(Minghui.org) Selama 20 tahun terakhir di Tiongkok, praktisi Falun Gong – sebuah sistem meditasi berdasarkan prinsip Sejati-Baik-Sabar – telah ditangkap, dipenjara, disiksa, atau bahkan dibunuh karena keyakinan mereka.

Sebanyak 4.363 praktisi dipastikan telah meninggal akibat penganiayaan. Karena blokade informasi rezim komunis Tiongkok, jumlah korban sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi daripada yang dikonfirmasi.

Banyak dari kematian ini telah dicap sebagai bunuh diri oleh rezim. Artikel ini menyajikan tiga kasus seperti itu.

Seorang Pria dengan tinggi badan 172 cm yang Menggantung Diri pada Kusen Pintu Setinggi 160 cm

Zuo Zhigang, seorang pria berumur 33 tahun dari Kota Shijiazhuang, Provinsi Hebei, ditangkap pada 30 Mei 2001 – sehari sebelum pernikahannya. Dia dikirim ke Kantor Polisi Xinghuajie. Sore berikutnya, keluarganya diberi tahu bahwa Zuo “telah gantung diri dengan sebuah kaos.”

Zuo Zhigang ditangkap dan meninggal sehari sebelum pernikahannya.

Sebagai seorang insinyur listrik yang sukses, sulit untuk membayangkan bahwa seorang pemuda dengan masa depan yang menjanjikan akan melakukan bunuh diri tepat sebelum hari pernikahannya.

Selain itu, di krematorium, anggota keluarganya juga mengamati luka aneh di tubuhnya: selain luka tipis, panjang di kedua sisi leher, ada dua luka di punggungnya sekitar satu inci terpisah, dikelilingi oleh memar ungu besar. Anggota keluarga juga menemukan luka di kepala dan wajahnya, yang berpotensi mengindikasikan luka berat akibat benda tumpul. Telinga kanan Zuo juga berubah menjadi kebiruan.

Setelah mendengar bahwa Zuo telah menggantung diri di kusen pintu setinggi 160 cm, ayahnya sangat marah dan bertanya, “Anak saya kuat dan sehat. Terlebih lagi, tingginya 172 cm! Bagaimana mungkin dia gantung diri di sini dengan sebuah kaos?!”

Otopsi oleh Kejaksaan Shijiazhuang berlangsung singkat dan tidak ada penyebab kematian yang teridentifikasi. Pejabat memblokir keluarga Zuo dari akses hasil otopsi dan malah mendesak mereka untuk mempercepat proses kremasi.

Mati Tergantung Saat Duduk

Xi Zhimin (pria) adalah seorang praktisi Falun Gong di Kota Suining, Provinsi Sichuan yang berusia 55 tahun. Setelah ditangkap pada Januari 2002 karena keyakinannya, ia dikirim ke Kamp Kerja Paksa Xinhua. Pada Juli 2003, Xi menelepon keluarganya dengan mengatakan bahwa ia sehat dan akan kembali ke rumah pada bulan Oktober.

Xi Zhimin

Namun, kabar baik ini tidak bertahan lama. Hanya beberapa hari setelah panggilan telepon itu, keluarga Xi diberi tahu oleh kamp kerja paksa bahwa Xi telah melakukan “bunuh diri.” Setelah mereka tiba di kamp kerja paksa, keluarga harus menunggu sepanjang hari sebelum mereka diizinkan masuk ke kamar mayat.

Istri dan putranya dikejutkan oleh kesedihan setelah melihat tubuh Xi, dan mereka hampir kehilangan kesadaran pada keadaan yang menyedihkan itu.

Memar seukuran telapak tangan yang tak terhitung jumlahnya menutupi tubuh, sementara noda darah yang pekat mengalir dari leher ke telinga. Kepala Xi ditutupi oleh kain kasa. Ketika anggota keluarganya bertanya apa yang terjadi, seorang petugas mengatakan memar itu “normal” dan bahwa Xi gantung diri dengan kain kasa saat duduk di kamar mandi.

Keluarga berencana untuk meminta dua pasien lain di ruangan yang sama untuk rincian lebih lanjut, tetapi keduanya menghilang tanpa penjelasan. Permintaan keluarga untuk mengakses catatan medis Xi juga ditolak.

Petugas mengkremasi tubuh Xi tanpa persetujuan keluarganya. Mereka juga mengancam keluarga untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang hal ini dan melarang praktisi Falun Gong menghadiri pemakaman Xi.

Bunuh Diri Seorang Ibu Menyusui Berusia 29 Tahun

Wu Jingxia (wanita), adalah seorang praktisi di Kota Weifang, Provinsi Shandong yang berusia 29 tahun. Ketika membagikan materi Falun Gong pada 16 Januari 2002, dia ditangkap dan ditahan di pusat pencucian otak. Dua hari kemudian, keluarganya diberi tahu tentang kematiannya pada tanggal 18 Januari.

Wu Jingxia meninggal saat berusia 29 tahun

Wu Jingxia dan bayinya

Meskipun pejabat mengklaim Wu melakukan bunuh diri, keluarganya sangat meragukan klaim itu karena Wu masih dalam masa menyusui untuk bayinya yang berusia 15 bulan. Dari tubuhnya, anggota keluarga juga melihat penjaga telah menyetrumnya beberapa kali pada payudara, salah satu area tubuh yang paling sensitif. Meskipun wajahnya ditutupi oleh kertas toilet, kertas toilet itu benar-benar basah oleh darah. Ada memar di punggungnya dan luka di lehernya.

Ketika mendandani tubuhnya dengan pakaian pemakaman, seorang anggota keluarga memperhatikan bahwa tulang pinggulnya patah dan tulangnya terlihat.

Mirip dengan kasus-kasus di atas, para pejabat mengkremasi tubuh secara paksa. Selain itu, anggota keluarga Wu dilarang meninggalkan rumah mereka, dan orang luar tidak diizinkan untuk mengunjungi keluarga. Desa mereka juga dijaga oleh polisi.

Laporan terkait dalam bahasa Inggris:

Practitioners Killed by Officials to Cover Up Their Acts of Violence

Supplemental Information About the Murder of Dafa Practitioner Wu Jingxia from Weifang City, Shandong Province

Related Article in Chinese:

四川法轮功学员席志敏被绵阳新华劳教所