemudian tersesat lagi. Sebuah pikiran muncul lagi dibenak saya: “Pergilah ke tempat pengisian bahan bakar”. Ketika saya bertanya pada seorang sopir perihal arah yang kami tuju, dia tersenyum dan berkata, “Ikuti saya. Saya juga lagi mau ke sana.” Kami merasa Guru berada tepat di sisi kami.

Ketika tiba di desa kediaman orang tua Yao, kami mengutarakan maksud dari kedatangan kami kepada orangtuanya. Mereka terlihat kurang mau bekerja sama. Saya mengatakan, “Apa pun yang terjadi, Yao adalah putrimu. Anda pasti tidak ingin dia ditahan di dalam sel bersama belasan orang lainnya, seperti ikan sarden.”

Ayah Yao berkata, “Biarkan dia di sana. Jika tidak, dia akan membagikan materi informasi Falun Gong begitu dia dibebaskan.”

Kami berbicara pada ibu Yao, yang juga seorang praktisi Falun Gong. Dia berkata sambil meneteskan air mata, “Ayahnya dan saya pergi ke kota tempatdia ditahan. Kami mencoba mendatangi instansi terkait untuk memohon pembebasannya dan memberitahu pada pejabat di sana bahwa Hukum Konstitusi mengatur kebebasan berkeyakinan.”

“Namun kantor-kantor tersebut melempar tanggung jawab dan tidak ada yang bertindak. Kami bolak-balik ke sana selama empat bulan, namun tidak pernah berhasil mengunjungi putri kami. Tidak ada siapa pun yang memberitahu kami. Kami begitu putus asa dan tidak mampu lagi melakukan perjalanan. Kami merasa tidak berdaya.”

Kami sangat mengerti penderitaan mereka. Kami berkata pada ibunya bahwa kami tidak akan menyerah dalam upaya menyelamatkan putrinya betapa pun sulitnya, dan kami perlu membangkitkan kesadaran terhadap penganiayaan untuk meminta dia dilepaskan.

Kemudian, kami menghubungi para praktisi di sekitar tempat tinggal Yao dan di daerah orang tuanya setelah sejumlah kegagalan untuk mengoordinasikan upaya penyelamatan. Para praktisi di daerah kami juga ikut bergabung.

Bergerak Maju Dengan Teguh Dengan Bimbingan Guru

Kami berbagi pengalaman dengan para praktisi di sekitar tempat tinggal Yao, tentang upaya untuk menyelamatkan dia. Mereka semua mau bekerja sama dan memancarkan pikiran lurus.

Kami juga mengetahui bahwa para praktisi di sekitar tempat tinggal Yao telah beberapa kali menghubungi suaminya yang bukan praktisi. Dalam upaya membebaskan istrinya, suami Yao telah menyewa seorang pengacara untuk pengakuan bersalah istrinya, berharap pengadilan akan memberikan keringanan hukuman. Suaminya berusaha mencari koneksi dan telah menghabiskan banyak uang untuk hal ini. Namun sudah hampir setahun tidak ada kemajuan.

Seorang praktisi berusia 80-an dari daerah saya memutuskan untuk pergi ke kota tempat Yao ditahan, bersama ibunya untuk memohon pembebasannya. Ibu Yao dengan enggan setuju. Mereka tiba di kota setelah dua jam perjalanan. Mereka mengunjungi kantor polisi, kantor Kejaksaan, pengadilan, pusat penahanan, dan berbagai instansi terkait, namun tidak diizinkan sama sekali oleh pejabat di sana. Mereka juga berbicara pada penjaga keamanan tentang penganiayaan.

Ibu Yao berkata dengan kebingungan, “Saya sudah memberitahu anda, kita seharusnya tidak kemari. Saya sudah sering datang ke sini. Bahkan kita tidak diizinkan untuk memasuki kantor. Tak ada satu pun orang yang dapat membantu kita.”

Ada banyak keluhan datang di antara praktisi. Beberapa orang berpikir bahwa hal ini akan menghabiskan waktu dan tidak berguna. Beberapa praktisi di daerah saya berkata bahwa ini merupakan masalah di daerah lain dan kami punya banyak urusan yang harus kami tangani. Sebagian praktisi bahkan menyarankan saya untuk tidak mengkoordinasikan upaya penyelamatan lintas daerah.

