(Minghui.org) Pegunungan Himalaya sepanjang sejarah selalu menjadi tempat tinggal bagi banyak orang Xiulian, orang-orang menjalani hidup dengan sederhana, setiap orang pandai menyanyi dan menari, selain ini semua -- adalah menganut Fa Buddha. Pada saat itu ada seorang praktisi Xiulian bernama Milarepa. Semua status Buddha dan Bodhisattva adalah buah hasil kultivasi dari banyak kehidupan dan kalpa, tetapi Milarepa sebaliknya telah berhasil mencapai GongDe yang sepadan seperti Buddha dan Bodhisattva ini dalam satu generasi dan kehidupan, dan kemudian hari menjadi leluhur pendiri Tantra Tibet aliran Putih.
-------------------------------------------------------------------------
(Menyambung artikel sebelumnya)
Milarepa berkata: “Ketika saya ingin bunuh diri, para Lama mondar-mandir untuk menasihati saya, memohon pada Maha Guru. Setelah beberapa waktu, suasana hati Maha Guru Marpa menjadi tenang kembali, berkata: {Oh! Panggil Dakmema ke sini!} Setelah Shimu datang, Maha Guru bertanya: {Tubuh Fa Vajra Ngokton -- mereka pergi ke mana?}”
“Shimu berkata: {Shangren Ngokton karena perintah dari Anda yang saya hormati untuk mengambil Vyuha Naropa dan segel giok, ketika pergi ke luar, kebetulan bertemu dengan Dali yang ingin bunuh diri, dan memohon Shangren Ngokton memberi dia Chaodu [penyeberangan roh] setelah dia meninggal dunia. Mereka sekarang semuanya sedang menenangkan Dali.}”
“Setelah Maha Guru mendengarnya, dua mata meneteskan air mata tanpa henti, berkata: {Pengikut yang demikian baik! Semua persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pelajar aliran Tantra pembaca mantra telah mencukupi, sungguh patut dikasihani. Kamu panggillah mereka semuanya ke sini!} Seorang pengikut pun berlari ke sana mengundang Lama Ngokton dengan berkata: {Sekarang Maha Guru emosinya sudah stabil, mengutus saya datang untuk mengundang Anda yang saya hormati dan Dali ke sana bersama-sama!}
“Setelah saya mendengar perkataan ini, dengan cemas bangkit berdiri, tergesa-gesa berkata: {Saya ke sana takutnya tidak ada orang yang senang! Seorang pendosa seperti saya ini, walaupun suasana hati Maha Guru telah tenang, juga tidak layak hadir di hadapan dia; walaupun pergi dengan muka tebal; takutnya juga hanya akan dimarahi saja!} Selesai berbicara masih menangis tanpa henti. Maha Guru Ngokton lalu berkata kepada pengikut itu: {Kamu sampaikanlah perkataan Dali kepada Maha Guru, lihat apakah Dali boleh atau tidak muncul di hadapan Maha Guru. Saya akan berada di sini menjaga dia, jika tidak -- mungkin akan muncul kejadian yang tidak terduga!} Pengikut ini pun berlari pulang dan memberitahu semuanya secara detail kepada Maha Guru Marpa. Shimu juga ikut masuk bersama.”
“Maha Guru berkata: {Perkataan dia, menurut situasi terdahulu sebenarnya benar; akan tetapi sekarang sudah tidak sama, dia sudah tidak perlu takut lagi. Kali ini, Dali akan menjadi tamu utama yang saya sambut sendiri. Dakmema! Kamu pergi panggil dia ke sini saja!} Shimu dengan senang hati datang berkata kepada saya: {Maha Guru telah timbul rasa kasihan yang paling mendalam kepada kamu! Kali ini akan menyambut kamu sebagai tamu utama, menyuruh saya untuk meminta kamu ke sana! Kamu harus tahu, dia bahkan sama sekali tidak memarahi saya. Kamu cepat pergilah dengan hati gembira!} Keraguan saya berkurang setengah, tidak bisa mempercayai telinga sendiri, lalu dalam kebingungan melangkah masuk ke dalam rumah.”
“Setelah semua orang duduk, Maha Guru berkata: {Dilihat dari masalah yang telah berlalu, dari kita siapa pun juga tidak ada yang salah. Saya demi memurnikan dosa karma Dali, maka secara sengaja memberi dia jalan tapa [praktik yang menderita], juga meminta dia mendirikan bangunan, tempatnya seperti ini juga karena Jalan Pemurnian yang digunakan untuk membersihkan dosa karmanya; sekarang semuanya sudah selesai, oleh karena itu saya juga sama sekali tidak salah. Dakmema adalah seorang wanita, hatinya terlalu lemah, terlalu belas kasih, juga tidak bisa salahkan dia, namun telah memalsukan surat segel, juga telah membuat sebuah kesalahan besar. Ngokton juga tidak bersalah, namun terlebih dulu harus mengembalikan Vyuha dan batu giok kepada saya, saya di kemudian hari akan memberinya kepada kamu. Sedangkan Dali, dia karena hatinya ingin sekali memohon Fa, melakukan segala cara untuk memperoleh Fa, juga sungguh tidak bisa menyalahkan dia.}”
