Taiwan: Barisan Pawai di Taipei Mengenang Permohonan Damai 1999

Beranda > Berita & Peristiwa > Kegiatan 25 April

29 April 2018 | Oleh koresponden Minghui Liu Wenxin, Huang Yusheng dan Shenrong di Taipei

(Minghui.org) Sekitar 5.000 praktisi Falun Gong dari seluruh Taiwan menghadiri barisan pawai di Taipei pada tanggal 22 April 2018 sore hari, untuk mengenang permohonan damai di Beijing hampir 20 tahun lalu.

Tujuh tahun setelah Falun Gong diperkenalkan ke publik tahun 1992, jumlah praktisi mencapai sekitar 100 juta orang pada tahun 1999. Mengikuti penangkapan-penangkapan ilegal praktisi di Tianjin, sekitar 10.000 praktisi pergi ke kantor permohonan di Beijing untuk memberitahu pejabat-pejabat apa Falun Gong itu dan tentang prinsipnya Sejati-Baik-Sabar. Ini dianggap sebagai demo paling damai dan rapi dalam sejarah Tiongkok.

Pawai Akbar

Barisan dari praktisi Falun Gong di Taipei pada tanggal 22 April 2018

Spanduk-spanduk menyerukan pemunduran dari organisasi-organisasi Partai Komunis

Ribuan praktisi ikut kelompok latihan setelah makan siang dan barisan dimulai jam 13.30. Melewati Taipei 101 (Pusat Finansial Dunia Taiwan), Distrik Bisnis Xinyi dan kampus-kampus, pawai empat mil ini berakhir di Gedung Kantor Presiden.

Banyak penonton, terutama para turis dari daratan Tiongkok, terkesan akan adegan ini. Tn. Fan, penduduk setempat di Taipei, berkata ia tahu Falun Gong sepenuhnya diterima di lebih dari 100 negara, sementara secara brutal dianiaya di Tiongkok. “Dari praktisi saya tahu, Falun Gong bagus untuk praktisi dan bermanfaat bagi masyarakat. Kita harus mempromosikan ajaran seperti ini bukannya menindas mereka,” ujarnya. Ia berkata kebebasan berkeyakinan harusnya dilindungi dan berharap orang-orang di Tiongkok akan segera dengan bebas mempraktikkan keyakinan mereka.

Bob, seorang pebisnis, berkata ia punya bisnis di Taiwan dan mengacungkan jempol atas pawai itu. Pernah berlatih Taichi sebelumnya, ia tahu Falun Gong menolong meningkatkan tubuh dan pikiran seseorang. “Saya terutama mengagumi praktisi Falun Gong atas keberanian mereka, karena hanya beberapa orang di dunia ini berani bicara yang sebenarnya,” jelasnya.

Tn. Lin, seorang turis dari daratan Tiongkok, berkata sulit membayangkan praktisi bisa ikut dalam pawai akbar di Taiwan sementara secara brutal ditindas di Tiongkok. Ia menghadiri pawai dan setuju untuk mundur dari organisasi Partai Komunis Tiongkok (PKT). “Saya telah membaca Sembilan Komentar tentang Partai Komunis dan tidak mau terkait dengan rezim yang terkenal jahat itu,” katanya.

Setidaknya 4.200 praktisi telah meninggal akibat penyiksaan dalam tahanan polisi

Peragaan pengambilan paksa organ dari praktisi di Tiongkok

Peragaan anti penyiksaan

Pawai di Jalan Ketagalan

Latihan kelompok oleh praktisi Falun Gong selama pawai

Chang Chin-hwa, presiden dari Asosiasi Falun Dafa di Taiwan menjelaskan,”Amat sedikit orang di Taiwan yang telah mendengar tentang Falun Gong pada tahun 1999. Adalah laporan berita tentang permohonan damai 25 April yang memperkenalkan apa Falun Gong itu dan menarik sejumlah besar orang Taiwan untuk ikut sistem peningkatan diri ini.”

