(Minghui.org) Kaisar Wu dari Dinasti Han mempunyai talenta luar biasa dan visi yang hebat. Selama pemerintahannya, wilayah Dinasti Han meluas dua kali lipat, dan reputasinya yang baik menyebar jauh dan luas. Khususnya Dinasti Han mengadopsi ajaran Konfusius sebagai ideologi dan kode etik negara, membuat ajaran Konfusius sebagai pikiran dari sekolah yang ortodok di sejarah Tiongkok sejak itu.

Tetapi akibat dari peperangan beberapa tahun dan pekerjaan konstruksi skala besar yang sembrono pada akhir Kaisar Wu, kas negara menjadi hampir kosong. Orang-orang memarahi otoritas, bandit-bandit dan pencuri muncul di banyak tempat. “Bencana dari ilmu gaib” mengakibatkan kematian Ratu Wei dan Putra Mahkota, dan juga berdampak pada puluhan ribu rakyat. Jenderal Li Guangli yang sangat diandalkan oleh kaisar, menyerah pada Xiongnu. Semua ini membawa penderitaan yang besar pada kaisar, membuat kaisar berpikir dengan mendalam mengenai dirinya sendiri.

Pada bulan Maret tahun ke empat pada zaman Zhenghe (89 Sebelum Masehi), Kasiar Wu pergi melakukan upacara Feng Shan di Gunung Tai. Ia berkata pada pejabat istana, “Sejak saya, naik takhta, saya telah bersikap secara serampangan dan membuat kehidupan rakyat sengsara. Saya merasa sungguh menyesal terhadap apa yang telah saya lakukan. Mulai sekarang, segala sesuatu yang merugikan rakyat dan menghamburkan sumber daya negara harus dihentikan.”

Pada bulan Juni tahun yang sama, Kaisar Wu yang berusia 68 tahun menolak sebuah proposal dari Menteri Sun Hongyang dan pejabat lain untuk mengirim tentara ke Luntai (di Provinsi Xinjiang, Tiongkok Barat hari ini) untuk pertahanan militer dan perluasan pertanian. Ia juga mengeluarkan satu dekrit untuk menggambarkan kesalahan kebijakannya yang lalu, yang dikenal luas sebagai “Dekrit Penyesalan Luntai.”

Dalam dekrit tertulis, “Awalnya saya menerima sebuah proposal yang menyarankan setiap orang membayar pajak tambahan 30 koin untuk mendukung pertahanan di perbatasan. Ini akan menambah beban pada rakyat, khususnya orang yang lanjut usia, lemah, atau orang yang hidup sendiri.

“….. kemudian Jenderal Li Guangli dikalahkan, dan tentaranya juga tewas, ditangkap, atau melarikan diri. Hati saya sedih ketika memikirkan keadaan mereka. Sekarang beberapa pejabat telah mengusulkan untuk terus memperluas pangkalan militer dan kampanye pertanian di Luntai. Ini akan lebih membebankan rakyat, bukan melindungi mereka. Saya tidak tahan mendengar semua ini.

“….. Tugas paling penting pada saat ini adalah dengan keras melarang pejabat di semua level bersikap kasar dan kejam terhadap rakyat dan menghentikan mereka menaikkan pajak tanpa otorisasi. Dengan demikian kita akan bisa meningkatkan produksi pertanian dengan besar.”

Pada waktu yang sama, Kaisar Wu mempromosikan Menteri Tian Qianqiu menjadi bangsawan untuk memakmurkan rakyat, menunjukkan keinginan kaisar memberikan rakyatnya istirahat dan membantu mereka untuk hidup Sejahtera. Kaisar juga menunjuk Zhao Guo yang memahami pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian dengan mengadopsi sistem ladang yang bertukar-tukar. Kaisar Wu juga mengembalikan ajaran “Tidak melakukan apapun” dari ideologi Tao yang diadopsi pada awal Dinasti Han. Semua ini membuat fondasi baik bagi kebangkitan Zhao-Xuan, suatu tahap pengembalian kestabilan dan perkembangan.

Sangatlah luar biasa bagi seorang kaisar untuk merenungkan kesalahan kebijakannya pada zaman di mana kaisar mempunyai kuasa penuh. Kaisar Wu telah melakukan keberanian yang luar biasa untuk mengeluarkan “Dekrit Penyesalan Luntai.” Dalam reformasi kebijakan selanjutnya, dekrit ini terbukti dikeluarkan dengan ketulusan yang luar biasa, bukan sebagai sebuah aksi pertunjukan untuk umum.

Dalam sejarah, Kaisar Wu dari Dinasti Han sering menjadi acuan bersama dengan Qin Shi Huang (Kaisar pertama dari Dinasti Qin) karena prestasi mereka yang luar biasa. Sesungguhnya, banyak persamaan dalam pemerintahan mereka. Bahkan kita boleh mengatakan bahwa Kaisar Wu dari Dinasti Han menyempurnakan kerangka politik yang didesain oleh Kaisar Qin Shi Huang yang secara umum menentukan arah dinasti-dinasti selanjutnya dalam sejarah.

Di satu sisi, ketika Kaisar Wu dari Dinasti Han membuat kesalahan yang sama dengan Qin Shi Huang, Kaisar Wu mencegah bencana yang telah mengakibatkan kehancuran Qin. Ini karena ia tidak seperti Kaisar Qin Shi Huang, Kaisar Wu dari Dinasti Han merenungkan kebijakannya dan membuat penyesuaian sebelum terlambat.

“Dekrit Penyesalan Luntai” adalah dekrit penyesalan resmi yang pertama dan terawat dengan baik dalam sejarah Tiongkok.

Beberapa kaisar pada generasi berikutnya mengeluarkan dekrit penyesalan yang mirip. Mereka termasuk Kaisar Ming dari dinasti Han, Kaisar Taizong dari dinasti Tang, Kaisar Lizong dari dinasti Song, Kaisar Xizong dari Dinasti Ming, dan Kaisar Yongzheng dari Dinasti Qing.

Ketika seorang kaisar membuat kesalahan besar yang membawa bencana pada negara dan rakyatnya, kaisar sering mengeluarkan sebuah “dekrit penyesalan” untuk menggambarkan kesalahannya secara terbuka kepada pejabat istana dan rakyat. Sebaliknya, Partai Komunis Tiongkok telah mengakibatkan kematian delapan puluh juta orang Tiongkok yang tidak bersalah dan tragedi yang tak terhitung jumlahnya, tetapi tidak pernah mengakui kesalahannya terhadap rakyat Tiongkok. Sebaliknya terus menyokong “kejayaan, keagungan dan kebenaran” yang abadi, yang telah menyegel nasibnya.