“{Kali ini, Ngokton tidak tahu tentang surat palsu yang dibuat oleh Dakmema, jadi telah mewariskan lafalan dan Guanding kepada Dali. Ini sebabnya, saya sudah tidak ada cara lagi untuk memberi dia penderitaan, maka timbul amarah besar, permohonan kalian juga tidak saya dengarkan lagi. Namun kalian harus tahu bahwa, amarah semacam ini dan amarah duniawi pada umumnya tidaklah sama, segala hal yang termanifestasi keluar di masa lalu, semuanya adalah demi Fa, segala sifat diri menyesuaikan dengan Jalan Bodhi (maksudnya kesadaran terhadap Fa Buddha berikut makna ajaran adalah saling menyesuaikan saling terkait). Kalian tidak akan memahami orang yang telah mendapat pembebasan, jangan timbul pandangan buruk! Di samping itu, putra saya ini yakni Dali, jika dapat menanggung sembilan kali penderitaan besar - siksaan besar, dia tidak akan menanggung eksistensi akhir (artinya tidak lagi bereinkarnasi di enam jalur reinkarnasi.); menampung terus tanpa akhir, sehingga dapat bebas Jishen Chengfo [bisa menjadi Buddha dengan tubuh ini]. Sekarang tidak bisa demikian, masih ada sedikit dosa karma yang tersisa, ini sepenuhnya karena sifat lemah hati seorang wanita Dakmema.}”
“{Walaupun demikian, sebagian besar dosa karma dia dan delapan kali jalan tapa besar serta jalan tapa kecil yang tak terhitung jumlahnya -- pada dasarnya telah dimurnikan. Mulai sekarang, saya akan Jiachi dia, mewariskan Guanding dan lafalan kepada dia, menurunkan lafalan hati utama saya yang paling rahasia kepada dia, juga akan memberi dia sumber daya untuk jalan kultivasi dia, membantu segala jodoh baik dalam jalan kultivasi dia, agar dia bisa menjalani kultivasi dengan baik. Dali! Kamu sekarang sudah dapat sungguh-sungguh bersuka-cita!}”
“Waktu itu, saya berpikir sendiri: {Apakah ini mimpi? Ataukah sungguhan? Jika adalah mimpi, saya harap bisa selamanya tidak bangun!} Dalam hati telah tumbuh kegembiraan yang tak terhingga, air mata kebahagiaan terus menyembur bagai air mancur, sambil menangis sambil memberi hormat kepada Maha Guru. Shimu, Lama Ngokton dan semua orang yang hadir, ada yang berpikir: ‘Oh kemampuan Maha Guru menghapus dosa karma sungguh hebat!’ Ada yang berpikir: ‘Jiachi belas kasih dari Maha Guru sungguh besar sekali!’ Ada juga yang berpikir: ‘Oh Maha Guru sungguh tidak ada bedanya dengan Buddha!’ Shimu dan Shangren Ngokton semuanya mengasihani saya, bersuka cita demi saya, sepasang mata meneteskan air mata, membantu saya ikut memberi hormat kepada Maha Guru dan berkata: {Sungguh berterima kasih kepada Anda yang kami hormati!} Demikianlah semua orang lalu mengadakan pertemuan dengan tawa suka cita dan air mata.”
“Malam itu, semua orang berkumpul, selesai mengadakan pertemuan, Maha Guru berkata: {Saya mewakili anda semua untuk mewariskan Jie [pantangan] pembebasan} Lalu mencukur rambut dan memurnikan badan saya. Maha Guru berkata kepada saya: {Nama kamu, ketika saya dan kamu bertemu muka untuk pertama kalinya, telah ditentukan. Saya bermimpi Maha Guru Naropa memberi nama kepada kamu, yaitu Mila Sang Bendera Vajra.} Demikian nama itu menjadi nama Fa [nama Buddhis] saya, mengajari saya Jie [pantangan] pengikut awam dan Jie Bodhisattva.”
“Maha Guru menghadap Neigong Tianlinggai [lit: payung roh Langit] (sejenis peralatan Fa yang sering digunakan dalam kultivasi aliran Tantra), setelah memberi Jiachi dengan sepenuh hati, Tianlinggai tiba-tiba mengeluarkan cahaya terang lima cahaya, semua orang yang hadir di situ melihatnya. Selesai mempersembahkan embun manis [minuman] Jiachi kepada Guru Leluhur dan semua Buddha, Maha Guru Marpa sendiri meminum embun manis [minuman], kemudian memberikan embun manis tersebut kepada saya, saya menerimanya dan meminumnya hingga habis. Maha Guru berkata: {Sebab-Musabab [Yuan] yang sungguh baik!}”
“{Neigong [lit: persembahan batin] saya jauh lebih hebat dibanding empat Guanding formal ajaran lainnya (Pinguan [Mengisi Botol], Miguan [Mengisi secara rahasia], Huiguan [Mengisi Kebijaksanaan], Da Shouyin Guan [Mengisi dengan Maha Shouyin], ini adalah empat Guanding aliran Tantra tingkat tinggi, menjadi puncak dari segala Fa Tantra), besok pagi, saya mewariskan Guanding lagi kepada kamu!} Maha Guru kembali berkata.”
