(Minghui.org) Pegunungan Himalaya sepanjang sejarah selalu menjadi tempat tinggal bagi banyak orang Xiulian, orang-orang menjalani hidup dengan sederhana, setiap orang pandai menyanyi dan menari, selain ini semua -- adalah menganut Fa Buddha. Pada saat itu ada seorang praktisi Xiulian bernama Milarepa. Semua status Buddha dan Bodhisattva adalah buah hasil kultivasi dari banyak kehidupan dan kalpa, tetapi Milarepa sebaliknya telah berhasil mencapai GongDe yang sepadan seperti Buddha dan Bodhisattva ini dalam satu generasi dan kehidupan, dan kemudian hari menjadi leluhur pendiri Tantra Tibet aliran Putih.

-------------------------------------------------------------------------

(Menyambung artikel sebelumnya)

“Kala itu, paman di kampung halaman sudah meninggal dunia. Setelah dia meninggal, bibi sungguh-sungguh telah timbul hati bertobat, dan membawakan sejumlah besar barang ke daerah Drin untuk mencari saya. Barang-barang yang sulit dibawa -- dia titipkan di desa, yang dapat dipikul di punggungnya -- semuanya dibawa ke atas gunung. Peta di luar melihat bahwa bibi telah datang, segera memberi tahu saya: {Abang! Bibi telah datang! Dia mencelakakan kita dengan begitu parah, biar pun mati juga jangan bertemu dengannya!} Selesai berkata dia pun berlari ke luar, berlari ke depan gua dan di depan jurang menarik jembatan jungkat di sana.”

“Bibi sampai di sisi jembatan berkata: {Oh keponakanku! Mohon kamu jangan tarik jembatan itu, ini bibi kamu telah datang!}”

“Setelah Peta mendengarnya lalu berkata: {Justru karena kamu telah datang, maka saya barulah menarik jembatan ini!}”

“Bibi berkata: {Oh keponakanku! Ini juga tidak bisa menyalahkan kamu, saya sekarang sungguh menyesal dengan kesalahan saya dulu terhadap kalian, maka secara khusus datang meminta maaf terhadap kalian, berharap dapat berkumpul dengan kalian kakak beradik, jika kamu sungguh tidak mau bertemu dengan saya, paling tidak juga mohon kamu memberi tahu abang kamu bahwa saya telah datang.}”

“Saat itu saya juga sudah tiba di sisi jurang dan duduk di sana, bibi melihat saya, lalu memberi hormat kepada saya, berulang kali memohon saya menemuinya. Saya berpikir: ‘Jika saya tidak bertemu dengan dia, maka sudah bukan orang yang mempelajari ajaran Buddha lagi, namun lebih baik saya membuat dia bertobat terlebih dulu’, lalu berkata kepada dia: {Saya sudah memutus hubungan dengan semua saudara, khususnya dengan paman dan bibi, dahulu kalian telah memberi kami penderitaan, di kemudian hari saat saya menjalankan kultivasi dan meminta-minta makanan, kalian juga tidak memedulikan saya, juga telah memberi saya banyak penderitaan, saya telah menetapkan untuk memutus hubungan dengan kalian!}”

“Setelah bibi mendengarnya, menangis dengan keras, berulang kali memberi hormat kepada saya, lalu berkata sambil meneteskan air mata: {Oh keponakanku! Perkataanmu sedikit pun tidak salah, mohon kamu memaafkan saya, saya sekarang dengan hati dan niat yang setulus-tulusnya datang untuk meminta ampun. Saya dalam hati sangat sedih, tidak dapat melepas cinta kasih antar keluarga, itu sebabnya barulah datang menemui kalian kakak beradik. Tak peduli bagaimana pun juga -- mohon kalian bersedia menerima saya, jika tidak maka saya putuskan untuk bunuh diri di depan kalian.}”

“Hati saya tidak tahan, lalu ingin melepas jembatan jungkat itu. Namun Peta diam-diam di samping telinga saya berbisik agar saya jangan menemuinya, juga mengatakan banyak alasan mengapa jangan bertemu dengannya. Saya berkata: {Umumnya duduk bersama untuk minum arak dengan orang yang melanggar Jie [pantangan] juga akan terjadi halangan, namun persoalan kali ini, tidak ada hubungannya dengan apa yang disebut melanggar Jie [pantangan] dalam Fa Buddha, saya adalah seorang praktisi Xiulian, tak peduli bagaimana pun juga harus bertemu dengan dia!} Saya pun melepaskan jembatan jungkat itu, menunggu bibi melewatinya, lalu menjelaskan secara luas Fa dari buah karma kepada bibi.”

