(Minghui.org) Bibi kedua memberi kami kue beras ketan dalam bungkusan kedap udara sebelum Tahun Baru Imlek. Saya tidak menemukan tanggal kedaluwarsanya. Saya meminta suami untuk menanyakan tanggal kedaluwarsa kepada bibi dan apakah tidak apa-apa untuk menyimpannya selama beberapa hari sebelum memasaknya. Bibi tahu saya tidak berada di rumah ketika suami bertanya padanya, jadi dia mengeluh, “Dia terlalu memperhatikan tanggal kedaluwarsa! Saya harus berhati-hati di lain waktu jika memberikan sesuatu kepadanya.”

Saya merenungkan apa yang diucapkan bibi tentang diri saya. Saya tidak ingat kapan saya mulai menaruh perhatian pada tanggal kedaluwarsa. Ketika masa kecil, makanan tidak diberi label tanggal kedaluwarsa. Kami makan apa pun yang tidak berbau buruk atau rasa yang buruk. Kami bahkan tidak memikirkannya, namun kami baik-baik saja. Sekarang semua bungkusan makanan diberi label tanggal kedaluwarsa, kami membuang makanan yang sudah kedaluwarsa. Sementara itu, makanan di Tiongkok memiliki segala macam masalah, seperti bahan berbahaya yang berlebihan, residu pestisida jauh di atas tingkat keamanan, zat aditif yang tidak disetujui, dan lain-lain. Makanan itu berbahaya bagi orang bahkan sebelum tanggal kedaluwarsa. Selain itu, kami selalu mendengar jenis makanan apa yang memiliki gizi apa. Saya sepenuhnya percaya pada semua informasi ini.

Apa yang membuat saya terikat pada informasi itu? Saya menyadari itu disebabkan kepercayaan yang membuta pada ilmu pengetahuan. Saya telah memperlakukan ilmu pengetahuan sebagai kebenaran dan percaya apa pun yang dikatakan kepada saya, dan akhirnya mengukur segala sesuatu dengan informasi ilmiah tanpa berpikir.

Saya mengemukakan topik ini dengan rekan-rekan praktisi. Mereka menunjukkan penyebab lainnya. Kita melindungi diri sendiri, jadi kita menaruh perhatian khusus terhadap apa pun yang akan memberikan manfaat kepada diri kita.

Guru telah memberitahu kita:

“Lagi pula ilmu pengetahuan ini ia berkembang terbatas pada suatu lingkup, dia memberi tanda bingkai pada ilmu pengetahuan sendiri. Dengan demikian lalu terjadi suatu kondisi apa? Dia tidak berani mengakui segala yang diluar ilmu pengetahuan positivisme, ini adalah paling menakutkan, bagi manusia adalah paling menakutkan. Mengapa? Anda sekalian pikirkan, ilmu pengetahuan ia sangat dangkal, menggunakan perkataan ilmuwan sendiri mengatakan bahwa masih belum begitu berkembang. Manusia sekarang sangat mempercayainya, menganggapnya sebagai suatu kebenaran yang absolut. Pemahaman ini termasuk banyak teori dalam masyarakat sekarang dan agama Barat, tidak perduli apakah agama Katolik ataupun agama Kristen, yang sungguh-sungguh anda percayai bukanlah Tuhan kalian, yang sungguh-sungguh kalian percayai adalah ilmu pengetahuan. Perkataan ini telah mengena hingga ke tulang sumsum kalian, yang sungguh-sungguh kalian percayai adalah ilmu pengetahuan. Sedangkan agama kalian hanya suatu formalitas permukaan, sudah menjadi tindakan peradaban manusia.” (“Ceramah Fa pada Konferensi Fa di Eropa”)

Saya mulai menyadari bahwa saya tidak mengubah mentalitas dasar saya meskipun telah berkultivasi selama 22 tahun. Saya baru saja menemukan akarnya dan memahami mengapa saya tidak mampu memiliki pikiran lurus yang kuat sepanjang waktu. Itu disebabkan oleh pikiran saya yang terkungkung dalam kerangka ilmu pengetahuan yang diatur oleh kekuatan lama.

Menelusuri keterikatan saya pada tanggal kedaluwarsa telah memungkinkan saya melihat pola pikiran saya yang mengikuti ilmu pengetahuan empiris dari pada pikiran lurus seorang kultivator. Saya menuliskannya dengan harapan rekan-rekan praktisi yang seperti saya akan dapat membuang prinsip-prinsip palsu dari ilmu pengetahuan dan benar-benar percaya pada Guru dan Dafa.