(Minghui.org) Pada awal penganiayaan, sangatlah penting bagi Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk mencemarkan Falun Dafa agar memastikan keterlibatan dan dukungan publik di Tiongkok dalam rencana keji PKT untuk memusnahkan latihan yang populer ini. Untuk tujuan tersebut, PKT merekayasa apa yang disebut “1400 kasus” tentang orang-orang yang meninggal sebagai akibat dari berlatih Falun Dafa. PKT mampu mengelabui pandangan rakyat Tiongkok, utamanya karena mereka mengendalikan sepenuhnya media. Sekarang, 18 tahun telah berlalu dan semakin banyak orang yang telah mengenali sifat jahat dari PKT dan banyak pula yang awalnya telah dikelabui oleh propaganda kebohongan PKT dan memiliki kesalahpahaman terhadap Falun Dafa, sekarang telah mengetahui fakta kebenaran. Namun, masih ada orang-orang yang masih terkelabui dan belum mendengar fakta kebenaran.

Di antara “1400 Kasus Kematian,” ada satu yang amat menonjol: “Wang Anshou Membunuh Ayahnya dengan Sekop.” Media PKT mengatakan, “Awalnya keluarga Wang Anshou harmonis. Pada Januari 1998, dia mulai berlatih Falun Dafa. Pada 8 April tahun tersebut ayahnya ingin menghentikannya berlatih Falun Dafa, sehingga dia menikam mati ayahnya dengan sekop dan tiang karena kemarahan… Wang Anshou menderita skizofrenia karena berlatih Falun Dafa. Dia menatap pada ayah dan istrinya yang mencoba menghentikannya berlatih Falun Dafa, bagai kerasukan srigala atau macan.” Ini adalah satu kasus pasien gangguan mental yang melakukan pembunuhan, sebuah cerita tragis yang dipuntir dan dipublikasikan oleh PKT untuk menyudutkan Falun Dafa. Kisah ini dan banyak kisah serupa telah muncul dalam banyak media dan website yang dikendalikan oleh rejim komunis Tiongkok.

Kerangka Waktu Membuktikan Tuduhan Palsu PKT

Bagaimana kejadian yang sesungguhnya? Bagaimana Wang Anshou menjadi sakit mental? Mari kita lihat pada keputusan Pengadilan Kota Xintai, Provinsi Shandong. Istrinya, Yi Yanju, telah mengajukan gugatan untuk bercerai. Pada Mei 1999, Wang Anshou menerima keputusan cerai.

Keputusan Pengadilan Sipil terkait Perceraian Wang Anshou

Dokumen pengadilan merinci alasan yang diajukan oleh istrinya, Yi Yanju dalam tuntutan cerainya. “Terdakwa telah menyembunyikan sejarah penyakit mentalnya dan setelah menikah, penyakit mentalnya kambuh beberapa kali. Karena penyakit mentalnya berdampak negatif pada pernikahan kami, saya tidak dapat lebih lama lagi hidup bersama terdakwa. Karenanya saya mengajukan perceraian.”

Dokumen Pengadilan Kota Xintai merincikan, “Pada 1988, terdakwa (Wang Anshou) menderita depresi mental dan dirawat di RS Jiwa Kota Tai’an selama lebih dari dua bulan. Pada 1996, penyakit mentalnya kambuh dan dia dimasukkan ke RS Jiwa Tai’an banyak kali. Pada 1998, terdakwa mulai berlatih Falun Dafa. April tahun yang sama penyakit mentalnya kambuh dan dia mencangkul mati ayahnya dengan sekop. Dia dibawa ke RS Jiwa Tai’an untuk perawatan, di mana dia masih sedang dirawat. Dia didiagnosis menderita skizofrenia paranoid.” Pengadilan mengabulkan perceraian, karena Wang menyembunyikan sejarah penyakit mentalnya sebelum pernikahan. Gejala penyakit mentalnya kambuh banyak kali setelah Wang menikah dan tidak berhasil disembuhkan. Istrinya menuntut perceraian, karena alasan di atas yang mengakibatkan kasih sayang antar pasangan tersebut telah dirusak.