“Hati bibi telah timbul perubahan menyeluruh, lalu melakukan Guiyi [menjalankan ajaran; masuk ke agama] kepada Fa Buddha. Sejak itu menjalankan kultivasi sesuai ajaran, menjadi seorang biksu yoga yang sangat baik, dan berhasil memperoleh pembebasan.”

Setelah Yang Mulia selesai berkata, Shiwa O Repa pun mulai bertanya kepada Yang Mulia: “Anda yang saya hormati -- ketika sedang memohon Fa dan mengikuti Guru, demikian tulus dan patuh terhadap Maha Guru, dan bersabar menanggung penderitaan; demikian gigih maju menjalankan kultivasi di pegunungan, tak peduli dilihat dari aspek mana pun, juga bukan hal yang dapat kami lakukan! Kami pun tidak berani berkultivasi Fa ini lagi, namun jika tidak berhasil memperoleh pembebasan maka khawatir dengan jalur reinkarnasi, harus bagaimana ditangani barulah benar?” Selesai berkata lalu mulai menangis.

Yang Mulia berkata: “Kamu tidak perlu pupus harapan, saya beritahu kamu, asalkan kamu sering berpikir tentang penderitaan dalam jalur reinkarnasi dan tiga jalur kejahatan (makhluk hidup dalam tiga jalur yaitu hewan - hantu kelaparan - neraka, tidak mempunyai daya kebijaksanaan dan pikiran rasional, terus-menerus dalam tekanan penderitaan, tidak dapat memperoleh pembebasan, maka disebut ‘tiga jalur kejahatan’.), maka niat kamu untuk gigih maju dan memohon Fa akan tumbuh secara alamiah, setiap orang yang memiliki niat, setelah mendengar ‘Fa buah karma’ dan juga dapat memercayainya, pasti juga dapat melakukan kultivasi gigih maju seperti saya ini, jika tidak dapat tumbuh keyakinan yang sangat mendalam terhadap Fa Buddha, hanya memahami sejumlah prinsip, itu tidak ada manfaatnya. Karena hanya demikian saja -- sangat sulit untuk tidak tergerak oleh delapan angin, karenanya mempelajari ajaran Buddha, hal nomor satu adalah harus percaya buah karma, orang-orang yang tidak percaya terhadap balasan buah karma itu, walau di mulut membicarakan sifat Kosong yang sesuai dengan dua ukuran prinsip suci (catatan: sebutan untuk ‘ukuran ajaran suci’ dan ‘ukuran prinsip’. Bagian awal adalah instruksi dari Buddha, bagian akhir adalah kesimpulan yang diambil berdasarkan rasional), namun sesungguhnya juga tidak lebih hanyalah teori semata, sama sekali tidak memiliki suatu nilai nyata. Karena sifat Kosong ini, sangat muskil, sulit dipahami sulit dipercaya; jika dapat timbul kepercayaan dan pemahaman yang pasti terhadap sifat Kosong, maka pasti dapat menghayati bahwa sifat Kosong sama sekali tidak terpisah dengan buah karma, dikarenakan ada buah karma barulah muncul sifat Kosong. Oleh karena itu -- dalam memilih buah karma dan berbuat kebaikan menghindari kejahatan, harus lebih menaruh perhatian, harus lebih waspada dibanding orang pada umumnya, karena dasar dari segala Fa adalah percaya buah karma, dengan giat berbuat kebaikan menghindari kejahatan, ini adalah hal yang paling penting dari belajar ajaran Buddha.”

“Saya pada awalnya sama sekali tidak mengerti tentang sifat Kosong, namun terhadap buah karma sebaliknya malah memiliki keyakinan yang kokoh; tahu bahwa diri sendiri telah melakukan karma buruk yang besar, di kemudian hari akan terjatuh dalam perangkap kejahatan, maka hati timbul rasa takut, pada akhirnya timbul keyakinan tulus terhadap Maha Guru dan gigih maju dengan penuh penderitaan menjalankan kultivasi, semuanya secara otomatis dapat terlaksana. Kalian juga seharusnya sama seperti saya, bisa sendirian tinggal di pegunungan untuk berkultivasi jalan pembaca mantra (sebutan Tantrayana atau aliran Tantra). Jika dapat melakukan demikian, saya jamin kalian pasti dapat memperoleh pembebasan mencapai kesempurnaan!”