“Keesokan harinya, telah dipersiapkan enam puluh dua Maha Mandala Yidam Cakrasamvara, dan mewariskan Guanding. Ketika sedang menggelar altar Tantra, Maha Guru menunjuk altar diagram sambil berkata: {Ini adalah altar lukisan dari lukisan cat dunia manusia, altar yang sesungguhnya, kalian lihatlah!} Sambil berkata, jari menunjuk ruang hampa, dalam satu jentikan jari, dari langit muncullah Jude Zongjilun (catatan: nama lain dari Vajra Cakrasamvara). Dua puluh empat tempat sakral, tiga puluh dua alam suci, delapan hutan besar kematian. Para Dakini, mengelilingi dalam lingkaran. Pada waktu yang sama, Maha Guru dan semua Buddha serta makhluk suci berucap bersamaan: {Anda diberi nama Shepa Dorje [Vajra Tertawa]}”
“Maha Guru berulang kali memberitahu saya Tantra dasar rahasia (kitab sutra aliran esoterik disebut dengan Tantra ‘xu’), menyuruh saya mengamati Fa dan lafalan kultivasi rahasia; juga meletakkan tangan di atas ubun-ubun saya dan berkata: {Oh anakku! Ketika pertama kali kamu datang, saya langsung tahu bahwa kamu adalah pengikut yang memiliki bawaan dasar; malam sebelum kamu tiba di tempat saya ini, saya telah bermimpi: ‘Ramalan mimpi ini, mengindikasikan bahwa kamu akan memiliki misi besar dari Fa Buddha’. Dakmema juga telah mengalami sebuah mimpi yang serupa, mimpi itu menampilkan Dakini pelindung Fa yang menjaga kuil. Dengan demikian, kamu adalah pengikut yang dibawakan kepada saya oleh Dakini Maha Guru, itu sebabnya saya barulah berpura-pura mencangkul ladang untuk menyambut kamu.}”
“{Kamu telah menghabiskan arak yang saya berikan kepada kamu, mencangkul ladang hingga satu titik pun tidak tersisa, ini menjadi media Fa di kemudian hari saat kamu menerima lafalan, sebuah pertanda berhasil mencapai kesempurnaan dan kesadaran tinggi. Kemudian, kamu telah mempersembahkan kepada saya sebuah mangkuk tembaga dengan empat gagang, ini menunjukkan kamu akan menjadi salah satu dari empat murid utama saya. Mangkuk tembaga tidak ada sedikit pun retak, menunjukkan pikiran kamu bebas dari kekalutan, dan menandakan tubuh akan mendapat manfaat kehangatan dan kebahagiaan besar dari ‘Zhuohuoding [Ding Api Menyala]’. Kamu menggunakan mangkuk kosong untuk dipersembahkan kepada saya, menunjukkan di kemudian hari ketika kamu menjalankan kultivasi, akan ada kesulitan makanan, mengalami penderitaan kelaparan. Saya demi setengah bagian akhir hidup kamu dan seluruh pengikut Fa kamu agar memperoleh manfaat besar, juga demi pengikut berbakat kamu dengan mengandalkan esensi lafalan dapat tumbuh suka cita, maka saya pun mengisi penuh mangkuk tembaga itu dengan minyak mentega, agar dapat dinyalakan dan bersinar terang. Agar kamu memiliki reputasi tinggi, maka saya memukul mangkuk tembaga itu agar ia mengeluarkan suara. Demi membersihkan dosa karma kamu, maka saya menyuruh kamu mendirikan bangunan Istirahat, Benci, Rusak, dan Menghukum. Saya mengusir kamu keluar dari upacara Guanding, juga melakukan banyak sekali hal yang tidak sesuai prinsip, namun kamu tidak timbul sedikit pun pandangan buruk; ini menunjukkan di kemudian hari pengikut dan murid Fa kamu, ketika belajar dapat memiliki fondasi keyakinan, kegigihan, kebijaksanaan, belas kasih dan segala persyaratan lain yang harus dimiliki oleh seorang pengikut. Ketika berkultivasi, semuanya bisa tidak bersikap tamak, ada daya tekad untuk menahan penderitaan dan gigih maju menjalani kultivasi; pada akhirnya tumbuh kesadaran dan memperoleh pembuktian, dengan belas kasih dan Jiachi, berhasil mencapai kesempurnaan seperti Maha Gurunya. Ajaran Kagyu [lisan] saya ini diwariskan kepada para pengikut Fa yang di kemudian hari akan berkembang banyak dan bersinar terang, bagaikan terjadinya bulan purnama, cahaya gemilang tiada batas. Ohh Anakku! Kamu harus bergembira!}”
“Demikianlah saya mewarisi ajaran, mendapat dorongan, hiburan dan pujian. Saya sejak itu, mulai melangkah dalam jalur kebahagiaan dari kultivasi Fa Ortodoks.”
Rechungpa kembali bertanya lagi: “Yang Mulia, setelah Anda memperoleh lafalan, apakah segera pergi ke gunung untuk menjalankan kultivasi? Ataukah masih tinggal di tempat Maha Guru Marpa?”
Milarepa berkata: “Maha Guru menyuruh saya menjalankan kultivasi dengan tenang di dekat dia, juga mempersiapkan makanan dan pakaian, agar saya dapat berkultivasi memasuki Ding di gua Harimau Mendekam dekat desa Drolo.”
“Ketika saya berkultivasi memasuki Ding di dalam gua, menyalakan sebuah lampu minyak mentega di atas ubun-ubun kepala; jika lampu masih menyala, tubuh tidak bergerak, juga tidak keluar dari meditasi. Demikianlah berkultivasi memasuki Ding sepanjang hari sepanjang malam, melewati masa sebelas bulan.”
“Suatu hari, Maha Guru dan Shimu membawa makanan dan minuman kelas satu dari pertemuan Huigonglun (perjamuan tetap setiap bulan, atau saat mengadakan Guanding dan Fahui lainnya, para pemeluk aliran Tantra mengadakan pertemuan, memberi persembahan kepada semua Buddha dan Yidam, memanjatkan doa dan sumpah, menampilkan benda-benda persembahan, dan disebut dengan Huigonglun) ke gua untuk menjenguk saya. Di pintu gua, Maha Guru berkata: {Anakku! Kamu latihan memasuki Ding sampai hari ini, tepat sudah sebelas bulan, kamu bisa membuat bantal duduk tidak menjadi dingin, demikian gigih maju menjalankan kultivasi, saya sungguh gembira. Sekarang, sementara waktu hancurkanlah pintu gua dan datanglah ke tempat ayah kamu ini, untuk ngobrol-ngobrol, istirahatlah, melepas sejenak rasa lelah, hal yang berhasil kamu sadari dan buktikan, ceritakanlah kepada saya.}”
“Saya di dalam gua, setelah mendengar perkataan Maha Guru, berkata: {Istirahat sama sekali tidak perlu, namun ini adalah perintah dari Maha Guru, tidak boleh tidak keluar!} Tepat ketika ingin membuka pintu gua, dalam hati timbul keraguan, merasa pergi keluar sangat disayangkan. Begitu timbul keraguan seperti ini, makin kehilangan keberanian untuk menghancurkan pintu gua. Shimu pun mendekat dan berkata: {Anakku! Apakah kamu sedang membuka pintu!}”
“{Saya tidak ada keberanian untuk membuka pintu.}”
“Shimu pun berkata: {Kamu keluar sama sekali tidak ada salahnya, ini adalah Sebab-Musabab [Yuan] besar yang sangat mendalam dari aliran Tantra pembaca mantra. Terutama karena sifat Maha Guru yang tidak sabaran, kamu jangan kehilangan Sebab-Musabab [Yuan] ini. Ibu bantu kamu menghancurkan pintu gua, mohon kamu keluar lebih awal saja!} Selesai Shimu berkata lalu menghancurkan pintu gua. Demikianlah saya pun mengikuti Maha Guru dan Shimu kembali ke kuil.”
