(Minghui.org) Saya sering bertanya-tanya mengapa manusia memiliki rasa takut dan dari mana datangnya perasaan tersebut.

Ketakutan dan Penderitaan Berakar pada Kepentingan Diri

Sejak berlatih Falun Dafa, saya menyadari rasa takut manusia berasal dari kepentingan diri karena takut kehilangan akan kekayaan, nama, kehormatan, pujian, dan lain-lain, yang semuanya merupakan kepentingan pribadi untuk memuaskan hasrat manusiawi yang dangkal.

Saya mengatasi depresi setelah menyadari kepentingan pribadi tersembunyi di balik tujuan saya berkultivasi, yang mana untuk membuktikan kebenaran diri sendiri. Saya baru mulai berlatih Falun Dafa beberapa tahun ini. Saat itu saya berpikir karena baru berlatih Dafa, saya pasti memiliki kualitas kultivasi yang buruk. Pikiran itu sangat mengganggu hingga saya jatuh ke dalam perasaan sedih dan sesekali cemas, kemudian berubah menjadi depresi selama beberapa hari. Saya tahu pikiran ini tidak benar. Sambil melihat masalah lebih jauh, saya teringat pada ajaran Guru Li: “Pagi mendengar Tao, petang boleh meninggal.” (“Larut Dalam Fa,” Petunjuk Penting Gigi Maju)

Saya kemudian menyadari masih lebih beruntung dibandingkan dengan mereka yang tidak berkesempatan memperoleh Fa!

Saya akhirnya dapat menyelesaikan masalah tersebut setelah menemukan maksud egois saya untuk memanfaatkan kultivasi. Guru berkata: ”Bagi praktisi tidak dibedakan siapa lebih dahulu dan siapa belakangan, semua adalah pengikut.” (Zhuan Falun). Sebenarnya ketika saya merasa sedih karena mendapatkan Fa terlambat, hal itu menunjukkan saya tidak berkultivasi dengan benar dan tidak melepaskan keegoisan serta tidak mendengarkan Guru sepenuh hati. Setelah menemukan keterikatan egois ini, saya tidak lagi merasa sesal karena terlambat mendapatkan Fa.

Menyingkirkan Kepentingan Diri untuk Klarifikasi Fakta

Saat ini, orang-orang merasa takut terhadap banyak hal, dan ketakutan mereka mempengaruhi perbuatan mereka. Banyak orang sangat egois, jadi saya perlu menjaga jarak antara diri saya dengan mereka, untuk mencegah diri saya terluka. Kebiasaan ini menjadi kendala besar bagi saya untuk klarifikasi fakta kepada orang lain.

Sebagai seorang praktisi, saya menyadari seharusnya mengubah konsep-konsep ini. Saya bukan seorang yang pemalu. Namun, saya tidak mampu berbicara kepada orang lain dengan mudah saat klarifikasi fakta. Saya bahkan terkadang kesulitan untuk membuka mulut. Kadang-kadang saya begitu cemas hingga lupa apa yang ingin saya katakan. Mencari penyebab masalahnya, saya bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya takut mati? Apakah saya takut terhadap penganiayaan dan siksaan di dalam penjara?” Saat berpikir tentang perasaan takut, saya teringat perkataan Guru, “Kendati kepala telah terlepas badan tetap duduk bermeditasi.” (“Penyingkapan Besar,” Petunjuk Penting Gigih Maju)

Saya percaya telah melalui begitu banyak reinkarnasi untuk berkesempatan memperoleh Fa. Betapa sulitnya menjadi seorang praktisi dalam kehidupan ini. Lalu mengapa saya tidak dapat memberitahu orang-orang tentang Dafa tanpa keraguan? Alasan saya mengalami kesulitan adalah dikarenakan kekhawatiran saya kehilangan reputasi. Saya takut orang lain tidak memahami saya yang akan berkata saya tidak bekerja mempersiapkan masa depan sebagai anak muda. Jauh di lubuk hati, saya berlatih kultivasi berdasarkan pandangan orang terhadap saya, jadi kepentingan diri membuat saya merasa takut kehilangan nama. Setelah mengubah pola pikir ini, saya mulai membuat kemajuan dalam klarifikasi fakta kepada orang lain.

