(Minghui.org) Sewaktu muda, saya dipenuhi oleh kebencian dan amarah. Orangtua saya tidak menyukai saya, dan ibu mertua memperlakukan saya secara tidak adil. Sembari menyimpan kebencian terhadap mereka, saya bertanya-tanya mengapa saya selalu diperlakukan tidak adil.

Hidup dalam penderitaan juga merusak kesehatan saya. Terlebih lagi, selama beberapa tahun belakangan ini setelah nenek meninggal, saya mengalami mimpi buruk tentang bagaimana ia berusaha mengajak saya pergi bersamanya “ke sisi lain.”

Saya takut tertidur di malam hari. Akhirnya pada usia 32 tahun, saya bertemu dengan seorang peramal. Dia meramalkan saya akan hidup paling lama -- empat tahun lagi. Dia sangat iba pada saya, sampai-sampai menolak menerima uang jasanya.

Berbulan-bulan kemudian, saya mendapat mimpi yang lebih baik yakni, seorang Dewa menyuruh saya untuk meneruskan kultivasi, agar dapat memperpanjang hidup saya.

Dua tahun kemudian, seorang kerabat memberi saya buku Zhuan Falun. Saya membuka buku itu dan melihat foto Guru Li Hongzhi, pencipta Falun Gong (juga disebut Falun Dafa) dan penulis Zhuan Falun. Saya mengenali bahwa Guru-lah yang ada di dalam mimpi saya, dan saat itu saya menyadari memiliki harapan hidup.

Saya berlatih Falun Dafa sudah 19 tahun, masih hidup dan sehat. Saya juga memperbaiki hubungan dengan orangtua saya serta ibu mertua. Ketika polisi datang untuk menangkap saya agar melepaskan latihan Falun Gong, ibu mertua berusaha melakukan yang terbaik agar saya tidak dibawa pergi.

Saya menceritakan kisah saya sebagai penghormatan kepada Falun Dafa dan berharap orang-orang dapat melihat latihan ini tidak seperti yang dipropagandakan oleh rezim komunis.

Kehidupan yang Penuh Derita

Sewaktu kecil, saya adalah anak pendiam, dan sulung dari empat bersaudara. Kedua orangtua tidak menyukai saya; mereka kerap memukul dan memarahi saya. Saya menyimpan kebencian yang dalam terhadap mereka, hingga akhirnya saya menikah di usia 21 tahun dan meninggalkan rumah dengan hati yang hancur.

Kehidupan saya berikutnya juga tidak lebih baik. Ibu mertua saya memiliki tujuh putra dan satu putri. Dia sering menuntut dan menggertak saya. Meski sifat saya tertutup dan sedikit bicara, saya mengemban rasa benci dan keluhan di hati terhadapnya.

Terlebih lagi, saya kelelahan karena terlalu banyak bekerja di rumah maupun di tempat kerja. Saya menderita berbagai penyakit mulai dari migrain, sakit perut, radang usus, radang pada adnexa rahim dan sakit lutut. Ketika berada dalam kesakitan, saya terpikir untuk bunuh diri.

Nenek sangat sayang saya dan merawat saya ketika masih kecil, namun beliau meninggal dunia pada tahun 1990, saat saya berusia 26 tahun. Setelah itu saya sering mengalami mimpi di mana dia mengejar dan meminta saya menemaninya. Ketika dia mengejar, saya melarikan diri dan terbangun ketakutan. Waktu itu saya tidak berani tidur pada malam hari dan selalu mengalami mimpi yang sama. Saat tidur saya selalu memegang tali saklar lampu, bahkan tidak berani tidur sepanjang malam.

Dengan perasaan putus asa, saya pergi ke seorang peramal, seorang wanita tua. Dia mengamati tangan, wajah, dan leher kemudian mendesah, “Kamu sungguh mengibakan! Saya tidak perlu dibayar. Masa hidupmu tidak akan lama. Jika kamu hidup sampai usia 36 tahun, kamu boleh datang membayar saya.”

Saat itu musim panas tahun 1996, saya berusia 32 tahun.