Kemudian Raja Bodhi Ngandzongrepa pun mulai bertanya: “Oh Maha Guru! Anda pasti adalah tubuh jelmaan dari Maha Vajradhara, demi menyelamatkan semua makhluk barulah menjelma di dunia manusia, mewujudkan pencapaian yang demikian mengagumkan, jika bukan -- minimal juga merupakan seorang Bodhisattva dari kalpa tak terhitung datang untuk menjalani kultivasi Buddha, yang sudah mencapai kondisi tak menjalani siklus kembali! Demi Fa, Anda tidak memedulikan tubuh dan jiwa dalam menjalani kultivasi, segala tindak tanduk dan perbuatan, dalam segala hal menampilkan bahwa Anda bukanlah Bodhisattva biasa. Orang yang menjalankan kultivasi demikian menderita dan sabar seperti Yang Mulia, di antara kami para pengikut biasa, bukan saja itu hal yang tidak mungkin, bahkan memikirkannya pun tidak berani! Walaupun ingin belajar, tubuh juga tidak sanggup bertahan. Oleh karena itu Maha Guru, Anda yang kami hormati pastilah tubuh jelmaan dari Buddha atau Bodhisattva, kami walaupun tidak dapat menjalankan kultivasi seperti Anda, namun juga tahu bahwa semua makhluk yang dapat bertemu dengan Maha Guru dan mendengarkan Fa, juga dapat terbebas dari jalur reinkarnasi, ini sudah tak perlu diragukan lagi. Bolehkah memohon Anda memberi tahu kami, Anda sebenarnya adalah tubuh jelmaan dari Buddha atau Bodhisattva yang mana?”

Yang Mulia menjawab: “Saya sendiri juga tidak tahu saya adalah tubuh jelmaan siapa, yang paling mungkin adalah tubuh jelmaan dari makhluk dalam tiga jalur kejahatan! Kalian mengira saya adalah Vajradhara, tentu saja kalian akan memperoleh Jiachi darinya, namun kalian mengira saya adalah tubuh jelmaannya, ini bagi saya tentu saja adalah keyakinan yang bersih, namun sebaliknya bagi Fa malah menjadi pandangan sesat yang tak terhingga besarnya! Ini disebabkan karena kalian tidak paham terhadap maha agungnya buah manfaat dari Fa Buddha. Contohnya seperti saya yang dulunya hanya seorang manusia biasa, bahkan sebagian awal hidup saya juga telah melakukan banyak karma buruk; karena memercayai balasan dari buah karma, menetapkan hati untuk meninggalkan segala hal di kehidupan ini, sepenuh hati menjalankan kultivasi, sekarang jarak yang terpisah untuk menjadi Buddha juga boleh dibilang sudah tidak terlalu jauh lagi. Yang terpenting adalah bertemu dengan seorang Maha Guru yang memiliki persyaratan memadai, dapat memperoleh bimbingan dia. Memperoleh lafalan hati utama dari jalan pintas pembaca mantra, dan tidak terkontaminasi oleh ucapan belaka, melihat jelas warna asli dari instruksi Guanding, berkultivasi sesuai Fa, maka Jishen Chengfo pastinya tidak perlu diragukan lagi. Jika dalam kehidupan ini hanya berbuat karma buruk dan lima Anantarika-karma, maka ketika masa hidup berakhir, pasti segera akan jatuh dalam neraka tanpa akhir, ini tepatnya adalah buah karma karena tidak memiliki keyakinan dan hasil akhir dari tidak menjalankan kultivasi dengan gigih maju. Jika di kedalaman lubuk hati, timbul keyakinan yang kokoh terhadap prinsip buah karma, rasa takut terhadap penderitaan di dalam jalan kejahatan serta harapan untuk memohon status Kebuddhaan yang paling tinggi, maka setiap orang juga dapat memiliki ketulusan absolut seperti saya terhadap Maha Guru, dan ketika sedang menjalankan kultivasi dapat berupaya keras dan memperoleh kesadaran yang tinggi. Ini semua orang pun mampu melaksanakannya. Tubuh jelmaan Buddha ataupun Bodhisattva yang kamu katakan itu, sepenuhnya adalah karena belum dapat benar-benar memahami aliran Tantra. Kalian seharusnya banyak membaca cerita biografi orang baik zaman dulu, memikirkan prinsip jalur reinkarnasi, harus sering-sering mengingat perkataan bahwa memperoleh tubuh manusia itu sulit, dan harus menjalankan kultivasi dengan giat karena hidup manusia itu tidak lama! Saya dulunya tidak memedulikan reputasi -- juga pakaian dan makanan, dengan gagah berani menahan penderitaan besar, sendirian tinggal di pegunungan yang tidak ada manusianya untuk menjalankan kultivasi, pada akhirnya memperoleh GongDe hasil pencapaian kesadaran dan pembuktian. Saya harap kalian juga meniru cara saya dalam menjalankan kultivasi dengan baik.”

