(Minghui.org) Putri Dong Weixing mendapatkan pukulan berat saat ayahnya ditangkap lagi pada tanggal 10 Oktober 2020 karena keyakinannya pada Falun Gong. Masih dalam tahap penyembuhan dari trauma menyaksikan penangkapan-penangkapan sebelumnya terhadap ayahnya, si gadis muda ini pergi ke kantor polisi setempat setiap hari, menangis untuk ayahnya. Polisi menghadang dia dari luar dan mengintimidasinya.

Dong, seorang guru sekolah di Kabupaten Yitong, Provinsi Jilin, telah menjadi subjek penangkapan dan penahanan terus menerus sejak Juli 1999, saat rejim komunis Tiongkok memerintahkan penganiayaan terhadap keyakinanya. Tidak bisa menahan tekanannya, istrinya menceraikannya. Dia diberikan hak asuh atas putri mereka, Dong Ke.

Dong Ke tumbuh besar menyaksikan bagaimana polisi berkali-kali menangkap dan memukuli ayahnya, begitu juga dengan penggeledahan rumah mereka. Dia menderita tekanan mental dan dirawat di rumah sakit jiwa beberapa kali. Meski dia sudah berusia 20an sekarang, dia tidak bisa bekerja dan minum obat anti cemas setiap harinya.

Diberitakan bahwa polisi menarget Dong karena melayangkan tuntutan terhadap Jiang Zemin pada tahun 2015, mantan kepala rejim komunis yang memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong 1999.

Dong ditangkap di rumah pada tanggal 15 Desember 2015, setelah polisi menemukan berkas tuntutannya. Mereka menggeledah tempat dia dan menyita tiga buah komputer, sejumlah speaker, buku-buku Falun Gong, dan barang-barang pribadi lainnya. Salah seorang petugas merekamnya, saat dia ditahan di atas lantai dengan kedua tangan diborgol.

Polisi lalu membawa Dong ke kantor polisi, memborgol dia ke sebuah kursi, dan menginterogasinya. Meski polisi membebaskan Dong setelah menahannya selama sepuluh hari, mereka menargetnya lagi lima tahun kemudian dengan kasus yang sama.

Dong kini ditahan di Pusat Penahanan Kabupaten Yitong. Dia kini sedang menghadapi proses penunutan karena polisi telah melimpahkan kasusnya ke Kejaksaan Kabupaten Yitong.