Seorang Dewa Besar Mendatangi Saya di dalam Mimpi

Suatu malam saya bermimpi lagi. Suami dan saya menaiki sebuah tangga ke langit. Saya terus menerus bersujud pada siapa pun yang saya temui dan bertanya apakah mereka dapat membantu untuk memperpanjang hidup saya. Para Dewa yang berada dalam satu wilayah surga mengatakan bahwa mereka tidak dapat menyelesaikan masalah saya dan menyuruh saya naiklebih tinggi lagi untuk mencari bantuan.

Saya naik lebih tinggi sampai tiba di lapisan surga. Di sana saya melihat seorang Dewa sedang memegang buku besar. Dia berkata nama pertama di daftar itu adalah saya, dan mengatakan hidup saya akan berakhir. Saya bersujud sambil menangis dan memohon padanya, “Dapatkah anda memperpanjang hidup saya tiga tahun lagi? Anak saya masih terlalu kecil tanpa saya.”

Saya tetap bersujud pada Dia, lalu Dia berkata, “Saya masih belum memutuskan.” Dia kemudian membawa saya ke seorang Dewa agung yang tidak bicara.

Dewa agung tadi memberi isyarat pada saya untuk duduk dalam posisi lotus. Lalu Dia mengajarkan saya latihan meditasi. Dia berkata bahwa saya dapat memperpanjang hidup jika berkultivasi dengan rajin. Saat terbangun, saya tidak mengerti makna mimpi saya.

Saya Bertemu Falun Dafa

Ketika putri kedua kami lahir pada bulan Maret 1998, kesehatan saya memburuk: gatal pada lutut, sakit pada anus, sakit gigi, sakit punggung, dan sakit perut serta sejumlah hal yang memerlukan pengobatan serius. Suami telah membawa saya ke sejumlah rumah sakit besar untuk pengobatan.

Saya juga mencoba pengobatan Barat dan pengobatan tradisional Tiongkok serta resep obat khusus lainnya, namun tak ada satu pun yang membantu saya. Bagi saya sudah pasrah apakah hidup atau mati.

Seorang kerabat dari saudara ipar mengunjunginya untuk memperkenalkan Falun Gong. Ipar saya merasa latihan ini sangat bagus dan datang untuk mengajak saya. “Falun Gong sangat efektif untuk pengobatan dan kebugaran,” katanya. “Kamu mengidap berbagai penyakit. Cepatlah mempelajarinya.”

Saya menanggapinya dengan negatif. “Saya tidak percaya. Rumah sakit saja tidak mampu menyembuhkan penyakit saya. Bagaimana saya bisa sembuh hanya dengan membaca sebuah buku?”

Dia tidak menyerah. Kami membawa sepeda tiga roda untuk menghadiri kelompok belajar Fa di rumah seorang praktisi. Empat praktisi sedang membaca buku Zhuan Falun ketika kami tiba. Saya duduk di atas kang (batu bata pemanas yang digunakan di Tiongkok utara). Kepala saya terkulai ke satu sisi. Saya duduk selama hampir dua jam saat mereka membaca buku, tapi saya tidak mengerti satu kata pun.

Beberapa hari kemudian, saudari ipar saya ingin membawa saya ke rumah seorang praktisi untuk menonton rekaman video ceramah Fa Guru. Saat itu saya sedang sakit punggung dan takut tidak bisa bersandar, jadi saya menolaknya. Akhirnya, saya bersama anak perempuan saya setuju pergi bersamanya.

Rumah praktisi dipenuhi oleh banyak orang. Tidak ada tempat bagi saya untuk bersandar. Saya duduk, menyandar pada putri saya dan menonton ceramah Fa Guru. Kali ini saya mendengarkan dengan saksama dan menaruh perhatian pada ceramah Guru.

Dua jam kemudian, saudari ipar bertanya pada saya, “Apakah punggung kamu masih terasa sakit?”

Saya menepuk punggung dan berkata, “Apa? Saya tidak sakit lagi. Falun Gong memang mujarab!”