“Setibanya di kuil, Maha Guru pun berkata: {Sekarang biarkan kami ayah dan anak untuk ‘mengamati’ jalannya upacara! Dakmema tolong kamu persiapkan pertemuan!} Di tengah jalannya pertemuan, Maha Guru berkata: {Anakku! Kamu ada pemahaman apa terhadap lafalan? Sudah berhasilkah menyadari dan membuktikan taraf tertentu? Ceritakanlah kepada saya perlahan-lahan!}”
“Saya pun berlutut di hadapan Maha Guru, mengatupkan kedua tangan di depan dada, sambil meneteskan air mata menyanyikan sebuah lagu tujuh jenis persembahan.”
“Selesai memberi tujuh persembahan, saya kembali melanjutkan melapor kepada Maha Guru: {Oh kepada Vajra tiada banding Maha Guru dan Shimu! Belas kasih dan Jiachi Anda yang tidak banding, membuat murid merasakan kemurahan hati Anda yang tiada banding. Sekarang biarkan sedikit pencapaian kesadaran saya yang sedikit ini, ditampilkan di hadapan Yang Mulia, mohon Anda dengan menggunakan Fa, mendengarnya dengan belas kasih!”
“{Tubuh jiwa kita yang terkekang ini, adalah timbul karena ‘Avidya [Ketidaktahuan]’ dan dua belas Sebab-Musabab [Yuan] lainnya; tubuh manusia kita ini, satu sisi tak dapat disangkal adalah sebuah percampuran dari semua ikatan daging dan darah, semua tarikan buah karma, semua renggutan jiwa; namun tubuh manusia ini! Bagi orang-orang yang memiliki banyak De, yang berbakat baik, malah sebaliknya adalah sebuah perahu berharga yang tak ternilai. Perahu berharga ini akan digunakan untuk dirakit dan mengarungi aliran sungai hidup mati, menuntun mencapai pembebasan di pantai seberang
“{Lautan besar siklus reinkarnasi yang menjadi akar dari segenap penderitaan, ia adalah demikian sulitnya untuk diarungi, hari ini beruntung ada uluran tangan dari Maha Guru yang belas kasih, yang menunjukkan sebuah arah untuk saya di tengah lautan besar hidup mati yang luas tanpa batas.}”
“{Saya juga telah menyadari [Wu]: ‘Pertama-tama harus segera memasuki jalan Buddha, harus menjalani Guiyi [upacara masuk agama] menghormati Maha Guru dan Tiga Pusaka, tahap demi tahap belajar mengikuti Fa. Dalam segenap proses belajar, hal yang paling penting adalah mengikuti perintah Maha Guru, karena Maha Guru adalah akar dari segenap kebahagiaan; segenap ajaran dan perintah dari Maha Guru harus diikuti; sesuai Fa melindungi Sanmei Yejie (Jie [pantangan] dari aliran Tantra), menjaga Jie adalah fondasi yang paling penting!}”
“{Di tengah makhluk tak terhingga yang berbeda-beda, skala manusia adalah demikian kecilnya; di tengah ribuan dan jutaan kumpulan manusia, orang yang dapat mendengar Fa Buddha, mengetahui jalan menuju pembebasan, dapat melangkah ke arah jalan besar Bodhi [Pencerahan], lebih-lebih merupakan hal yang jarang sekali; Dengan demikian, di tengah semua makhluk yang tak terhingga, orang yang memiliki jodoh pertemuan [Yuan] bergegas memasuki Fa Buddha, jika dibandingkan, jauh lebih sedikit lagi, jauh lebih jarang lagi!}”
“{Kita walaupun beruntung telah memperoleh sebuah tubuh manusia seperti ini, namun tidak bisa menjamin keselamatan nyawa kehidupan, siapa pun juga tidak tahu kapan harinya akan mati, kapan harinya akan kehilangan tubuh manusia yang berharga ini, oleh karena itu harus menghargai tubuh manusia ini, mengapresiasi tubuh manusia ini.}”
“{Beribu makhluk beribu manifestasi dari alam semesta, semuanya dikendalikan oleh hukum buah sebab akibat [Yinguo], sebab kebaikan memperoleh buah kebaikan, sebab kejahatan memperoleh buah kejahatan; memahami hukum buah sebab akibat Tiga Dunia, barulah dapat memahami balasan dari penderitaan dan kebahagiaan, dan alasan dari pintar-bodoh dan mulia-rendahan. Juga karena segala hal dalam alam semesta berubah tanpa henti, maka ada sebagian buah yang diperoleh sebagai hasil dari segala perbuatan baik maupun jahat, juga bukan selamanya tidak berubah. Keberuntungan dan De hasil akumulasi perbuatan baik, kekayaan hasil upaya keras, hubungan keluarga yang terjalin hasil Qing dan cinta, beserta segala kesenangan dan kebahagiaan, juga sifatnya sementara waktu, semuanya akan hancur musnah, tidak dapat dipercaya, tidak dapat diandalkan, tidak memiliki hasil akhir. Sedangkan kebahagiaan dalam hidup manusia dibandingkan dengan penderitaan dia itu, lebih-lebih seperti sebutir beras di tengah lautan luas! Penderitaan dari tiga jalur kejahatan [tiga jalur dari enam jalur reinkarnasi], lebih-lebih sulit untuk dibayangkan, di tengah lautan besar hidup mati dari siklus reinkarnasi yang tanpa batas, semua makhluk telah mengalami penderitaan dan duka cita. Saya memikirkan kelelahan dan penderitaan dari hidup mati yang tanpa batas ini, membuat saya secara alami menjadi sepenuh hati mengarah pada Fa; rasa haus memohon pembebasan, membuat saya bertekad menjadi Buddha.}”
