(Minghui.org) Sebuah simposium tentang pengambilan paksa organ tubuh dan pasar gelap organ tubuh global diadakan di kampus Universitas Pennsylvania pada tanggal 18 April. David Matas, seorang pengacara Hak Asasi Manusia Kanada yang terkenal dan juga seorang peneliti pelanggaran transplantasi organ tubuh di Tiongkok, memberikan pidato utama pada acara ini.

Simposium tentang pengambilan paksa organ tubuh dan pasar gelap organ tubuh global diadakan di Universitas Pennysylvania.

Bersama dengan David Kilgour, mantan anggota parlemen Kanada dan diplomat, Matas telah mengumpulkan sejumlah bukti yang dapat dipertanggungjawabkan tentang pengambilan paksa organ tubuh yang didukung oleh negara terhadap Praktisi Falun Gong yang masih hidup dan telah menerbitkan buku tentang topik ini.

Dengan judul pembicaraan “Global organ black markets: The case of China,” Matas menyampaikan kepada hampir 100 orang hadirin tentang apa itu Falun Gong, kenapa Partai Komunis Tiongkok menganiaya latihan spiritual itu, dan detail dari pembunuhan terhadap Praktisi Falun Gong untuk mengambil organ tubuhnya.

Ia berkata, “Di Tiongkok, puluhan ribu organ dari tahanan hati nurani dijual setiap tahun. Tahanan penjara ini dibunuh untuk diambil organ tubuhnya dan tubuh mereka dikremasikan.

“Tahanan hati nurani paling sering dibunuh untuk diambil organ tubuhnya adalah praktisi spiritual yang berlatih Falun Gong, sejenis yoga di Tiongkok. Juga ada sejumlah kecil yang menjadi target adalah orang Uighur, orang Tibet dan umat Kristen rumahan. Di antara umat Kristen rumahan yang menjadi target utama adalah Eastern Lightning.”

Matas berbicara tentang pembunuhan tahanan hati nurani untuk organ tubuh di Tiongkok yang didukung negara.

Ia menunjukkan daftar dua belas jenis bukti untuk mendukung kesimpulannya, termasuk waktu tunggu yang pendek untuk transplantasi organ di Tiongkok, kesaksian dari tahanan yang ditahan dan sekarang telah meninggalkan Tiongkok, keterangan harga dan iklan organ oleh rumah sakit di Tiongkok, komunikasi telepon dengan staf rumah sakit Tiongkok dengan dan lainnya.

Matas juga menjelaskan ancaman yang ia dan Kilgour telah terima dari rezim Tiongkok atas kegiatan penelitian dan pembicaraan mereka.

Ia menyimpulkan bahwa “Keterangan tidak benar Partai Komunis Tiongkok tentang pengambilan organ sudah sering kali dilakukan. Namun, dalam hal pengambilan organ adalah suatu bentuk ketidak-jujuran baru bagi partai.

“… Partai sangat peduli dengan apa yang sedang dipikirkan oleh profesi transplantasi global. Alasannya mereka peduli dengan pada apa yang dipikirkan profesi transplantasi mereka sendiri, dan profesi transplantasi mereka tidak mau diasingkan oleh komunitas transplantasi global.”

Ia berkata, “Pelanggaran masih berlanjut. Tidak ada transparansi. Tidak ada pertanggungjawaban. Bagi korban, tidak ada perubahan. Satu-satunya perubahan yang subtantif adalah berakhirnya atau berkurangnya pengasingan terhadap profesi transplantasi Tiongkok.”

Ia memberikan saran apa yang dapat dilakukan oleh komunitas internasional untuk membantu menghentikan kejahatan ini termasuk pengajuan tuntutan terhadap pembunuh yang berhubungan dengan pengambilan paksa organ tubuh, melarang mereka datang ke negara lain, dan melarang perjalanan wisata transplantasi ke Tiongkok.

Matas mengatakan ia senang bahwa lebih banyak orang telah mulai memberi perhatian pada kejahatan ini dan menyebarkan informasi ini.

Profesor Roy Bloom juga memberikan pidato tentang kekurangan ginjal secara global, waktu tunggu transplantasi ginjal, dan bagaimana mencari donor.

Dalam jawaban kepada pertanyaan hadirin, Profesor Bloom mengatakan peneliti Tiongkok harus menandatangani pernyataan dalam catatan akademis bahwa organ tubuh yang digunakan untuk penelitian mereka bukan berasal dari tahanan yang dihukum mati.

“Ini mungkin bisa membantu mengurangi transplantasi organ ilegal di Tiongkok” kata Professor Bloom.

Simposium ini disponsori oleh Program Penn Kidney Disease Screening and Awreness (PennKDSAP), Penn Bioethics Journal, Penn Timmy Global Health, Penn Transplant, dan the Renal Division of the Perelman School of Medicine.