Punggung saya akan terasa sakit saat bersandar di tembok rumah. Kali ini, saya duduk di sana dengan tangan di atas putri saya selama lebih dari dua jam, saya tidak merasa sakit sama sekali. Saya merasa takjub menyaksikan Falun Dafa begitu ajaib. Mulai hari itu saya menempuh jalur Xiulian Falun Dafa.

Tiga hari kemudian, saya pergi ke kelompok belajar Fa di rumah seorang praktisi lama. Saya merasa semua orang di sana tampak begitu akrab bagi saya. Seorang praktisi memegang buku Zhuan Falun dengan kedua tangan dan menyerahkannya kepada saya.

Saya menerima buku itu dan membukanya, saat itulah saya melihat foto Guru. Saya merasa wajah Guru tampak begitu kenal. Setelah berpikir, saya terkejut karena saya yakin beliau adalah Dewa agung yang saya temui di dalam mimpi. Seorang praktisi mengingatkan saya untuk memanggil Dia “Guru” -- jangan menggunakan sebutanDewa agung.

Saya Berlatih Kultivasi Sejati

Seiring belajar Fa, mengultivasi hati dan berbagi pengalaman dengan praktisi lain, saya tidak lagi merasa benci atau mengeluh terhadap ibu mertua. Ketika dia sakit, saya merawat dan menyarankannya untuk mengucapkan, “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.”

Ibu mertua menceritakan hal ini kepada semua orang yang ia temui. “Falun Gong baik,” katanya. “Menantu saya begitu baik pada saya setelah ia berlatih Falun Gong. Jika semua orang mempelajari Falun Gong, para orangtua akan menikmati berkah.”

Tenggorokannya yang sering gatal dan batuk sebelumnya, kini telah sembuh.

Suatu hari pada tahun 2003, saat saya sedang mengerjakan pekerjaan rumah dengan pintu terbuka, saya mendengar seseorang menyebut nama saya di luar. Akan tetapi, belum sempat menutup pintu, sembilan polisi menerobos masuk ke rumah kami, mengepung dan mendorong saya masuk ke mobil mereka.

Mertua saya berteriak pada mereka. “Apa yang kalian lakukan di sini? Kalian seperti penjahat!”

Dia mencoba menghentikan mereka membawa saya pergi, tapi didorong hingga jatuh ke lantai. Dia langsung pingsan. Saya berseru, “Falun Dafa baik!”

Saat itu, suami saya pulang ke rumah. Dia berdiri di depan mobil dan mencoba menghentikannya. Saat itu semakin banyak orang yang menonton kejadian ini. Seseorang berkata, “Kenapa menahan dia? Dia sedang melakukan pekerjaan rumah tangga. Wanita tua ini hilang kesadarannya. Delapan anaknya pasti tidak akan mengampuni kalian. Lepaskan saja menantunya.”

Hal ini membuat polisi ketakutan dan mereka melepaskan saya ketika melihat ibu mertua saya tak sadarkan diri. Mereka akhirnya pergi.

Kami membawa ibu mertua ke unit gawat darurat di rumah sakit. Dokter berusaha keras menyelamatkannya dan membuatnya siuman. Setiap hari pejabat desa datang ke rumah kami untuk memaksa saya bergabung di pusat pencucian otak setempat. Ibu mertua meminta saya bersembunyi dan dia sendiri mengantar makanan untuk saya.

Saya bekerja sama dengan rekan praktisi dalam memberitahu orang-orang tentang fakta kebenaran Falun Gong. Saya mengendarai motor untuk memasang materi klarifikasi fakta di semua tempat. Kami membagikan pamflet, DVD, dan software untuk menerobos blokade internet. Kami menyarankan orang-orang mengundurkan diri dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan organisasi afiliansinya.

Pada tahun 2017, rekan praktisi dan saya bertemu dengan seorang pria berpakaian rapi dan resmi di halte bus. Saya menghampirinya namun merasa ragu. Ketika saya berpikir lagi: tidak peduli apa profesinya, dia datang ke dunia untuk diselamatkan. Saya berbalik dan berbicara padanya.

Rekan praktisi dan saya secara bergantian memancarkan pikiran lurus dan menjelaskan kepada pria itu mengenai fakta kebenaran Falun Gong. Dia berkata bekerja di bidang geografis dan pernah mendengar tentang Falun Gong.