“{Tubuh jiwa yang telah dimurnikan sebagai fondasi untuk memasuki Fa Buddha, oleh karena itu langkah pertama harus terlebih dahulu menerima Jie pembebasan, setelahnya secara bertahap mempelajari Fa Ortodoks; melindungi tempat belajar, harus seperti melindungi mata sendiri, jangan membuat kerusakan yang menghancurkan. Namun mencari pembebasan pribadi, hanyalah jalan terbatas dari Hinayana [kendaraan kecil] saja. Jika ingin berbelas kasih kepada segenap makhluk hidup, membawa semua makhluk terbebas dari lautan penderitaan, harus memancarkan hati maha belas kasih dan hati maha Bodhi. Memikirkan semua kemurahan hati dan kasih sayang dari semua makhluk yang bagaikan ayah dan ibu kepada saya, bagaimana saya akan membalasnya? Oleh karena itu segala perbuatan baik di dalam jalan Bodhi, harus ditujukan kembali untuk segenap makhluk hidup. Dengan demikian, demi alasan segenap makhluk hidup yang bagaikan ayah dan ibu ini, maka bersumpah mencari buah Kebuddhaan, memancarkan hati Maha Bodhi, belajar kultivasi segenap jalan Bodhisattva.}”
“{Dengan memiliki akar fondasi hati Mahayana [Kendaraan besar] semacam ini, barulah dapat memasuki Vajrayana pembaca mantra. Dengan pandangan yang murni, mengikuti seorang Maha Guru yang baik; mewarisi petunjuk sifat alami dari siklus reinkarnasi, pada saat yang sama meminta agar memperoleh empat Maha Guanding yang memungkinkan seseorang memperoleh Kebijaksanaan; menggunakan daya Guanding untuk memperoleh pandangan yang lebih mendalam; setelah itu tahap demi tahap mengultivasikan pandangan, gigih maju terus berkultivasi ‘Pandangan tanpa Aku dari Jalan bersama’; mengikuti perintah dan kebijaksanaan Sang Buddha, mencari di manakah Aku berada, namun tidak dapat memperoleh; demikianlah membuktikan dan menyadari prinsip tanpa Aku. Lalu menggunakan pandangan tanpa Aku ini untuk berkultivasi memasuki Ding, pikiran liar diputuskan, tidak dilanjutkan, hati memasuki kondisi tanpa cabang, mempertahankan Ding tetap lanjut bermeditasi, bisa melewati bulan hingga tahun; Dengan demikian dapat dikatakan telah memperoleh Ding.}”
“{Kemudian, menggunakan daya pikiran lurus terus berlatih mempertahankan aturan, tidak terjatuh pada tindakan kelam, secara bertahap kesadaran terang tumbuh berkembang; meskipun tampil namun tidak dari diri sendiri, pikiran terang namun tidak bercabang, kosong gundul, terang benderang; tentu saja ini hanyalah wujud Ding yang dapat disadari. Banyak orang dikarenakan hal ini menggenggamnya bagaikan pandangan keberhasilan. Namun itu hanyalah pandangan keberhasilan yang tumbuh dari makhluk hidup biasa yang hidup dalam kesulitan! Hanya dengan membuktikan telah memperoleh landasan dasar (catatan: pendahuluan dari sepuluh landasan jalan luar duniawi, dikenal dengan landasan suka cita, biksu pertama-tama memperoleh sifat suci, lalu bersuka cita tak terhingga, maka dinamakan landasan suka cita), barulah dapat sungguh-sungguh melihat apa yang disebut pandangan keberhasilan, dan kemudian harus mengikuti jalan dari pandangan keberhasilan. Taraf Ding lainnya seperti melihat wujud Buddha dan lain-lain, hanyalah sedikit ujian kecil dalam latihan kultivasi, sama sekali tidak memiliki nilai.}”
“{Sebelum berkultivasi memasuki Ding walau ada penampakan maupun tidak ada penampakan, harus tetap memancarkan hati belas kasih, segalanya adalah demi semua makhluk, kemudian menggunakan pandangan murni memasuki jalan tanpa pandangan. Pada akhirnya mengembalikan GongDe kepada segenap makhluk hidup. Melakukan hal ini tanpa pikiran bercabang adalah sebuah keberhasilan yang paling besar di tengah jalan. Saya sekarang sungguh telah mengetahui prinsip-prinsip ini!}”
“{Orang-orang yang kelaparan itu, meskipun tahu bahwa makanan dapat menghentikan rasa lapar; namun hanya ‘tahu’ saja apa gunanya? Namun tanpa dapat menangani penderitaan dari kelaparan. Untuk menangani penderitaan dari kelaparan, harus benar-benar makan makanan barulah benar! Hal yang sama dengan ini, yaitu prinsip sifat Kosong, hanya memahami saja, apa gunanya? Harus membuktikan dan menyadari sifat Kosong barulah benar, bantuan dari pandangan bijak akan ikut mendorong proses pembersihan yang diperoleh setelahnya, sifat Kosong yang dipahami oleh biksu yoga, sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, pikiran tanpa bercabang, merupakan sifat kesetaraan dengan Fa (sebutan kesetaraan dengan Fa ini aslinya adalah setara, sifat kesetaraan yang benar-benar murni) dari pandangan aliran Tantra. Ini adalah pemahaman saya yang sedikit sekali. Demi menyempurnakan pembuktian akan pemahaman keberhasilan ini, maka harus menanggung rasa lelah, derita lapar, melepaskan segala kontaminasi cinta duniawi, bagaikan mayat, tidak takut kematian, tidak khawatir, dengan gigih maju melakukan kultivasi. Di hadapan kemurahan hati Maha Guru dan Shimu yang tiada banding, saya Milarepa tidak memiliki kekayaan materi apa pun untuk dipersembahkan; hanya bisa dalam sepanjang hidup saya, menggunakan jalan tapa dan keberhasilan untuk dipersembahkan; menggunakan hasil akhir untuk membuktikan pemahaman, dan Jingtu [tanah suci] tubuh Sambhogakaya yang sakral untuk dipersembahkan kepada Anda.}”
“Selesai berkata lalu menyanyikan sebuah lagu.”
