(Minghui.org) Praktisi Falun Gong menyelenggarakan kegiatan dua hari selama kunjungan Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang ke Belanda, untuk meningkatkan kesadaran terhadap penganiayaan Falun Gong di Tiongkok. Dari tanggal 15-16 Oktober 2018, praktisi mengekspos bagaimana rekan-rekan mereka di Tiongkok ditangkap, disiksa, atau bahkan dibunuh demi organ mereka sejak mantan diktator Tiongkok Jiang Zemin melancarkan penganiayaan Falun Gong pada Juli 1999.

Erik bersama dengan praktisi Falun Gong Wang di tempat kegiatan untuk menyerukan agar penganiayaan di Tiongkok diakhiri

Aksi damai mereka di dekat Parlemen Belanda, Den Haag mendapat tepuk tangan dari seorang pria bernama Erik. Dia berkata, “Kalian memiliki keberanian untuk mengekspos penganiayaan. Saya sangat bangga pada kalian!”

Banyak orang menandatangani petisi untuk meminta agar penganiayaan ini diakhiri. Kegiatan tersebut memberi kesempatan kepada banyak orang, termasuk anggota Parlemen Belanda, perwakilan organisasi internasional, dan para mahasiswa untuk mengetahui tentang ilegalitas dari penganiayaan ini. Salah seorang mahasiswa menawarkan kesempatan untuk berbicara tentang HAM di sekolahnya dan ingin mengundang praktisi Falun Gong untuk menceritakan kisah mereka.

Para mahasiswa di Den Haag membaca tentang penganiayaan yang telah berlangsung selama 19 tahun di Tiongkok

Algemeen Dagblad, surat kabar harian Belanda, mewawancarai Kayan Wong, juru bicara dari Perhimpunan Falun Dafa Belanda. Wong memberitahu reporter tentang Sejati-Baik-Sabar, prinsip utama dari Falun Gong, juga disebut Falun Dafa. Dia mengatakan bahwa Jiang Zemin telah dituntut oleh banyak praktisi karena melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan oleh sebab itu dia harus diadili.

Spanduk putih tertulis: “Adili Jiang Zemin.”

Surat kabar tersebut juga mempublikasikan sebuah video pendek, yang berisi peragaan latihan Falun Gong, di websitenya.