Dia tahu tentang gerakan pengunduran diri dari PKT dapat menjamin keselamatan seseorang, tapi ia tidak tahu caranya. Dia meminta kami menggunakan nama aslinya untuk mundur dari PKT. Dia menerima materi klarifikasi fakta dan software untuk menerobos blokade internet. Dia berkata akan membagikan kepada teman sejawatnya dan mengingatkan kami untuk selalu waspada dan berhati-hati.

Saya bekerja di sebuah pabrik yang memproduksi pakaian dalam untuk diekspor. Kami sering mendapat ekstra kain, benang, sabuk elastis, bra dan pakaian dalam di pabrik. Dari waktu ke waktu hampir semua karyawan mengambil produk itu untuk dibawa pulang ke rumah. Barang-barang ini berkualitas tinggi dan diimpor dari luar negeri. Pada suatu waktu saya juga membawa barang pulang ke rumah.

Selama masa itu, ajaran Guru sering terngiang di benak saya. Guru berkata,

“Ada seorang praktisi yang bekerja pada pabrik tekstil kota XX di Provinsi Shandong, setelah belajar Falun Dafa juga mengajarkan kepada karyawan lain untuk ikut berlatih, akhirnya telah membangkitkan semangat dan wajah baru di seluruh pabrik. Dahulu handuk dari pabrik tekstil sering kali disembunyikan sepotong untuk dibawa pulang, karyawan lain semua mengambil. Setelah belajar Gong dia bukan saja sudah tidak mengambil, bahkan yang sudah dibawa pulang ke rumah juga dikembalikan lagi. Orang lain begitu melihat dia berbuat demikian, juga tidak ada yang mengambil lagi, bahkan ada karyawan yang mengembalikan ke pabrik barang yang dahulu pernah diambil, situasi ini telah terjadi di seluruh pabrik.” (dari “Ceramah Empat”, Zhuan Falun)

Saya menyadari kesalahan dan keegoisan saya lalu mengembalikan semua yang saya ambil.

Seorang inspektur pengawas yang telah memahami kebenaran Falun Dafa mengetahui saya tidak membawa barang-barang ini ke rumah. Dia berpikir ini tidak adil bagi saya, jadi suatu hari pada musim semi tahun ini, dia memberi saya sabuk pinggang elastis. Saya menolaknya dan berkata, “Saya tidak menginginkan ini. Guru telah memberi begitu banyak kepada saya, maka itu saya tidak ingin mencoreng nama Dafa. Saya hanya ingin mengikuti ajaran Guru.”

Tidak peduli seberapa kerasnya dia memaksa saya untuk menerima sabuk itu, saya tetap menolaknya.

Sebulan lalu, ketua tim kami memberi saya bra berkualitas bagus, dengan pertimbangan telah bekerja dengan baik dan membantu dia. Saya menolak dan berkata, “Mohon maaf, saya tahu kamu mencoba bersikap baik kepada saya, tapi sungguh saya tidak bisa menerimanya.”

Dia tidak bisa memahami sikap saya. Saya berkata, “Saya punya prinsip spiritual yang kuat. Saya berlatih Falun Gong.”

Dia kemudian mengajukan banyak pertanyaan pada saya. Saya menjawab pertanyaannya satu per satu, mulai dari kebohongan bakar diri di Lapangan Tiananmen sampai prinsip Dafa yang mengajarkan orang untuk berbuat baik. Saya juga memberitahu dia bahwa Dafa telah tersebar di lebih dari 100 negara dan wilayah di seluruh dunia.

Di tempat kerja dan setiap saat, saya tidak pernah melupakan misi dan citra saya sebagai pengikut Dafa. Saya menganggap waktu yang saya habiskan bersama rekan kerja merupakan kesempatan baik untuk menyelamatkan orang.

Saya bekerja di sana kurang dari tiga tahun. Selama periode itu, lebih dari 30 dari 100 karyawan di pabrik mengetahui fakta kebenaran Falun Gong. Semua karyawan dan pihak manajemen sungguh menghormati perilaku terpuji para praktisi Falun Gong.