“Setelah Maha Guru mendengar semuanya, lalu berkata dengan sangat gembira: {Oh anakku! Apakah kamu telah mencapai tahap kondisi ini?} Shimu juga gembira bukan main, berkata: {Anakku, kegigihan dan kebijaksanaan kamu sungguh tidak kecil!} Kemudian kembali mengobrol dengan saya -- banyak hal yang berhubungan dengan Fa kultivasi. Kemudian saya kembali pulang ke dalam gua untuk menjalankan kultivasi.”
“Pada suatu kali, Maha Guru pergi ke daerah U untuk menyebarkan Fa, malam itu ketika selesai mengadakan pertemuan, terpikir akan hal yang tidak dimengerti dari ajaran Yang Mulia Naropa, Dakini juga memberi isyarat kepada Maha Guru, maka Maha Guru pun ingin pergi lagi ke India untuk menghadap Maha Guru Naropa.”
“Setelah beberapa hari Maha Guru dari daerah U pulang kembali ke desa Drolo, pada suatu malam, saya mengalami sebuah mimpi, di dalam mimpi bertemu dengan seorang gadis muda yang berpakaian warna hijau, pakaian terbuat dari sutra, hiasan dekorasi dari tulang, di glabela [antar alis] dan di tengah-tengah pinggang juga ada dekorasi butir kuning, gadis itu berkata kepada saya: {Oh Anakku! Kamu telah berkultivasi dalam waktu lama, meskipun telah berhasil memperoleh lafalan Maha Shouyin untuk menjadi Buddha (Maha Shouyin ---- ---- Mahamndra, merupakan metode Fa paling tinggi Tantrayana yang berkultivasi Sutra Hati, pandangannya dan jalan kultivasinya sedikit mirip dengan aliran Zen di negara kita.), dan enam Fa hati utama (catatan: enam macam Fa pencapaian dari aliran Tantra, yaitu 1. Api Kasar, 2. Tubuh Jelmaan, 3. Kultivasi Mimpi, 4. Cahaya Terang, 5. Yin Tengah, 6. Transformasi Kesadaran); namun lafalan Fa ‘Pakai Lepas’ yang dalam sekejap mata menjadi Buddha (Fa Pakai Lepas ---- ---- biksu yang terbebas dari ambisi, dengan mengikuti lafalan ini dapat menggunakan jiwa kesadaran pindah ke dalam tubuh orang lain yang telah mati atau yang belum mati, maka disebut Fa ‘Pakai Lepas’.), kamu masih belum mendapatkannya?} Dalam hati berpikir, penampilan dan dandanan gadis ini, seperti Dakini, akan tetapi tidak tahu apakah aslinya Mara [iblis penggoda] atau bukan? Ataukah sungguh Dakini yang memberi isyarat? Akan tetapi tidak peduli bagaimana pun juga, Fa yang diketahui oleh semua Buddha di Tiga Dunia, semuanya juga diketahui oleh Maha Guru saya; lafalan di atas untuk menjadi Buddha, dan lafalan di bawah untuk menjinakkan tikus liar, semuanya juga dia tahu. Jika sungguh adalah isyarat dari Dakini, maka saya putuskan untuk memohon lafalan Fa ‘Pakai Lepas’. Dengan demikian saya pun memecahkan pintu gua, keluar dari gua, tiba di hadapan Maha Guru. Maha Guru berkata: {Ohh Anakku! Kamu kenapa tidak mengasingkan diri dengan tenang, keluar untuk apa? Sebenarnya kenapa keluar dari pengasingan? Hati-hati dengan gangguan iblis!}”
“Saya berkata: {Tadi malam dalam mimpi saya bertemu seorang gadis muda yang berkata bahwa saya seharusnya memohon Fa ‘Pakai Lepas’, tidak tahu apakah itu Mara atau bukan? Ataukah isyarat dari Dakini? Jika adalah isyarat, saya ingin memohon Anda mewariskan lafalan ‘Pakai Lepas’ kepada saya. Maha Guru terdiam sejenak lalu berkata: {Ini bukanlah Mara, melainkan isyarat dari Dakini; Ketika saya pulang dari India, Yang Paling Mulia Naropa menyinggung soal lafalan yang berhubungan dengan ‘Pakai Lepas’ ini, saya memohon Fa itu kepada Maha Guru, Maha Guru menyuruh saya pergi mencari kitab sutra; hasilnya kami berdua Guru dan murid sepanjang hari dan malam mencari-cari, kitab Fa ‘Migrasi’ yang berhasil dicari tidak sedikit jumlahnya, namun buku ‘Pakai Lepas’, pada akhirnya tidak berhasil dicari. Beberapa hari sebelumnya ketika saya berada di daerah U, juga dalam mimpi bertemu sebuah pertanda yang menyuruh saya pergi memohon Fa ini, pada saat yang sama juga masih ada sejumlah hal tentang lafalan yang kurang dimengerti yang ingin saya tanyakan kepada Maha Guru. Oleh karena itu saya putuskan pergi lagi ke India satu periode waktu untuk menghadap Maha Guru Naropa!} Setelah semua orang mendengarnya, semuanya membujuk Maha Guru agar tidak pergi, berkata: {Maha Guru, Anda yang kami hormati umurnya sudah tua, sebaiknya jangan pergi!} Maha Guru tidak mau mendengar, memperkuat tekad hati ingin pergi. Maka persembahan dari para pengikut, ditukar dengan semangkuk emas, dibawa di samping tubuh, lalu berangkat pergi ke India.”
