(Minghui.org) Sambil berbaring di sofa, anda bisa membeli hampir semua barang yang ada melalui aplikasi di ponsel hanya dengan sentuhan jari. Belanja daring telah menjadi sangat populer, dan banyak produk sering kali lebih murah dengan pengiriman gratis.

Berbelanja itu sendiri merupakan aktivitas sehari-hari. Namun, jika praktisi tidak mendisiplinkan diri, mudah bagi praktisi untuk diganggu oleh daya pikat kenyamanan ini.

Guru Li Hongzhi berkata,

“Tadi telah saya sampaikan, itu adalah hantu mengacaukan dunia, berupa sebuah pusaran yang mengaduk orang masuk ke dalamnya, ingin agar seluruh umat manusia teraduk masuk ke dalam, untuk memusnahkan umat manusia!” (“Ceramah Fa pada Konferensi Fa di New York 2016”)

Saya sebelumnya mengira yang dimaksud oleh Guru adalah aplikasi seperti WeChat, permainan video, dan situs web berbahaya lainnya. Saya sekarang percaya belanja daring sama saja. Untuk mengontrol kebiasaan belanja yang berlebihan, saya tidak melakukan deposit ke rekening bank daring saya. Tetapi saya masih memanjakan diri dalam membeli barang-barang yang bahkan tidak terlalu saya butuhkan.

Melihat ke belakang, saya menyesali betapa banyak waktu yang terbuang.

Memang nyaman dan lebih murah untuk membeli beberapa kebutuhan untuk anak saya, tapi begitulah kebiasaan berbelanja saya dimulai. Ada begitu banyak pilihan, harga bersaing, dan model terbaru. Saya tidak bisa berhenti berbelanja dan menghabiskan waktu yang bisa digunakan untuk belajar Fa.

Untuk menghemat waktu, saya memutuskan untuk berbelanja hanya pada saat saya makan. Namun itu tidak berhasil, karena saya segera kembali ke kebiasaan lama.

Saya baru-baru ini merasa mengantuk setelah hanya membaca dua halaman Zhuan Falun. Saya mengambil ponsel saya tanpa memikirkannya dan mulai berbelanja daring lagi.

Guru berkata,

“Manusia masa kini tidak dapat membedakan dengan jelas ketika menampilkan suatu perilaku, itu berasal dari pikiran sendiri atau dikendalikan oleh unsur negatif. Dilihat secara permukaan segala perilaku anda sangat wajar, anda bahkan merasa sumber pikiran anda juga sangat wajar, anda tidak dapat membedakan dengan jelas mana yang benar-benar adalah hasil pikiran anda sendiri, mana yang dikendalikan oleh unsur eksternal, dia sedang mengarahkan nafsu keinginan anda, memikat berbagai kecanduan anda, tak peduli apa yang anda gemari. Xiulian di dalam sebuah lingkungan seperti ini, betapa sulitnya. Terlampau sulit, benar-benar sangat sulit!” (“Ceramah Fa pada Konferensi Fa Peringatan 25 tahun Penyebaran Dafa”)

Saya berpikir untuk melepaskan keterikatan ini dengan tidak menggunakan ponsel saya. Namun, saya harus memindai kode keamanan di supermarket, bank, dan tempat-tempat lainnya, jadi tidak menggunakan ponsel bukanlah pilihan. Guru berkata, “Jika hati anda tidak dapat melepas, anda tidak akan sanggup melepas apa pun.” (Ceramah 6, Zhuan Falun)

Saya juga membeli ebook, I-pad, dan MP3 yang berbeda. Saya merasa saya terlalu memperhatikan pada barang-barang mewah ini. Akibatnya, saya memiliki lebih sedikit waktu untuk belajar Fa dan melakukan latihan. Ini mirip dengan analogi "mangkuk pengemis terbuat dari emas" vs. "mangkuk pengemis terbuat dari batu giok." yang disebutkan Guru.

Saya teringat "Kisah Xiulian Buddha Milarepa". Ketika Buddha Milarepa berkultivasi di tebing gua Drakar Taso, dia menyanyikan sebuah lagu Ikrar Sumpah:

Sebelum saya bisa membuktikan Jalan, bersumpah selamanya tinggal di sini; walaupun kedinginan dan mati kelaparan, tidak mencari pakaian dan makanan.

Walau mengalami sakit hingga mati, tidak turun gunung mencari tabib; walau menahan penderitaan membahayakan nyawa, tidak turun gunung mencari obat.

Bahkan dalam sekejap mata pun, tidak menggunakan tubuh berwarna ini, untuk mengejar kepentingan duniawi; hanya mengandalkan Tubuh Mulut Pikiran, berjuang mencapai status Sang Sadar.

Berdoa memohon Maha Guru terhormat, semua Buddha di sepuluh penjuru; agar memberi anugerah maha Jiachi, agar sumpah ini tidak dilanggar.

Berdoa memohon kepada Maha Dakini, dan kepada para pelindung Fa; membantu saya menggunakan jodoh baik, agar sumpah ini berhasil diwujudkan.

Beliau kembali lanjut bersumpah: “{Saya bila tidak berhasil mencapai kesempurnaan, tidak melahirkan pembuktian kemenangan, walaupun mati kelaparan juga tidak akan turun gunung untuk mencari makan, mati kedinginan pun tidak akan turun gunung untuk meminta pakaian, mati karena penyakit pun tidak akan turun gunung untuk mencari obat. Memutuskan untuk melepas total kehidupan ini dan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia sekuler. Tiga karma tidak tergerak (karma Tubuh, karma Mulut, karma Pikiran disebut tiga karma, Tubuh Mulut Pikiran tidak tergerak oleh segala godaan, nama kunonya adalah tiga karma tidak tergerak), sepenuh hati menjalankan kultivasi menjadi Buddha, memohon kepada Maha Guru dan para Yidam Jalan Kosong untuk memberi perlindungan Fa dan Jiachi agar sumpah ini bisa berhasil. Jika melanggar sumpah ini, daripada meninggalkan sebuah tubuh manusia yang tidak berkultivasi Fa Ortodoks, masih lebih baik segera mati. Oleh karena itu jika saya melanggar sumpah maka mohon para pelindung Fa di samudra luas segera mencabut nyawa saya. Setelah saya mati, masih harus memohon Maha Guru dan para Yidam untuk memberi Jiachi agar bisa bereinkarnasi dalam sebuah tubuh manusia yang bisa berkultivasi Fa Ortodoks.” (“Kisah Xiulian Buddha Milarepa (8)”)

Tentu saja, kita hidup di antara manusia biasa, jadi kita tidak perlu berkultivasi seperti Buddha Milarepa. Tetapi persyaratannya mungkin lebih tinggi. Kita harus melepaskan keterikatan kita pada kepentingan materi. Terlebih lagi, kita sekarang berada dalam masa kritis pelurusan Fa. Kita harus menghargai waktu untuk berkultivasi dan menyelamatkan orang. Saya bisa memanfaatkan setiap saat untuk berkultivasi dengan rajin pada awalnya, tetapi belakangan ini saya mengendur.

Mari kita mengingat artikel Guru yang baru-baru ini tentang tetap teguh selama masa kritis ini:

“Shifu mengatakan sepatah kata lagi, kalian setiap saat berada di jalur Xiulian, setiap saat adalah saya yang mengurus kalian. Jangan diri sendiri mencari gangguan, tempuhlah dengan baik jalan terakhir yang tidak banyak tersisa.” (“Menghardik Lagi”)