Keputusan secara jelas menegaskan bahwa penyakit mental Wang bukan karena berlatih Falun Dafa. Dia telah menderita penyakit mental sejak 1988. Dengan kata lain, sebelum belajar latihan Falun Dafa, dia telah memiliki catatan sepuluh tahun sakit mental. Kedua, penyakit mentalnya sering kambuh dan dia kembali dibawa ke RS Jiwa untuk perawatan pada 1996. Istrinya juga memberikan kesaksian bahwa suaminya “telah menderita gejala penyakit jiwa banyak kali setelah mereka menikah dan perawatan tidak berhasil.” Karenanya kami menyimpulkan bahwa ketika Wang Anshou mulai berlatih Falun Dafa pada 1998, dia telah menjadi seorang pasien gangguan mental, menderita psikosis sejak 1988, dan sejauh ini perawatan tidak berhasil. Pembunuhan ayahnya tidak ada hubungan sama sekali dengan Falun Dafa. Bahkan dalam keputusan pengadilan dinyatakan sangat jelas, dia “membunuh ayahnya ketika penyakit mentalnya kambuh.”

Kita bandingkan laporan PKT dengan keputusan Pengadilan Kota Xintai dan menemukan bahwa media corong PKT menyembunyikan histori gangguan mental dari Wang Anshou. Untuk pembenaran bagi penganiayaan terhadap Falun Dafa, media corong partai komunis telah menyembunyikan fakta bahwa Wang adalah pasien penyakit mental jauh sebelum Falun Dafa diperkenalkan ke publik. Namun PKT menghilangkan fakta tersebut dan menyudutkan Falun Dafa telah menyebabkan penyakit mentalnya.

Ada banyak kasus di mana sejarah pasien gangguan mental dimanipulasi untuk menyudutkan Falun Dafa. Contoh lain adalah Fu Yibin, yang disebut “Kasus Pembunuhan Besar.” Sesungguhnya, ia mulai memperlihatkan gejala penyakit mental sekitar 1993 dan sering berkeliaran di jalan dalam keadaan telanjang bulat. Kemudian, ada pula Ma Jianmin yang dikatakan telah memotong perutnya untuk menemukan Falun. Baik Fu dan Ma telah memiliki sejarah penyakit mental, tetapi PKT memanipulasi fakta untuk menyerang dan menyudutkan Falun Dafa.

Falun Dafa Membawakan Kebaikan dan Kesehatan bagi Masyarakat

Falun Dafa adalah metode kultivasi tingkat tinggi yang berdasarkan prinsip universal Sejati-Baik-Sabar. Metode latihan ini diperkenalkan ke publik pada 1992 dan sekarang telah berkembang di lebih dari 100 negaradi seluruh dunia. Seratus juta orang menikmati kesehatan jiwa raga yang baik karena berlatih Falun Dafa. Banyak dari mereka dari kalangan akademisi, pejabat tinggi, maupun rakyat biasa dan bahkan yang buta huruf. Semua praktisi Dafa mencoba menajdi orang baik dan hidup sesuai prinsip Sejati-Baik-Sabar.

Selama tujuh tahun sebelum penganiayaan dimulai, banyak televisi dan stasiun radio, demikian pula koran, memublikasikan berita positif dan adil tentang Falun Gong. Tidak pernah ada disebut kasus bunuh diri, pembunuhan atau sakit mental karena berlatih Falun Gong. Instansi pemerintah, termasuk Kementerian Keamanan Publik semua memuji Falun Gong dan pendirinya, Li Hongzhi. Pada 1998, kader senior dari pusat pemerintahan yang dipimpin oleh mantan Ketua Kongres Rakyat Nasional menyimpulkan, setelah investigasi pada Falun Gong, “(Falun Gong) membawakan banyak manfaat dan tidak menimbulkan bahaya pada masyarakat.”