Suatu hari, saya berada di luar dan tidak dapat mendekati orang lain untuk klarifikasi fakta. Saya mulai memancarkan pikiran lurus dan menghafal Fa. Saat melihat begitu banyak orang melewati saya, saya hampir menangis karena perasaan mendesak yang saya rasakan. Kemudian sesuatu tak terduga terjadi: Seorang wanita tua yang baru selesai berbelanja -- keluar dari supermarket dan berjalan ke arah saya. Saya pikir dialah yang harus saya ajak bicara. Dia duduk di dekat saya seakan kami punya janji bertemu.

Kami mulai berkomunikasi secara wajar tentang berbagai topik. Saya kemudian mengangkat topik Falun Dafa setelah beberapa saat. Dia berkata telah mendapat materi Falun Dafa, tapi disembunyikan di rumah karena takut. Saya tertawa, “Apa kamu takut membaca buku di rumahmu sendiri?” ujar saya. “Itu adalah materi yang berharga; mereka mewakili kebenaran di mana orang-orang tidak diizinkan untuk membicarakannya di Tiongkok. Tapi informasi ini berhubungan dengan kita.”

Dia juga merasa heran dengan perilakunya dan menjawab, “Benar, saya seharusnya tidak perlu takut membacanya di rumah. Saya akan membaca materi-materi itu setelah kembali ke rumah.”

Selama percakapan, saya berbicara dengannya secara alami. Dia bersedia berbicara dengan saya tentang banyak hal, yang biasanya tidak dapat dia ceritakan kepada orang lain dengan santai. Ketika saatnya berpisah, dia mengucapkan terima kasih dengan tulus. Saya melihat dari gestur tubuhnya yang menunjukkan rasa syukur dari para makhluk hidup yang dia wakili.

Setelah tiba di rumah, saya memikirkan pengalaman hari ini. Saya mengklarifikasi fakta dengan lancar karena tidak punya kekhawatiran pada diri sendiri. Saya melakukannya dengan hati yang tulus tanpa tujuan egois. Terlebih lagi, Guru melihat keinginan tulus saya untuk menyelamatkan makhluk hidup dan memberikan kebijaksanaan sehingga berhasil mengklarifikasi fakta kepadanya.

Kepentingan pribadi telah mencegah timbulnya belas kasih saya. Secara perlahan-lahan saya memperbesar kapasitas saya dan meningkatkan belas kasih setelah menyingkirkan kepentingan pribadi. Ketika bertemu orang lain, saya bisa merasakan mereka diselubungi kesedihan dan tanpa memiliki masa depan. Saat memikirkan makhluk hidup, saya menyadari pentingnya mengklarifikasi fakta kepada mereka.

Kepentingan Diri Berakar dari Kebudayaan Partai Komunis

Saya biasa terobsesi dengan kebersihan, khususnya di rumah. Saya segera marah kepada suami dan mengkritiknya setiap kali dia tidak memenuhi standar kebersihan saya.

Setelah menjadi praktisi, saya menyadari perhatian pada kebersihan merupakan suatu keterikatan, namun saya masih sulit menyingkirkannya. Kemudian menyadari diri saya masih terpengaruh oleh konsep kebudayaan PKT, oleh karenanya saya selalu menekankan kebiasaan menjaga kebersihan. Saya memelihara kebudayaan partai komunis dengan kecenderungan menggunakan standar saya sendiri untuk menghakimi orang lain, dan beranggapan standar saya lebih tinggi dari mereka. Pemikiran dan perilaku telah menunjukkan kepentingan diri saya dan tingkat toleransi yang rendah.

Sebagai seorang praktisi, saya perlu mengultivasi diri sendiri menurut kriteria Dafa. Di masa lalu, ketika saya menyalahkan suami, dia akan membalas. Saat saya meningkatkan diri, dia menjadi lebih pendiam. Suatu kali saya tidak dapat mengendalikan diri dengan baik dan kembali bersikap menyalahkannya. Saya langsung sadar dan teringat diri saya sebenarnya. Begitu saya berhenti berbicara, dia dan saya saling tersenyum. Dia tahu saya sedang berusaha meningkat dan melewati ujian.

Ketika saya mengultivasi diri tanpa syarat, tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor luar dan orang lain, saya menemukan lingkungan saya mulai berubah. Seakan-akan saya berada di puncak tertinggi sebuah gunung dengan pandangan terhampar luas. Saat sedang berjalan di jalanan dan melihat orang di sekeliling, saya merasa persaingan, kepentingan, dan kehilangan manusia benar-benar tidak penting.

Memperbesar Kapasitas dengan Menyingkirkan Kepentingan Diri

Ketika terus menerus menyingkirkan keterikatan manusia dan egois, pikiran saya mengalami perubahan yang luar biasa. Sekarang saya mampu menghadapi dan bergaul dengan orang yang tidak saya sukai sebelumnya.