Setelah memikirkannya, praktisi Wang dan saya pergi mengunjungi orang tua Yao. Di tengah perjalanan terjadi angin kencang dan hujan salju, sulit untuk melihat jalanan di depan kami. Setelah menempuh jarak beberapa saat, pandangan kami tiba-tiba menjadi jelas.

Beberapa waktu kemudian hujan salju turun kembali, lalu pandangan kami mendadak jadi jelas lagi. Saya memahami bahwa Guru telah memberi petunjuk agar kami terus maju dan pantang mundur, meskipun betapa sulitnya, pasti akan ada hasil yang cerah. Kami bertemu dengan orang tua Yao dan menawarkan dukungan kami.

Kami kemudian meminta pada seorang pengacara lokal untuk mengunjungi Yao di pusat penahanan. Kami menuliskan beberapa ajaran Guru dan meminta pengacara tersebut untuk menyampaikannya kepada Yao. Pengacara itu merasa terkejut, dia khawatir akan kehilangan pekerjaan jika materi Dafa tersebut sampai ditemukan.

Kami lalu membuat perjanjian dengan pengacara itu, dia akan menyampaikan beberapa kalimat sederhana kepada Yao: “Tekad yang kuat, pikiran lurus dan menyangkal pengaturan kekuatan lama.” Kami berbicara pada pengacara tersebut tentang Falun Dafa dan penganiayaan, dan dia setuju untuk mundur dari keanggotaan Partai Komunis Tiongkok dan organisasi afiliasinya.

Setelah pengacara itu mengunjungi Yao di pusat penahanan, kami memberikan beberapa informasi tentang kebebasan berkeyakinan dan kejahatan penganiayaan yang dilakukan PKT dari perspektif hukum. Kami berharap dia dapat memahami masalahnya.

Seiring kami terus menemui pengacara wanita ini, kami memberinya beragam informasi setiap saat, termasuk pembelaan yang kuat dari para pengacara yang disewa praktisi Falun Gong. Waktu berikutnya, di saat pengacara tersebut akan mengunjungi Yao, dia dengan senang hati membawakan ceramah Guru Li, yang sedari awalnya kami minta dia membawakannya.

Sementara itu, pikiran lurus Yao di pusat penahanan semakin kuat setelah dikunjungi beberapa kali oleh sang pengacara. Pengacaranya menelepon saya dan berkata bahwa pengadilan curiga kalau perubahan yang terjadi pada Yao disebabkan oleh kunjungannya dan dia merasa khawatir.

Baru pada saat itulah saya mulai menyadari berbagai hal dari sudut pandang kebutuhan pengacara tersebut, dan saya memberitahu padanya bahwa kami peduli pada keselamatan dan risiko yang dia tempuh dalam karier profesionalnya. Setelah dia kembali dari kunjungan pusat penahanan, saya bertanya kondisi Yao. Tiba-tiba muncul pertanyaan dari dalam diri saya, mengapa saya hanya mempedulikan praktisi yang di penjara, dan tidak mengkhawatirkan pengacara ini. Saya kemudian bertanya, “Apakah kamu baik-baik saja? Apakah pusat penahanan memberi kamu kesulitan?”

Saya menyadari bahwa “Tanpa Ego” merupakan manifestasi dari peningkatan seorang praktisi di dalam Fa.

Praktisi Wang dan saya pergi mengunjungi orang tua Yao dua hari sebelum Tahun Baru Imlek. Itu adalah kali ke enam kami pergi ke sana. Kali ini kami berkendara di tengah hujan dan salju, Jalan-jalan dilapisi oleh es. Wang tidak bisa mengemudi dan tidak berpikir tentang kondisi jalanan. Sepanjang jalan dia terus memberi petunjuk arah di tengah pegunungan, di tepi bukit terjal. Saya menyetir dengan kedua tangan menggenggam erat pada roda setir, dalam hati saya memohon bantuan Guru. Kaki saya terasa kesemutan dan seluruh badan saya terasa kaku, akhirnya setelah satu setengah jam kemudian, kami kembali ke jalanan aspal.