Rechungpa berkata: “Yang Mulia! Misi Anda ini, sungguh kesempatan yang sulit diperoleh, membuat orang terkejut dan kagum. Namun semua hal yang Anda ceritakan adalah hal menyedihkan, sekarang mohon Anda yang saya hormati dapatkah menceritakan sedikit hal yang membuat orang gembira?”

Yang Mulia berkata: “Apa yang membuat orang gembira? Mungkin itu adalah gigih maju hingga memperoleh buah keberhasilan, Chaodu [menyeberangkan roh] segenap manusia dan bukan manusia (‘bukan manusia’, bahasa Tibetnya adalah Mis ma yin, artinya adalah semua roh yang tidak termasuk umat manusia. Asura dan makhluk supranatural lainnya juga termasuk kelompok bukan manusia) serta peristiwa penyebaran Fa Buddha!”

Rechungpa bertanya: “Apakah Anda terlebih dulu Chaodu manusia? Ataukah terlebih dulu Chaodu bukan manusia?”

Yang Mulia berkata: “Awalnya ada banyak sekali bukan manusia datang untuk menantang saya, saya pun menaklukkan mereka, kemudian juga Chaodu mereka. Kemudian juga telah Chaodu banyak sekali murid dari umat manusia. Pada akhirnya Dewi Tseringma datang menampilkan kuasa supranatural [Shentong] untuk menantang saya, saya pun telah Chaodu dia. Saya mengajarkan Fa di tengah bukan manusia, Dewi Tseringma akan menjadi pewaris yang bersinar terang; di tengah umat manusia -- Upa Tunpa (sebutan untuk Guru Besar Gampopa) akan menjadi penyebar ajaran yang bersinar terang.”

Sebanrepa lalu bertanya kepada Yang Mulia: “Yang Mulia! Tempat utama Anda menjalankan kultivasi adalah dua tempat yaitu puncak bersalju Lachi dan Chuwar itu, selain dari itu, apakah Anda masih ada pergi ke tempat lain untuk menjalankan kultivasi?”

Yang Mulia berkata: “Tempat saya menjalankan kultivasi ada Yolmo Gangra di Nepal dan enam gua gunung terkenal, enam gua gunung terpencil , dan enam gua gunung rahasia, bersama dengan dua lokasi tadi seluruhnya adalah dua puluh gua gunung. Selain itu masih ada empat buah gua besar yang terkenal, ada empat buah gua yang tidak terkenal, masih ada beberapa gua kecil di berbagai tempat pegunungan yang memiliki jodoh pertemuan. Hasil akhir dari menjalankan kultivasi di tempat ini, saya sudah berhasil membuktikan taraf kondisi ‘tidak ada Fa lagi untuk dikultivasikan, tidak ada orang lagi yang bisa mengultivasikannya’. Sekarang saya sudah tidak ada apa pun yang dapat dikultivasikan lagi.

Rechungpa berkata: “Maha belas kasih tak terhingga dari Fa Yang Mulia, membuat kami para pengikut memperoleh pandangan lurus dan keyakinan kokoh yang tak tergoyahkan, kami dalam hati sangat gembira, sungguh berterima kasih kepada Anda yang kami hormati. Sekarang demi memberi manfaat kepada semua makhluk di masa mendatang, bolehkah memohon Anda memberi tahu kami nama dari berbagai tempat terkenal untuk menjalankan kultivasi baik yang terletak di luar - di dalam - maupun rahasia?”

Yang Mulia berkata: “Gua terkenal yang terletak di luar ada enam buah, yaitu:

Gua Humabai; Gua Minkyug Digma; Gua Lingpa Dakmar;
Gua Bodhi Ragma; Gua Kyangphen Namkha; Gua Dagkya Dorje”

“Gua tidak terkenal yang terletak di dalam:

Gua Kyipuh Nyima; Gua Khujuk Enpa; Gua Shelpuhk Chusing;
Gua Betse Doyon; Gua Tsikpa Kangthil; Gua Chonglung Kyung”

“Gua rahasia ada enam tempat:

Gua Gyadak Namkha; Gua Takpuhk Senge; Gua Beypuhk Mamo;
Gua Lapuhk Pema; Gua Lango Ludu; Gua Trogyel Dorje;”

“Dua tempat lainnya adalah:

Gua Kyipuhk Nyima; Gua Potho Namkha;”

“Empat gua terkenal adalah:

Gua Nyanang Dopa; Gua Lachi Dudal;
Gua Dingri Diche; Gua Tisi Dzutrul;”

“Empat gua yang tidak terkenal adalah:

Gua Tsai Kangtsuk; Gua Rongi Osey;
Gua Ralai Zaok; Gua Kuthangi Puhkron;”

“Menjalankan kultivasi di gua-gua yang disebutkan tadi, dapat memperoleh jodoh baik dan warisan Jiachi. Kalian harus pergi ke tempat-tempat ini untuk menjalankan kultivasi.”