Suatu hari saat sedang menunggu kendaraan, saya melihat seorang pria tua berjalan pincang dengan penopang menuju ke arah saya. Saya bertanya-tanya bagaimana jika dia mendengarkan fakta kebenaran Dafa dari saya. Saya mengangguk kepadanya sambil tersenyum. Pria ini berbalik seperti mencari sesuatu di tempat sampah terdekat. Di masa lalu saya pasti sudah menyerah untuk berbicara dengannya karena dia kotor, sulit berjalan, dan mengorek tempat sampah. Kali ini, saya bertanya-tanya apakah dia memiliki anak yang mengurusinya. Muncul rasa kasihan, dan air mata saya mengalir, saya berpikir jika saya tidak berbicara padanya tentang Dafa, maka pria tua yang telah menunggu sepanjang hidupnya untuk Dafa, akan sia-sia.

Beberapa orang berdiri agak menjauh menertawakan pria tua ini. Mereka terkejut ketika saya berjalan ke arahnya dan mencoba mengajaknya berbicara. Mereka memberitahu saya untuk tidak meladeninya karena dia tuli.

Benar, orang tua itu mengatakan ia tidak dapat mendengar saya. Dia mengatakan usianya sudah di atas 90 tahun. Dia tinggal bersama anaknya, namun mereka menyuruhnya tinggal di lantai teratas, sedangkan mereka tinggal di bawah. Dia juga berkata tidak baik hidup terlalu tua. Saya berkata kepadanya dengan ramah, “Jangan berpikir seperti itu. Anda hidup begitu lama pasti punya maksud.”

Kemudian, saya mengatakan padanya untuk mengucapkan dengan tulus kalimat, “Falun Dafa baik. Sejati-Baik-Sabar baik” maka dia akan diberkahi. Dia menjawab, “Saya tidak dapat mendengar.” Saya memberitahu dia dengan lebih keras berulang kali, sembari menunjukkan bahwa ia dapat membacanya. Setelah saya mengucapkan kalimat ini beberapa saat, dia menjawab, “Kedengarannya bagus! Sangat bagus!”

Setelah beberapa saat, suami saya tiba. Suami juga membacakan berulang kali kepada pria tua itu: “Falun Dafa baik. Sejati-Baik-Sabar baik!” Seiring berjalannya waktu, orang-orang yang mengolok-olok pria tua itu telah pergi, tapi saya dan suami masih berada di sana berbicara dengannya. Namun, dia benar-benar tidak dapat mendengar apa pun, kecuali kalimat “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Saya sangat terharu makhluk hidup telah mengalami banyak kesulitan untuk bisa diselamatkan! Dari pertemuan ini, saya memahami bahwa saya telah menyingkirkan sejumlah keegoisan selama kultivasi saya.

Penutup

Setelah berkultivasi selama beberapa tahun, saya melihat bahwa saya mulai berkultivasi untuk menyelesaikan masalah pribadi, namun secara bertahap menyadari misi dari seorang praktisi. Awalnya, saya hanya mengklarifikasi fakta karena perlu melakukannya. Kemudian, saya sadar betapa menderitanya makhluk hidup, dan saya sangat ingin membantu mereka dengan menunjukkan sebuah jalan harapan. Awalnya, saya menjaga jarak antara diri saya dengan orang-orang, karena takut disakiti. Namun, kini saya mampu menghadapi tanggapan orang lain secara damai dan tidak lagi berpikir soal perolehan dan kehilangan. Saya mempertimbangkan kesulitan orang lain dan ingin membantu serta peduli mereka semampu saya.

Saya meningkat sedikit demi sedikit, dari hari ke hari. Kadang-kadang, saya menyesali tidak melakukan dengan baik. Namun Guru tidak pernah menyerah pada saya dan selalu menyemangati saya.

Saya percaya semua pemikiran manusia yang saya miliki selama berkultivasi berasal dari “Aku” yang timbul melalui sistem berbeda dari alam semesta lama. Setelah secara bertahap menyingkirkan berbagai keterikatan, saya selalu menemukan kepentingan diri sebagai akar penyebabnya. Ketika menyingkirkan keegoisan lebih lanjut lagi, saya memperbesar kapasitas dan mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah mengalami peningkatan, saya mengubah perspektif saya terhadap orang-orang dan berbagai hal di dunia.

Sekarang saya tahu akan selalu berjalan dengan teguh di jalur kultivasi Dafa.