(Minghui.org) Lebih tiga puluh tahun telah berlalu, tetapi kisah sebuah kolam di kampung halaman saya masih jelas terbayang di benak. Saya mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh sebuah keputusan yang salah.
Kolam dikelilingi pohon willow di tiga sisinya, pernah menjadi tempat yang indah. Terhubung dengan desa melalui jalan kecil. Kolam tersebut, penuh dengan alang-alang, airnya jernih dan kami dapat melihat ikan-ikan berenang di dalamnya. Meskipun ikannya tidak terlalu banyak, beberapa pon bagi setiap keluarga dapat dipanen di bulan Agustus setiap tahunnya.
Warga desa tetangga mengatakan kami beruntung. Dengan kelangkaan makanan saat itu, makan ikan setahun sekali dapat dipandang sebagai sebuah kemewahan.
Kolam Diubah Menjadi Pembuangan Limbah
Namun, kegembiraan yang didatangkan oleh kolam tersebut berakhir ketika sekretaris partai kembali dari rapat kabupaten dan memberi tahu para warga desa, “Besok kami akan membersihkan alang-alang dari kolam, menimbunnya dengan pupuk, dan merubahnya menjadi pembuangan limbah terbesar di kabupaten ini.”
Air tidak lagi jernih setelah alang-alang dibakar dan ikan-ikan pun mati. Para tetua desa menggelengkan kepala dan berdesah dalam frustrasi dan kesedihan, melihat perusakan yang ditimbulkan pada kolam mereka yang tercinta.
Baunya sulit ditolerir. Orang-orang yang biasanya mengunjungi kolam pada malam di musim panas – menghindar jauh-jauh. Tawa canda anak-anak dan orang dewasa tidak lagi terdengar di area tersebut.
Ill Keberuntungan
Kolam pernah menjadi tempat yang aman. Bahkan saat hujan lebat ketika air mencapai tepi jalan, anak-anak maupun ternak atau ayam tidak ada yang terseret air. Setelah menjadi pembuangan limbah, kecelakaan terjadi hampir setiap hari dan ayam maupun ternak sering hilang.
Suatu ketika, cucu sekretaris partai tengah berjalan dengan neneknya di dekat kolam. Sang nenek mencoba menghindari kolam, tetapi cucunya berlari ke arahnya dan melompat ke dalam air.
Beruntung, seseorang berada cukup dekat untuk menyelamatkan bocah itu. Namun, bocah dipenuhi oleh kotoran. Setelah itu, ia menjadi sakit-sakitan, namun tidak ada dokter atau pendoa dari biara yang dapat membantunya. Bocah itu tumbuh dalam masalah dan kesulitan.
Menolak untuk Mendengarkan Peringatan
Badai hujan tiba-tiba memenuhi kolam pada suatu hari di bulan September, dan seseorang menemukan ikan-ikan di kolam. Kabar beredar, dan mayoritas penduduk desa bergegas ke kolam untuk mencari ikan.
Tetua di desa, Paman Fuhong, memeringatkan mereka bahwa ikan tidak boleh dimakan karena telah teracuni. Karena pengalaman dan pengetahuannya, ia dihormati. Tetapi melihat ikan berpindah tangan ke banyak keluarga, hanya sedikit yang mendengarkan nasehat baiknya.
Paman Fuhong mencoba memeringatkan warga desa berkali-kali, tetapi mereka mengacuhkannya atau bahkan mengolok-oloknya. Beberapa warga desa bahkan berpikir paman tua ini telah kehilangan akal sehatnya dan cucunya menariknya ke dalam rumah.
Orang-orang yang memakan ikan dari kolam menjadi sakit, muntah-muntah dan diare berat. Mereka dibawa ke rumah sakit dan seorang anak serta dua lansia meninggal.
Mereka yang berendam di kolam untuk mencari ikan - terkena penyakit kulit. Mereka harus ke dokter, makan obat-obatan, dan beberapa dirawat inap. Karena penyakit berat, beberapa keluarga harus menjual ternak mereka untuk membayar tagihan rumah sakit.
Banyak orang menyesal tidak mendengarkan nasehat Paman Fuhong. Karena ayah saya selalu menghormati para tetua, ayah telah mendengarkan peringatan dan pulang ke rumah, membersihkan dirinya. Keluarga kami tidak memakan ikan-ikan tersebut.
Dampak dari Keputusan yang Keliru
Sebuah keputusan yang keliru merubah kolam yang bersih dan indah menjadi sebuah pembuangan limbah. Dengan mengabaikan nasehat tentang pembuangan limbah, masyarakat menderita penyakit, cedera dan bahkan kematian. Ketika manusia tidak lagi menghormati lingkungan dan tidak mendengarkan nasehat orang bijak, akan ada dampak negatif.
Keputusan keliru dari para pemimpin sebuah negara akan memiliki dampak mengerikan. Jika orang-orang tidak lagi menghormati kebudayaan Tiongkok tradisional dan tidak lagi menghargai kebajikan, malahan mengikuti arahan Partai Komunis Tiongkok (PKT), masyarakat akan menderita.
Jutaan orang telah kehilangan jiwa mereka karena berbagai gerakan politik PKT. Dan bahaya belumlah berakhir, karena PKT masih terus menganiaya praktisi Falun Gong atas keyakinan mereka pada prinsip Sejati-Baik-Sabar.
Terserah kepada setiap orang untuk menempuh jalan hidup mereka dengan baik serta memutuskan apakah seseorang ingin membantu yang tidak bersalah, atau tetap tidak peduli, atau malah mengundang bahaya.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org