Disiksa hingga Kehancuran Mental

Sangat menyedihkan, PKT telah menyebabkan banyak praktisi Falun Gong menderita penyakit mental sebagai akibat penganiayaan keji, termasuk penyiksaan dan pemberian obat-obatan tak dikenal. PKT telah memublikasikan beberapa kasus ini dalam upayanya untuk terus memfitnah Falun Gong. Selama 18 tahun penganiayaan, tak terhitung tragedi yang telah terjadi hari demi hari. Ribuan praktisi Dafa telah meninggal karena penyiksaan, banyak keluarga telah dirusak dan banyak orang sehat mengalami trauma mental. Berikut adalah beberapa contoh kasus:

1. Liu Zhimei, mahasiswi Universitas Qinghua, Mengalami Gangguan Mental karena Penyiksaan

Liu Zhimei berasal dari Desa Sanqing, Kotapraja Tuanwang, Kota Laiyang, Provinsi Shandong. Di tahun 1997, Liu yang berusia 17 tahun diterima di Fakultas Teknik Kimia Universitas Qinghua, karena dia telah mencapai nilai tertinggi di Provinsi Shandong. Sementara kuliah di Universitas Qinghua, Liu menjadi praktisi Falun Dafa. Namun, saat PKT mulai menganiaya Falun Dafa pada Juli 1999. Liu ditangkap banyak kali karena tidak melepaskan keyakinannya pada Sejati-Baik-Sabar. Pada tahun 2001, Universitas Qinghua mengeluarkannya sebagai mahasiswi.

Di bulan Mei 2001, Liu Zhimei ditangkap sementara tinggal di rumah kontrakan di Beijing. Selama penahanan, dia disiksa secara kejam dan sebagai akibatnya kepala dan dadanya terluka, sementara beberapa kuku tangannya terkelupas. Pada November 2001, Liu yang telah berusia 22 tahun dihukum 12 tahun penjara dan dipindahkan ke Penjara Wanita Shandong. Sejak 2002 hingga 2008, Liu setiap hari diinjeksi dengan obat-obatan tak dikenal, karena dikatakan dia menderita “sakit mental.” Pada 2003, korban telah sepenuhnya kehilangan orientasi mental. November 2008, dia diberikan obat tak dikenal karena “ada lubang pada giginya”, itu terjadi tiga hari sebelum dibebaskan. Setelah pembebasannya, keluarga Liu tidak dapat menemukan lubang pada giginya.

Tiga hari setelah pembebasannya, Liu Zhimei tiba-tiba kehilangan orientasi dan kondisinya memburuk setiap hari. Dia tidak dapat istirahat dan tidak dapat bicara wajar. Dia menari dan menggerakkan tangannya seolah sedang berlari. Dia menderita insomnia dan beberapa hari hanya tidur dua jam. Korban kehilangan ingatan, dan bahkan tidak dapat mengingat usianya. Dia mengulangi kata-kata yang sama berkali-kali. Mahasiswi yang berprestasi menjadi tidak waras sebagai akibat penganiayaan PKT.

2. Guo Baoyang, mahasiswa Universitas Qingdao University Diberikan Obat-Obatan dan Mengalami Gangguan Mental

Guo Baoyang, 19, mahasiswa pada Fakultas Teknik Profesional Universitas Qingdao ditangkap oleh polisi Kota Qingdao dan dibawa ke Kantor Polisi Shuiqinggou, Sub-Kantor Polisi Sifang pada 2 April 2010 karena mengklarifikasi fakta tentang Falun Dafa di sebuah pasar sayur. Dia dipukuli hingga pingsan, kemudian diberikan air minum yang mengandung obat-obatan tak dikenal, yang membuatnya mengalami gangguan mental.

Pada 3 April malam, Guo Baoyang dibawa ke Pusat Penahanan Dashan di Qingdao, meskipun dalam kondisi tak sadar. Para sipir di Pusat Penahanan Dashan juga menyiksanya. Di samping memberikan obat tak dikenal ke air dan makanan, mereka memaksanya untuk menghirup gas berbau, memaksanya mendengar suara yang memekakkan telinga serta melihat cahaya yang menyilaukan.

Tanggal 10 April, Guo Baoyang dibebaskan setelah ditahan selama tujuh hari. Sekembalinya ke rumah dia masih tetap kehilangan orientasi mental dan kerap mengompol. Dia tidak sepenuhnya sadar, mengalami sakit kepala parah dan masalah perilaku. Dia mencoba membenturkan dirinya ke tembok atau hal lain yang dapat mengancam jiwanya beberapa kali dalam sehari. Ibunya sangat kuatir dan harus mengawasinya sepanjang waktu.