Setelah Yang Mulia selesai berbicara tentang kisah beliau, para hadirin yang ikut serta dalam Fahui itu, semuanya timbul keyakinan dan rasa optimis terhadap Fa Buddha serta tumbuh hati belas kasih, semua orang menjadi sangat muak dengan delapan hal duniawi, dengan tulus mengagumi kebahagiaan Fa Ortodoks.

Para pengikut utama Yang Mulia, semuanya bersumpah kepada Yang Mulia: ‘Bersumpah memutus habis nafsu duniawi, sepanjang hidup berkultivasi Fa dengan gigih maju, dan menjalankan Misi memberi manfaat kepada semua makhluk’. Semua pengikut Dewa langit juga bersumpah akan melindungi Fa Buddha. Di antara para pendengar yang masih manusia biasa, ada banyak sekali orang yang berbakat baik, juga melakukan Guiyi kepada Yang Mulia untuk menjadi pengikut, menjalankan kultivasi sesuai Fa dan pada akhirnya menjadi biksu yoga yang berhasil membuktikan wujud sejati dan mencapai taraf kondisi tertentu.

---------------------------------------------------------------------------

Di atas adalah biografi yang diceritakan langsung oleh Yang Mulia, yang dicatat oleh para pengikut-Nya. Pencapaian selama hidup Yang Mulia, jika diceritakan secara detail, dapat dibagi menjadi tiga bagian: Pertama adalah tantangan dari bukan manusia yaitu Dewa dan hantu terhadap Yang Mulia dan pencapaian Yang Mulia dalam menaklukkan dan Chaodu mereka, kedua adalah pencapaian dalam menyelamatkan semua pengikut utama yang memiliki akar Shan dan membuat mereka mencapai kesempurnaan, ketiga adalah pencapaian dalam mengajarkan Fa kepada pengikut biasa dan manusia pada umumnya.

Pertama, pencapaian dalam menyelamatkan bukan manusia, kurang lebih seperti ini:

Yang Mulia di gua Merah Chonglung berhasil menaklukkan raja iblis Binayaka, dan membabarkan enam jenis Fa Mengingat Maha Guru. Kemudian Yang Mulia mengikuti dorongan dari Maha Guru Marpa, pergi ke Lachi untuk menjalankan kultivasi. Di gunung bersalju Lachi telah menaklukkan banyak sekali Dewa gunung, di tempat itu telah membabarkan Fa utama Lachi Chuzang. Tahun berikutnya, ketika Yang Mulia pergi ke gua di gunung bersalju Lachi, telah menyanyikan banyak kumpulan besar lagu gunung bersalju yang terkenal. Kemudian kembali mengikuti dorongan dari Maha Guru, pergi ke gunung Palbar di Mangyul dan gunung bersalju Yolmo di Nepal. Kemudian melanjutkan ke gua Linpa di Gungthang, dan menyanyikan kumpulan lagu Ibunda iblis. Kemudian pergi ke gua Bodhi Ragma di gunung Palbar dan menaklukkan Dewi, menyanyikan lagu utama Menaklukkan Dewa. Kemudian berturut-turut pergi ke gua Kyangphen Namkha [tersebar di udara], dan tinggal di gua Takpuhk Senge [hutan singa dan harimau]. Menaklukkan manusia dan bukan manusia, jumlahnya luar biasa banyaknya. Tak lama kemudian Yang Mulia pulang kembali ke Tibet, tinggal lama di dalam pegunungan, menggunakan hasil kultivasi untuk menyelamatkan semua makhluk; di salah satu gua di gunung daerah Gungthang Tibet, menyanyikan kumpulan sajak Merpati.