Orang tua Yao sangat terkejut melihat kami. Kami berkata sekali lagi bahwa kami masih belum bisa menemui Yao secara langsung, namun praktisi Dafa adalah satu tubuh dan kami harus menyelamatkannya. Kami butuh kerja sama agar Yao bisa dilepaskan dengan selamat. Ayahnya sangat terharu dan berkata, “Hanya praktisi Falun Dafa yang mampu melakukannya ini di zaman sekarang!”

Hari itu salju turun ketika kami pulang sore itu. Ketika sudah dekat dengan rumah kami, matahari bersinar cerah di atas langit, yang saat itu sudah seharusnya tenggelam. Saya tiba-tiba teringat kembali pada puisi Guru,

“Langit cerah dan tubuh langit transparan, kosmos sudah diluruskan. Mega bencana sudah lewat, alam semesta terang benderang.” (“Sesudah Bencana” dari Hong Yin)

Saya tahu bahwa itu adalah dorongan dari Guru agar kami terus maju dan tidak menyerah.

Praktisi Bekerja Sama Sebagai Satu Tubuh Dan Praktisi Yao Dibebaskan

Ibu Yao mulai menelepon direktur pusat penahanan tempat Yao ditahan. Ibu Yao berusaha meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan ini. Direktur itu memaki dan mengutuk dia. Dengan berbagi pengalaman kami saling mendukung satu sama lain.

Praktisi di daerah saya menelepon hakim yang mengawasi kasus Yao dan mengklarifikasi fakta tentang Falun Gong dan penganiayaan. Hakim ini awalnya bersikap negatif dan tidak membiarkan praktisi itu untuk berbicara. Di bawah pengaruh medan praktisi yang belas kasih dan penuh tekad, hakim ini akhirnya mengubah sikapnya. Segera sesudah itu, hakim mendengarkan penjelasan praktisi dengan penuh perhatian dan sabar selama enam sampai tujuh menit. Dia mengatakan akan meminta digelarnya sidang baru segera untuk Yao.

Pada pertengahan Februari, sidang kedua dari pengadilan pertama diadakan di pengadilan setempat di tempat asal Yao. Banyak praktisi dari daerah tempat tinggal Yao, juga dari daerah saya, dan tempat orang tua Yao tinggal, datang untuk menunjukkan dukungannya dan memancarkan pikiran lurus dari jarak dekat ke arah ruang persidangan.

Selama sidang, hakim meminta Yao untuk mengaku bersalah agar dia bisa dibebaskan segera. Pengacara yang disewa suami Yao juga membuat rekomendasi yang sama. Kali ini Yao tidak terpengaruh. Dia mendapatkan pikiran lurusnya kembali setelah berbagi pengalaman dengan praktisi dan belajar Fa yang dibawakan oleh pengacara sewaktu melakukan kunjungan kes ana.

Yao berbicara dengan kelurusan hati dan penuh martabat di ruang sidang, “Kebebasan berkeyakinan. Percaya pada Falun Gong bukan suatu kejahatan.” Tak peduli apa pun yang dituntut hakim untuk memperoleh pengakuan bersalahnya. Yao dengan tekad yang kuat, menolak mereka sepenuhnya.

Setelah sidang ditunda, praktisi dari tiga daerah memiliki pemahaman yang sama bahwa: “Kita sama sekali tidak boleh menyerah dan seharusnya melanjutkan kerja sama dengan mengirim surat, membuat panggilan telepon atau memancarkan pikiran lurus”. Praktisi di daerah saya menelepon hakim ketua sekali lagi. Hakim meminta kepada para praktisi untuk tidak mengiriminya surat atau meneleponnya. Praktisi sadar bahwa unsur-unsur kejahatan di ruang dimensi lainlah yang tidak dapat menahan tekanan.

Praktisi Yao dibebaskan beberapa hari kemudian tanpa dikenakan satu dakwaan pun terhadapnya. Saya meneteskan air mata ketika melihat Yao melangkah keluar dari pusat penahanan. Dia tidak berbicara pada kami karena dia tidak mengenal kami. Satu-satunya pikiran saya adalah ucapan syukur yang begitu dalam kepada Guru!