Ia berkata meski rezim Komunis Tiongkok telah menindas ajaran ini selama 19 tahun terakhir, makin banyak orang menjadi tahu cerita sebenarnya dari Falun Gong. “Sekarang, sekitar 100.000 orang Tiongkok telah mundur dari organisasi Partai setiap harinya dan lebih dari 300 juta telah melakukannya sampai Maret tahun ini,” tambahnya.

Kao Wei-Pang, pendiri Asosiasi Orang Taiwan Korban Investasi di Tiongkok (VICA), berterima kasih pada praktisi atas upaya konsisten mereka

Kao Wei-Pang, pendiri Asosiasi Orang Taiwan Korban Investasi di Tiongkok (VICA), berkata ia berada di Beijing tahun 1999. “Saya telah melihat bagaimana Partai Komunis memalsukan berita-berita untuk memfintah Falun Gong dan kemudian mengirim praktisi ke kamp kerja dan penjara-penjara, di mana mereka disiksa dan bahkan bisa menjadi korban pengambilan organ,” katanya.

Ia bahagia melihat 19 tahun penindasan tidak mematahkan praktisi. Ia bilang, “Malah, kegigihan dan upaya konsisten mereka telah menolong orang melihat tembus sifat komunis dan memisahkan diri mereka dari rezim.” Ia bilang ini tidak hanya menolong para praktisi di Tiongkok, tetapi juga lainnya yang telah menderita akibat rezim totaliter komunis seperti dirinya. Banyak pebisnis Taiwan, termasuk dia, telah menderita banyak kerugian karena Partai Komunis yang tak berhukum. Ia bilang, “Adalah praktisi yang menolong kami melihat harapan di masa depan.”

Tseng Tzu-cheng, anggota Dewan Kota Hsinchu, berharap kebebasan berkeyakinan dilindungi di Tiongkok

Tseng Tzu-cheng, anggota Dewan Kota Hsinchu, berkata ia amat sadar atas apa yang terjadi pada praktisi selama 19 tahun terakhir ini. Katanya,”Saya harap kita bisa gabung bersama, supaya kebebasan berkeyakinan akan menjadi kenyataan di Tiongkok dan HAM bisa sungguh-sungguh dilindungi.”

Anggota Dewan Kota Taipei Chang Mao-nan, berharap makin banyak orang menolong menjunjung kebaikan bersama di masyarakat, seperti praktisi Falun Gong

Dewan Kota Taipei William Hsu memuji praktisi atas keberanian mereka

Anggota Dewan Kota Taipei Chang Mao-nan setuju. Ia bilang praktisi menghargai nilai-nilai tradisional dan adalah tulang punggung masyarakat. Ia juga berharap makin banyak orang akan menolong menjunjung kebaikan bersama dalam masyarakat.

Anggota Dewan Kota Taipei William Hsu berkata,”Saya pikir hal paling penting adalah praktisi Falun Gong tidak menyerah dan mereka mempertahankan keyakinan lurus -- seperti yang terjadi pada tanggal 25 April 1999.”

Tn. Zhou datang ke situ untuk mendukung praktisi. Ia berkata,”Partai Komunis tidak pernah mengubah sifat kejam mereka. Ia tidak hanya mencelakai penduduk setempat, tetapi juga orang-orang dari luar negeri. Itulah mengapa praktisi adalah luar biasa karena telah menyebarkan kebenaran -- karena itulah yang masyarakat kita butuhkan.”

Taipei Times, satu-satunya koran harian berbahasa Inggris di Taiwan, melaporkan kegiatan pada tanggal 23 April. Mengutip pidato dari Tseng, artikel itu berbunyi, “Semoga satu hari, praktisi Falun Gong bisa dengan bebas mempelajari filosofi mereka ‘Sejati-Baik-Sabar’ tanpa harus khawatir akan penganiayaan.”