“Saat ini tepat Yang Mulia Naropa sedang keluar menjalankan kultivasi. Maha Guru Marpa tidak memedulikan hidupnya sendiri pergi mencari dia, menggunakan berbagai macam cara untuk bertanya tentang dia, juga tidak berhasil menemukan. Akan tetapi karena dia memiliki pertanda bahwa dapat bertemu dengan Maha Guru Naropa, maka terus-menerus menetapkan hati untuk mencari. Kemudian pada akhirnya di sebuah hutan luas berhasil bertemu, maka mengundang Yang Mulia ke Puhlla Hari, untuk mewariskan Fa ‘Pakai Lepas’, Sang Pelajar Da Fan Naropa bertanya: {Kamu datang untuk memohon Fa ini, apakah kamu sendiri yang terpikir akan hal ini? Ataukah para Buddha memberi isyarat?}”
“Maha Guru Marpa berkata: {Bukan saya sendiri saya yang terpikir akan hal ini, juga bukan Dakini memberi isyarat. Adalah karena, saya memiliki seorang pengikut bernama Thopaga, Dakini memberi isyarat kepada dia, dia memohon Fa ini kepada saya, ini sebabnya saya barulah datang ke India.}”
“Yang Mulia Naropa berkata dengan terkejut: {Oh! Sungguh kesempatan yang jarang sekali! Di Tibet yang gelap ini, tak disangka akan terlahir seorang manusia besar semacam ini, sungguh seperti matahari menyinari gunung es.} Sambil berkata demikian dua tangan melakukan Heshi, dengan hormat diletakkan di atas kepala, lalu bernyanyi:”
“{Di tengah kegelapan belahan utara, bagai matahari menyinari gunung es; gelar nama dia adalah Thopaga, saya sepenuh hati memberi hormat.}”
“Selesai bernyanyi, mengatupkan tangan dan menutup mata, menghadap ke utara dan bersujud menyentuhkan kepala ke tanah, memberi hormat tiga kali; pohon-pohon di hutan pegunungan sekitarnya, juga bersama-sama menghadap ke utara membungkukkan badan menganggukkan kepala tiga kali. Hingga saat ini gunung dan pohon di wilayah Puhlla Hari masih seperti membungkukkan badan menganggukkan kepala ke arah utara yaitu Tibet.”
“Demikianlah Yang Mulia Naropa pun mewariskan lafalan Dakini dan Fa ‘Pakai Lepas’ seluruhnya kepada Maha Guru Marpa.”
“Yang Mulia Naropa demi mengamati Sebab-Musabab [Yuan], telah menampilkan altar di udara. Maha Guru Marpa terlebih dahulu memberi hormat kepada Yidam altar ini, namun bukan memberi hormat kepada Maha Guru Naropa terlebih dahulu; Maha Guru Naropa pun mendapat pertanda, tahu bahwa pewaris keturunan Marpa tidak akan bertahan lama, namun pengikut yang mewarisi Fa dan misi dia, sebaliknya bagaikan sungai besar yang tiada ujungnya, akan bertahan lama mendiami duniawi.”
“Setelah Maha Guru Marpa memperoleh Fa, lalu pulang kembali ke Tibet.”
“Dikarenakan Sebab-Musabab [Yuan] Maha Guru Marpa di saat melakukan upacara, putra dia Darma Dode meninggal di usia muda. Ketika hari peringatan tahunan meninggalnya dia, para pengikut berkumpul, ada beberapa pengikut utama bertanya kepada Maha Guru Marpa: {Oh Maha Guru yang tidak ada bedanya dengan semua Buddha di Tiga Dunia! Karena kami para makhluk tidak memiliki banyak keberuntungan dan De, maka penampilan Anda juga telah menua; mulai sekarang metode ajaran Kagyu [lisan] bagaimana diperluas, misi penyebaran Fa untuk menyelamatkan kehidupan yang dilakukan kami para pengikut -- di kemudian hari harus bagaimana?: Mohon Anda ---- ---- memberi petunjuk kepada kami!}”
“Maha Guru berkata: {Ajaran Kagyu Naropa dari saya, tak peduli itu dilihat dari pertanda mimpi ataupun Sebab-Musabab [Yuan], juga akan tumbuh berkembang gemilang; Yang Mulia Naropa sendiri juga ada memberi isyarat yang sangat baik. Kalian pulanglah terlebih dahulu untuk berdoa agar diberi mimpi, besok datang lagi memberitahu saya pertanda dari mimpi kalian.} Esok harinya, setiap pengikut mengungkapkan pertanda dalam mimpinya, pertanda mimpi dari semua orang walaupun sangat baik, namun masih tidak dapat sepenuhnya menyesuaikan diri dengan isyarat yang didapat.”
“Saya pun tiba di hadapan Maha Guru, mimpi tentang empat pilar besar dalam alam mimpi -- saya secara mendetail melaporkannya kepada Maha Guru.”