Kedua, pencapaian Yang Mulia menyelamatkan semua pengikut utama, dapat secara singkat dirangkum seperti ini:

Yang Mulia tinggal di gua Dagkya Dorje [Vajra Karang Putih], memberi manfaat secara luas kepada semua makhluk. Saat itu Vajravarahi memberi pertanda kepada Yang Mulia tentang Sebab-Musabab [Yuan] dari para pengikut-Nya, pengikut yang memperoleh ajaran telinga Jalan Kosong aliran Kagyu [lisan] Sang Vajra Rechungpa disinggung secara khusus dalam pertanda itu. Ketika Yang Mulia pergi ke Gua Ralai Zaok Puhk di Gungthang, bertemu dengan putra spiritualnya Rechungpa. Kemudian Rechungpa pergi ke India untuk menyembuhkan penyakitnya, sekembalinya lalu tinggal bersama Yang Mulia di gua Ronpuhi Osey [Cahaya Gemilang] (Gua ini tidak disebut dalam tiga puluh gua, pernah disinggung dalam kumpulan lagu Mila (Mila Grubum)). Yang Mulia kembali bertemu dengan Sangye Kyap Repa [pelindung Buddha] di gua Bodhi Ragma. Di gua Nyanang Dopa memberi pembebasan kepada Sakyaguna -- pengikut yang telah Guiyi di masa lalu -- menyelamatkannya dengan mewariskan Guanding dan lafalan. Di Tago bertemu Pey Dar Bum, dalam perjalanan pulang bertemu Sebanrepa, di Gyalgyi Sri bertemu dengan Digompa, di musim gugur bertemu dengan Shiwa O Repa, di Bachak Gora di Jianlong bertemu Ngandzongrepa; kemudian kembali menjalankan kultivasi di gunung bersalju Lachi, Dakini mendorong Yang Mulia pergi ke Tisi, dalam perjalanan bertemu dengan Dampa Gyakpuhwa. Di Lowokere bertemu dengan Karchungrepa, di kota Gungthang bertemu Darma Ouangchuk. Kembali menuju Tisi, menggunakan kemampuan supranatural [Shentong] menaklukkan Naro Bonchung. Lalu kembali ke gua Dagkya Dorje bertemu dengan Rongchungrepa. Dakini kembali mendorongnya pergi ke tempat lain, dan telah menemukan gua Beypuhk Mamo, Yang Mulia tinggal beberapa hari, bertemu dengan seorang anak kecil penggembala, namanya adalah Lukdzirepa, dia di kemudian hari berhasil mencapai keberhasilan yang luar biasa. Di gua Lapuhk Pema bertemu dengan Xiegongrepa, dia memberi makanan dan pakaian bagus sebagai persembahan kepada Yang Mulia. Di Chorodig bertemu Retchungma, di Nyishang Gurta bertemu dengan Kairepa. Dengan demikian nama Yang Mulia tersebar ke sepuluh penjuru. Kembali dikarenakan pertanda dari Tara, maka Yang Mulia menyelamatkan raja kerajaan Khokhom; sejak itu raja senantiasa memberi persembahan kepada Yang Mulia. Atas undangan Rechungpa dan Xiegongrepa lalu kembali ke gunung bersalju Lachi di gua Dho Nyenyon -- gua kedua yang tidak disinggung dalam tiga puluh gua, dalam kumpulan lagu Mila pernah disinggung. Dan tahun berikutnya tinggal di gua Chonglung Kyung. Sekali lagi mengunjungi Chuwar untuk menyampaikan kumpulan lagu Ratu Tseringma kepada para Tseringma. Di Dingri bertemu Dorje Ouangchukrepa. Kemudian saat Yang mulia tinggal di gua Nyanang Dopa, Darma Bodhi dari India datang memberi hormat. Dengan demikian dikarenakan berbagai macam Yinyuan -- reputasi Yang Mulia meningkat drastis. Ada seorang Lama yang terpelajar dan pandai berdebat mengajak debat Yang Mulia, Yang Mulia berhasil menundukkan dia dengan kuasa supranatural [Shentong], dan menyanyikan kumpulan lagu tentang Rechungpa dan Tibu. Di Dopa bertemu dengan Megomrepa. Di Nyanang bertemu Sallay O. Ketika Yang Mulia pergi ke Zhematuoxian, kebetulan Rechungpa baru pulang dari India, Yang Mulia menyambut dia, dan menyanyikan lagu Tanduk Kerbau dan lagu Keledai Liar. Kemudian kembali pergi ke Chuwar, bertemu dengan Lingongreba dari Dagpo. Dan di lereng Trode Tashigang [Kebahagiaan dan Keberuntungan] Dingri bertemu dengan pelajar besar yang diisyaratkan oleh Sang Buddha dalam Sutra Karunapundarika [Beihua Jing], biksu pengikut spiritual paling cemerlang dari aliran Tantra, Sang Maha Bodhisattva Candra Prabha Kumara Bhuta [Anak Laki Cahaya Bulan], dikarenakan Misi memberi manfaat kepada semua makhluk, maka bereinkarnasi ke dunia manusia, dalam wujud tabib, dikenal dengan Dao Shonnu dari Dagpo (artinya tabib tak tertandingi, disebut juga Maha Guru Gampopa).