Belakangan diketahui bahwa Kantor 610 (lembaga yang bertugas menganiaya Falun Gong) Kota Qingdao telah merencanakan untuk memengaruhi perilaku Guo Baoyang melalui pemberian obat-obatan tak dikenal, yang membuat korban ingin bunuh diri atau kehilangan orientasi mental. Mereka juga telah mengatur para reporter untuk melihatnya sehingga mereka bisa memublikasikan upaya bunuh diri korban. Sebagai contoh, para petugas meminta agar Komite Tetangga Jalan Yongping mengatur Lu Wentian, salah satu teman sekolah Guo untuk mengunjunginya. Mereka memberi tahu teman kelasnya untuk membujuknya melakukan bunuh diri. Suatu hari, Lu Wentian berkata ia ingin mengajak Guo berjalan-jalan. Pada lantai empat, Lu membuka sebuah jendela dan berkata pelan kepada Guo, “Loncat dari sini!” Karena ada orang mendekat, upayanya gagal. Kemudian Lu Wentian meminta Guo agar beristirahat di atas colokan listrik dalam upaya untuk menyetrumnya. Beruntung, ibu Guo selalu mengawasinya, sehingga konspirasi gagal.

3. Yang Baochun Menderita Gangguan Mental setelah Tiga Kali Dikurung di RS Jiwa

Yang Baochun, adalah seorang praktisi dari Pabrik Beludru Jinhang di Kota Handan, Provinsi Hebei. Setelah PKT mulai menganiaya Falun Dafa, Yang pergi ke Beijing untuk memohon haknya untuk berlatih. Dia ditangkap dan dijatuhi hukuman dua tahun kerja paksa. Musim dingin tahun 2002, kaki kanannya harus diamputasi sebagai akibat penyiksaan. Kamp kerja paksa – untuk menghindari tanggung jawab – membawa Yang ke RS Jiwa Angkang. Kepala rumah sakit tersebut sering menambahkan obat-obatan tak dikenal ke dalam ransum makanannya, membuatnya terus meneteskan air liur dan tidak mampu bicara jelas. Lidahnya mengeras dan korban kehilangan tenaga.

Pada 2004, istri Yang telah menyogok agar suaminya dibebaskan. Yang telah ditahan selama hampir 4 tahun di RS Ankang. Pada Juni 2005, Yang pergi ke Beijing menghimbau bagi haknya untuk diperlakukan secara manusiawi. Dia dibawa ke RS Jiwa Yongkang pada akhir tahun itu, disiksa dan diberikan obat-obatan tak dikenal selama lebih dari dua tahun. Pada sore hari 17 Februari 2008, Yang berhasil melarikan diri dari rumah sakit jiwa meskipun hanya memiliki satu kaki.

Sekitar pukul 11 malam hari yang sama, direktur RS Jiwa Yongkang dan lima atau enam dokter meluncur ke rumah keluarga Yang dan menangkapnya. Untuk ketiga kalinya, Yang dibawa ke rumah sakit jiwa. Ketika ia dibebaskan pada 20 Januari 2009, keluarganya menemukan dirinya dalam kondisi tidak waras, sehingga keluarganya tidak ada pilihan lain kecuali mengirimnya ke rumah sakit jiwa untuk perawatan.

Selama 18 tahun penganiayaan Falun Dafa oleh PKT, banyak praktisi yang sehat telah mengalami depresi mental berat. Tidaklah mungkin untuk memastikan angka orang-orang yang telah dirusak mentalnya karena siksaan fisik dan mental, termasuk penggunaan obat-obatan tak dikenal di kamp-kamp maupun pusat penahanan, penjara PKT. PKT telah berbohong selama bertahun-tahun, memberi tahu rakyat Tiongkok bahwa berlatih Falun Dafa telah membuat banyak praktisi menjadi tidak waras. Fakta-fakta justru berbalikan dari tuduhan PKT. PKT-lah yang telah membuat banyak praktisi yang sehat jiwa dan raganya menjadi pasien penyakit mental yang sekarat.

Ketika sejarah membuka lembaran baru dan fakta penganiayaan terhadap Falun Dafa terungkap, orang-orang akan sangat terguncang.