(Minghui.org) Praktisi Falun Gong di Korea Selatan mengadakan serangkaian acara di Seoul pada tanggal 20 Juli, untuk meningkatkan kesadaran terhadap penganiayaan Falun Gong di Tiongkok. Pada hari yang sama 19 tahun yang lalu, rezim komunis Tiongkok meluncurkan penganiayaan brutal terhadap Falun Dafa, termasuk fitnahan yang menyebar dari mesin propaganda negara dan agen keamanan baru yang berdedikasi untuk melakukan eksekusi penganiayaan yakni: Kantor 610.

“Mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin mengklaim bahwa dia akan memusnahkan Falun Gong dalam tiga bulan ketika penganiayaan dimulai pada tahun 1999. Dia memerintahkan Kantor 610 untuk ‘menghancurkan finansial praktisi Falun Gong, menghancurkan reputasi mereka, dan menyingkirkan fisik mereka,’” jelas Wu Shilie, juru bicara Himpunan Falun Dafa Korea.

Penganiayaan ini telah menewaskan 4000 lebih praktisi. Rezim komunis Tiongkok bahkan membunuh praktisi Falun Gong untuk organ mereka demi keuntungan -- sebuah kejahatan yang belum pernah terjadi di planet ini,” dia melanjutkan. “Terlepas dari kebohongan propaganda negara untuk membenarkan penganiayaan, praktisi Falun Gong tetap teguh. Falun Gong bahkan menyebar ke lebih dari 100 negara dan wilayah di seluruh dunia, dan memberikan harapan pada semuanya.”

Praktisi di Soul melakukan peragaan latihan Falun Gong pada pagi hari tanggal 20 Juli, sebagai acara pertama dari serangkaian acara di hari itu

Wu Shilie, Juru bicara Himpunan Falun Dafa Korea, berbicara di rapat umum.

Praktisi Falun Gong mengenang mereka yang kehilangan nyawa akibat penganiayaan.

Peragaan latihan Gong, rapat umum, pawai, nyala lilin malam, dan “Festival Film Hak Asasi Manusia” menjadi pengisi kegiatan ini. Pawai dengan rute sepanjang 3,8 kilometer (sekitar 2,5 mil) melalui area utama kota termasuk Stasiun Seoul, Namdaemun, Myeongdong, dan Balai Kota.

Pawai praktisi Falun Gong melalui pusat Kota Seoul pada tanggal 20 Juli 2018.

Penonton asal Tiongkok: Falun Gong Adalah Satu-satunya Harapan

Wang Rui, seorang wisatawan asal Tiongkok berkata, “Media yang dikuasai oleh pemerintah komunis di Tiongkok, penuh dengan kebohongan. Rakyat tidak memiliki kebebasan agama. Kuil Buddhis dan Tao yang seharusnya menjadi tempat tenang untuk berkultivasi, telah berubah menjadi tempat pencetak uang. Masyarakat Tiongkok membusuk dari akarnya. Jika orang tidak memiliki keyakinan, mereka tidak punya lagi harapan.”

“Hanya Li Hongzhi (pendiri Falun Gong) yang mampu membantu orang menjadi baik dari dalam diri. Falun Gong hanya satu-satunya harapan dan Li Hongzhi adalah penyelamat manusia,” ucap Wang. Dia memberitahu bahwa ia sampai pada kesimpulan ini karena ia mengikuti perihal Falun Gong sejak penganiayaan dimulai.

Chen Jie dan Zhang Jie adalah pelajar asal Tiongkok yang belajar di Korea. Mereka terkejut melihat pawai ini. “Kami tidak dapat melihat ini di Tiongkok,” kata mereka. Mereka juga mengundurkan diri dari organisasi komunis.

“Ayah saya masih berlatih Falun Gong. Keyakinannya tidak pernah goyah. Kalau saja dia ada di sini melihat pawai dengan mata kepalanya sendiri!” kata seorang wisatawan dari Provinsi Henan. Dia terharu saat menyaksikan pawai ini.

Dia melanjutkan, “Ayah saya adalah pria yang sangat baik. Karena keyakinannya, polisi sering datang ke rumah kami berkali-kali untuk menangkapnya. Saya tinggal dalam ketakutan; saya tidak tahu apakah suatu hari saya akan kehilangan ayah lagi. Tetangga kami tidak mengetahui fakta penganiayaan karena kebohongan dari propaganda pemerintah. Mereka acuh tak acuh terhadap kami.”

Penonton Korea Mendukung Diakhirinya Penganiayaan

Warga Seoul, Park Longhai mengamati pawai dan membaca spanduk. Dia berkomentar, “Membunuh orang untuk organ mereka sungguh kejahatan yang tidak bisa di ampuni. Semua yang melakukan hal ini seharusnya bertanggung jawab.” Dia berharap bahwa kekejaman ini akan segera berakhir. Dia juga melihat bahwa meski penganiayaan ini brutal, namun prosesi pawai ini berlangsung “damai, tenang, dan mengharukan.”

Pengusaha Zhao Chengji sering bepergian ke Tiongkok dan Korea. Dia mengaku mengetahui penganiayaan di Tiongkok, dan dia merasa bahwa acara-acara serupa di seluruh dunia akan membantu mengakhiri penganiayaan. “Praktisi yang berada di acara ini sungguh luar biasa!” serunya.

Praktisi Menyerukan diakhirinya Penganiayaan

Kim Xianzhen, seorang praktisi Falun Gong dari Busan ikut berpartisipasi dalam acara untuk meningkatkan kesadaran penganiayaan dan membantu mengakhirinya.

Park Junhuan bekerja di Korporasi Bantuan Hukum Korea. Dia mulai berlatih Falun Gong pada bulan Agustus 1999. “Saya ikut berpartisipasi di acara ini dengan hati yang berat. Penganiayaan berlangsung selama 19 tahun terakhir. Saya harap semua orang yang berhati baik di dunia dapat bekerja sama untuk mengakhiri penganiayaan.”

Nyala lilin malam pada tanggal 20 Juli 2018 mengenang praktisi yang meninggal akibat penganiayaan.

Festival film mempersembahkan dua film tentang penganiayaan Falun Gong berjudul: “Letter from Masanjia” dan “Transcending Fear.”