Kembali saat tinggal di Omchung -- Chuwar, menyelamatkan biksu Loton yang pada awalnya menentang Yang Mulia. Di gua Kyipuhk Nyima bertemu dengan Dreton Trashibar. Di antara semua biksu, dikarenakan Charuwa asal Likor menghormati Yang Mulia, maka semua orang juga ikut Guiyi terhadap Fa Ortodoks.

Dakini pernah memberi pertanda: Di antara pengikut Yang Mulia ada dua puluh lima orang yang mencapai keberhasilan besar. Di antaranya ada delapan orang pengikut spiritual; tiga belas pengikut dekat; empat pengikut wanita. Proses penyelamatan mereka, tercatat dalam kumpulan lagu utama.

Ketiga, pencapaian lain Yang Mulia dalam mengajar para pengikut. Dalam warisan lagu tercatat bahwa, di gua-gua rahasia yang terletak di dalam, mengenai kapan waktu bertemu dengan semua pengikut spiritual, ada sedikit perbedaan urutan. Di antaranya ada lagu pujian saat menjawab pertanyaan biksu dan menjawab pertanyaan pengikut, ketika tinggal bersama Gampopa ada menyanyikan lagu pujian menaklukkan ajaran Bon. Di Nyanang, ada lagu pujian Guanding dan Kaiguang, serta di Tsarma -- ada lagu pujian bertemu Shen Dormo dan Legse Bum, juga menyanyikan lagu Meninggal Bahagia Tanpa Ketakutan. Kemudian ketika pergi ke Lachi bersama Rechungpa menyanyikan lagu Menaklukkan Iblis dan Menghalau Kekhawatiran. Kemudian juga menyanyikan lagu Nampuhkma dari Ramdig. Kemudian diundang oleh semua pengikut untuk datang ke gua Nyanang Dopa, Yang Mulia menerima undangan Rechungpa, dan menceritakan biografi dirinya. Dengan bantuan jodoh [Yuan] dari Dakini Sengdhongma [Raja Singa], maka Dampa Si Orang Suci dari India dapat bertemu dengan Yang Mulia di Gungthang. Di Leshing menyanyikan lagu Kematian Dibimbing Belas Kasih Fa dan Membalas Kasih Ibu. Menyanyikan lagu Terpisah oleh Kematian kepada penduduk di Tsarma dan penghuni Nyanang lainnya. Dalam perjalanan ke Chuwar menyanyikan lagu tentang Lhaje Yangde penduduk Dingri. Di Chuwar menyanyikan lagu Manusia Generasi Selanjutnya, lagu Tanya Jawab Pembaca Mantra. Demi membuat bahagia semua pengikut, lalu menampilkan pencapaian kuasa supranatural.

Yang Mulia menggunakan berbagai macam cara untuk memutar Roda Dharma [Falun], menggunakan cara yang tidak masuk akal, membuat semua makhluk berjodoh [Yuan] dengan bawaan dasar tinggi - menengah - rendah yang tak terhingga jumlahnya memperoleh pembebasan sepenuhnya. Yang memiliki bawaan dasar tinggi mencapai keberhasilan tingkat tinggi, yang memiliki bawaan dasar menengah berhasil menyelesaikan Jalannya, yang memiliki bawaan dasar rendah juga timbul hati Bodhi [Bodhicitta], melaksanakan jalan Bodhisattva. Sedangkan semua orang yang tidak memiliki bawaan dasar juga secara luas tertanam bibit kebaikan, membuat manusia dan langit bahagia. Hati belas kasih yang luas bagaikan langit, Fa Buddha menyilaukan mata bagaikan matahari membubung ke langit; membuat semua makhluk yang tak terhitung jumlahnya, terhindar dari penderitaan jalur kejahatan; di tengah lautan penderitaan hidup mati yang tak terhingga, melakukan penyelamatan besar, menjadi andalan banyak manusia, Misi agung yang sungguh sulit dicerna akal sehat.

