(Minghui.org) Partai Komunis Tiongkok (PKT) menganiaya Falun Dafa telah berlangsung selama 18 tahun. Tak terhitung praktisi Dafa telah dianiaya, dan ribuan orang disiksa hingga meninggal dunia. Meski penganiayaan telah memberikan dampak negatif kepada keluarga praktisi, banyak yang masih terus memberikan dukungan kepada praktisi.

Praktisi Dafa An (wanita) dan saya ditahan di kamp kerja paksa sejak tahun 2000. Kami sangat merindukan keluarga kami, tetapi ada satu hal yang lebih dia perhatikan lagi.

An dan suaminya, Chen, mereka berdua pernah bercerai sebelumnya. Beberapa bulan setelah mereka menikah, dia dipenjara. Putrinya dari pernikahan sebelumnya tinggal bersama Chen dan dua putra Chen, dimana merasa asing bagi An. An merasa sangat sedih. Kami segera merasakan bahwa kecemasannya adalah hal yang tidak perlu.

Kami dibebaskan satu tahun kemudian. An adalah seorang guru sekolah dasar, tetapi kontraknya diputuskan karena dia menolak untuk meninggalkan keyakinannya pada Dafa. Untuk memenuhi kebutuhannya, dia dan suaminya menjual tahu di jalanan. Meski kehidupan sulit, mereka hidup dengan bahagia. Chen memberikan komentar, “Saya tidak percaya orang baik dianiaya seperti ini selamanya.”

Untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut, An berpindah-pindah tempat. Chen membawa kedua putranya tinggal bersama orangtuanya, sehingga dia bisa hidup berpindah-pindah bersama An untuk melindunginya. Chen tidak pernah mengeluh meski betapapun sulitnya kehidupan mereka.

Saat kami bertemu lagi, mereka berbagi kabar baik. Sikap ibu mertuanya berubah menjadi lebih baik terhadap Dafa setelah memahami fakta penganiayaan. Putra sulung mereka menikah dan memiliki anak. Putri mereka mendapatkan pekerjaan di sebuah rumah sakit setelah lulus dari perguruan tinggi dan menikah juga.

An membuka sebuah sekolah bersama dengan beberapa praktisi. Mereka semua adalah mantan guru yang kehilangan pekerjaan karena menolak untuk melepaskan Dafa seperti yang diminta oleh otoritas komunis. Saya mengunjungi sekolah mereka dan menemukan bahwa mereka bahkan menyediakan kamar dan ranjang bagi murid-murid yang tidak bisa pulang rumah setiap hari.

Chen mengelola pertanian dan menyuplai bagi kafetaria sekolah An, sehingga murid-muridnya bisa makan daging organik, serta hasil alam.

Saya juga pergi untuk melihat rumah baru mereka. Ada papan tulis dan meja di ruang tamu. Kamar tidur digunakan sebagai asrama murid, dan ruang makan menjadi kafetaria murid. Mereka menyewa dapur untuk menyiapkan makanan bagi para murid. Beberapa murid sedang mengerjakan PR saat saya berkunjung, dan Chen sibuk memasak bagi mereka.

An berkata kepada saya bahwa dia memberitahu semua orang di sekitarnya mengenai Dafa dan penganiayaan. Chen banyak berkorban untuknya dan menjaga dengan baik putri An.

Ketika saatnya untuk makan siang, kami makan di kafetaria. Melihat makanan dan sup di meja, saya merasa sangat bahagia bagi keluarga ini.

Saya memuji Chen atas pengorbanannya. Dia membalas, “Saya mempunyai banyak teman yang kultivasi di Buddhisme atau aliran lain, termasuk Falun Dafa. Meski saya tidak kultivasi Dafa, saya mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar. Saya bisa menahan penderitaan, dan ketika tubuh saya merasa sakit, saya bisa menahan dan melewatinya tanpa minum obat apapun. Saya tahu bahwa penganiayaan ini akan berakhir pada suatu hari, para pelaku kejahatan akan dihukum atas kejahatan mereka, dan kebaikan akan diberkati. Selama kita mengikuti hati nurani kita, kita tidak perlu takut apapun!”

Saya sangat bersyukur bagi orang-orang seperti Chen yang bisa menahan penderitaan untuk mendukung keluarga mereka yang merupakan praktisi Falun Dafa. Tanpa perasaan takut atau mengeluh, mereka menjaga anggota keluarga mereka dengan baik dan dengan sabar menunggu penganiayaan berakhir.

Terima kasih, anggota keluarga praktisi Dafa!