(Minghui.org) Seorang wanita berusia 68 tahun di Kota Dongying, Provinsi Shandong tiba-tiba muntah darah dan pingsan saat memasak untuk keluarganya pada 19 Oktober 2019. Dia dinyatakan meninggal di rumah sakit.

Kematian tragis Ren Guohua mengakhiri cobaan berat selama dua dekade karena menolak melepaskan kepercayaannya pada Falun Gong, disiplin jiwa-raga yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak 1999.

Tahun sebelum kematiannya, Ren terakhir ditangkap pada Oktober 2018 karena terlihat berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong dan kemudian diganggu di rumah oleh polisi setelah dia dibebaskan dengan jaminan.

Polisi juga menyerahkan kasusnya ke kejaksaan, yang meneruskannya ke Pengadilan Distrik Dongying. Hanya beberapa minggu sebelum kematian Ren, seorang anggota staf dari pengadilan mengancam akan segera menghukumnya.

Ren hidup dalam ketakutan dan sulit untuk mengatasinya. Mental stres akhirnya berdampak pada kesehatan dan akhirnya merenggut nyawanya.

Sebelum penangkapan terakhirnya, Ren ditangkap pada April 2011 karena mendistribusikan materi informasi di Provinsi Xinjiang saat mengunjungi kerabat di sana. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun di Penjara Wanita Urumqi dan dibebaskan pada 1 November 2014.

Ren ditangkap lagi dua tahun kemudian ketika berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong di pasar petani pada 14 Oktober 2016. Polisi menggeledah rumahnya dan memeras 5.000 yuan darinya.

Saat menginterogasinya, polisi berusaha mengikatnya ke kursi. Ketika dia menolak untuk patuh, mereka menyeret dan menendangnya. Seorang petugas mencekoknya dengan air. Dia hampir mati lemas.

Petugas lain menampar wajahnya. Wajahnya masih bengkak satu bulan kemudian dan dia juga menderita sakit kepala.

Polisi menahannya, sementara putrinya menjalani operasi besar. Mereka juga memerintahkan Ren untuk melapor kepada mereka sekali setiap minggu setelah dia dibebaskan.