Yang Mulia telah menyelesaikan Misi tak terhitung jumlahnya yang bermanfaat untuk semua makhluk, terakhir tinggal di daerah Dingri, bertemu dengan seorang biksu yang bernama Geshe Tsakpuhwa. Geshe mencintai uang bagaikan hidupnya sendiri, namun karena dia adalah seorang biksu, maka rakyat di daerah Dingri sangat menghormati dia; setiap kali ketika ada pertemuan, selalu membiarkan dia duduk di tempat terhormat. Setelah dia bertemu dengan Yang Mulia, di permukaan menampilkan keyakinan penuh rasa hormat, namun sebenarnya dalam hati iri bukan main. Berulang kali di depan pertemuan khalayak ramai, secara sengaja mengajukan banyak persoalan sulit kepada Yang Mulia, ingin agar Yang Mulia mendapat malu di depan umum, namun selalu tidak berhasil.

Pada tahun harimau kayu -- tanggal 1 di musim gugur, penduduk desa Dingri mengadakan sebuah pertemuan besar, mengundang Yang Mulia duduk di tempat terhormat, Geshe Tsakpuhwa duduk di tempat kedua.

Geshe Tsakpuhwa di depan para hadirin memberi hormat kepada Yang Mulia, dalam hati berpikir Yang Mulia pasti akan membalas hormat kepada dia. Namun Yang Mulia mempunyai sebuah kebiasaan, selain memberi hormat kepada Maha Guru, sama sekali tidak berkenan memberi hormat kepada siapa pun, maka tidak membalas pemberian hormat dari Geshe Tsakpuhwa. Oleh karenanya Geshe Tsakpuhwa merasa sangat gusar, dalam hati berpikir: ‘Saya biksu yang demikian berpendidikan dan bertalenta tinggi, memberi hormat kepada dia yang sama sekali tidak berpendidikan, tak disangka dia tidak membalas hormat, beraninya duduk di tempat terhormat, dengan gagahnya tak bergerak, sungguh keterlaluan, harus membalasnya!’ Dengan demikian lalu mengambil sebuah kitab uraian Buddhis yang terkenal, diletakkan di depan Yang Mulia dan berkata: “Mohon anda menjelaskan kata per kata dari buku ini, menjawab pertanyaan, sekaligus meningkatkan pandangan, dan menambahkan komentar!”

Yang Mulia berkata: “Arti kata dari kitab uraian Buddhis, mungkin kamu dapat menjelaskannya satu per satu, namun makna yang sesungguhnya, adalah menaklukkan nafsu keinginan dari delapan hal duniawi dan menjinakkan keterikatan diri, memurnikan pandangan salah terhadap reinkarnasi dan Nirvana. Selain ini, pelajaran debat uraian dari tentang bagaimana bertanya bagaimana menjawab itu, sama sekali tidak ada manfaat besar apa pun, makanya saya belum pernah mempelajarinya, lebih-lebih tidak mengerti; andaikan pernah mempelajarinya juga, atau pernah memahaminya, sekarang pun juga sudah lupa”.

Geshe Tsakpuhwa berkata: “Orang yang khusus menjalani kultivasi seperti kalian ini, tentu saja menggunakan perkataan semacam ini untuk menjawab; namun kita menekankan prinsip belajar, berpikir dengan menggunakan dasar logika, sebaliknya perkataan anda, semuanya tidak sesuai dengan makna besar Fa Buddha. Karena anda adalah orang baik, saya barulah memberi hormat kepada anda......” Mulut masih terus saja mengoceh.

Setelah para pemeluk ajaran Buddha biasa mendengarnya, lalu sangat tidak puas. Semua orang serentak berkata: “Tsakpuhwa! Tak peduli kamu tahu berapa banyak prinsip Fa Buddha, orang yang mirip seperti kamu ini banyaknya bukan main, walau telah memenuhi dunia pun juga tidak bisa mengisi penuh sebuah pori Yang Mulia! Kamu lebih baik jangan bersuara, dengan tenang duduk di tempat duduk kami; pikirkan caranya untuk menambah harta kamu saja, jangan memalukan orang lain lagi di Fahui!”

Setelah dia mendengarnya marah bukan kepalang, namun takut dengan kemarahan khalayak, walau ingin mengamuk juga tidak berhasil. Terpaksa dengan gusar bersabar turun ke bawah. Mulut walau diam tak bersuara, namun hati merasa sangat gusar, diam-diam berencana: “Milarepa yang tidak berpendidikan ini, tindak tanduk gila-gilaan, mulut membicarakan kata khayalan; menggunakan kata kosong dan tak masuk akal untuk menipu orang banyak, demi memperoleh persembahan mereka, membuat Fa Buddha kehilangan muka! Tsakpuhwa yang memiliki pendidikan memiliki popularitas memiliki harta macam saya ini, dilihat dari aturan, semua orang menganggap saya tidak lebih dari seekor anjing, sungguh keterlaluan! Harus pikirkan sebuah cara!”

(Bersambung)