“Setelah Maha Guru Marpa mendengarnya, senangnya bukan main, dan berkata: {Pertanda mimpi yang bagus sekali! Dakmema tolong persiapkan makanan terbaik dan pertemuan!} Setelah Shimu mempersiapkan pertemuan dan makanan, para pengikut utama pun berkumpul ikut serta dalam pertemuan itu. Maha Guru berkata: {Mila Sang Bendera Vajra malam kemarin mengalami sebuah mimpi seperti ini, sungguh kesempatan yang jarang sekali!} Para pengikut utama pun memohon kepada Maha Guru untuk menjelaskan pertanda mimpi ini, Maha Guru dengan senang hati memenuhi permintaan itu, lalu menyanyikan sebuah lagu menjelaskan mimpi kepada semua hadirin.”
“Selesai Maha Guru Marpa bernyanyi, semua pengikut utama yang hadir tumbuh rasa suka cita yang tak terhingga.”
“Demikianlah Maha Guru membuka lebar harta lafalan kepada pengikut utama, di siang hari membabarkan Fa kepada pengikut, di malam hari memimpin para pengikut menjalankan kultivasi; semua orang dipenuhi rasa bahagia, tumbuh berkembang mendapat pencerahan.”
“Pada suatu malam, ketika Maha Guru mewariskan Guanding Anatmata [sumber kecukupan] kepada semua pengikut -- terpikir: {Saya menyesuaikan Yinyuan periode waktu masing-masing pengikut, secara berbeda mewariskan Fa utama}. Menjelang fajar besok, di tengah fajar Maha Guru demi para pengikut utama ---- ---- mengamati Sebab-Musabab [Yuan] mereka, tahu bahwa Ngokton Chodor di daerah U berperan menyebarluaskan Fa utama Hevajra; Meton dari daerah Tsangrong harus berkultivasi Fa pencapaian Cahaya Terang (catatan: salah satu dari enam jenis Fa pencapaian, malam hari berkultivasi Fa Cahaya Terang untuk mencapai Kosong, menggunakan kegelapan tanpa cahaya sebagai jalan Fa.) Tshurton Ouangnye dari daerah Dol harus berkultivasi Fa pencapaian Phowa (juga salah satu dari enam Fa, metode Fa Jingtu dari aliran Tantra.); saya kemudian harus berkultivasi Fa pencapaian Api Kasar (dasar dari enam Fa, untuk mengultivasikan ambisi hingga menyatu dengan Fa, dapat mentransformasikan kesadaran karma dan Qi karma menjadi kebijaksanaan dan cahaya terang.), selain itu di kemudian hari masing-masing memiliki Yinyuan dan misi periode waktu yang berbeda-beda.”
“Setelah Maha Guru mengamati secara demikian, lalu mengajari Lama Ngokton kegunaan dari Enam Pintu Empat Wujud dan perhiasan Yirumoni (Enam Pintu Empat Wujud), menjelaskan isi lafalan Anatmata, juga menganugerahkan enam dekorasi Naropa, segel batu ruby, sendok Homa, beserta catatan dari kumpulan gulungan sutra berbahasa Sanskrit, dan mendorong dia menggunakan metode Fa ini untuk menyebarluaskan Fa Buddha.”
“Untuk Tshurton Ouangnye dari daerah Dol, diajarkan untuk menggunakan Kaiding [membuka ubun-ubun] ‘transformasi’ (catatan: tanda pencapaian Transformasi Kesadaran). Fa ini bagaikan burung terbang di udara, bahkan menganugerahkan rambut, kuku dari Naropa, pil embun manis, dekorasi kepala lima Buddha dan lain-lain, meminta dia menggunakan ‘Fa migrasi’ (disebut Fa Transformasi Kesadaran) untuk menyelamatkan semua makhluk.”
“Untuk Meton dari daerah Tsangrong -- diajarkan untuk menggunakan nyala lampu di kegelapan dari Fa pencapaian Cahaya Terang, bahkan dianugerahi bel, genderang kecil milik Vajra Naropa, dan Tianlinggai [lit: payung roh Langit], mendorong dia untuk bekerja keras menguasai ‘Fa pencapaian Yin Tengah’.”
“Kemudian saya diajarkan untuk menggunakan Fa pencapaian Api Kasar yang bagaikan minyak terbakar api, menganugerahkan topi dari Yang Mulia Maitripa dan pakaian dari Maha Guru Naropa, dan berkata kepada saya: {Kamu harus menjalankan kultivasi di pegunungan tinggi bersalju.}”
“Selesai Maha Guru memberi petunjuk dan membabarkan Fa, para Lama senior maupun junior berdatangan untuk ikut serta dalam pertemuan, satu per satu mengambil tempat duduk. Maha Guru berkata: {Saya telah mewariskan lafalan sesuai dengan Yinyuan periode waktu kalian masing-masing, kalian setiap orangnya harus menyebarkan Fa sesuai dengan Yinyuan masing-masing, di kemudian hari misi menyebarkan Fa warisan kalian akan tumbuh berkembang cemerlang. Putra saya Darma Dode sudah meninggal, saya sekarang telah mewariskan lafalan dari pewarisan ayah anak serta pewarisan Jiachi semuanya kepada kalian. Kalian harus gigih maju, pasti akan berhasil menjalankan misi besar!”
“Setelahnya, para pengikut utama semuanya kembali ke tempat masing-masing. Maha Guru lalu berkata kepada saya: {Kamu tinggallah di tempat saya ini beberapa tahun lagi, saya masih akan mewariskan kepada kamu Guanding dan lafalan khusus, kesadaran dan pembuktian pemahaman kamu juga harus dibuat pilihan di depan Maha Guru, kamu bergegaslah pergi mengasingkan diri!} Dengan demikian saya pun pergi ke gua Dzangpuhk Drok yang diisyaratkan oleh Naropa untuk berkultivasi memasuki Ding.”
“Maha Guru bersama istri sering kali mengantar makanan mereka sendiri dan barang-barang bagus dari pertemuan kepada saya, mereka sangat berbelas kasih kepada saya.”
(Bersambung)
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org
Kategori: Kisah Milarepa