(Minghui.org) Sebuah buku asal Tiongkok yang telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa dan telah dibaca oleh jutaan orang di seluruh dunia, seorang pemuda Polandia menemukan buku ini saat dia kehilangan semua harapan dan ingin mengakhiri hidupnya. Tidak hanya buku tersebut telah menyelamatkan dia, buku ini juga membangkitkan kembali semangat hidupnya.
Kedua orang tua Fabian bercerai dan membentuk keluarga mereka masing-masing setelah dia dilahirkan. Dia dibesarkan oleh kakek neneknya. Dia tidak pernah melihat kedua orang tuannya tersenyum padanya dengan penuh kasih sayang, ataupun mengingat pelukan hangat mereka. “Saya menjadi sangat sedih saat tumbuh remaja karena teman-teman kelas saya memiliki orang tua, tetapi saya tidak memilikinya. Kakek nenek saya adalah orang tua saya.”
Dia selalu merasa kesepian. Kakek enenknya membawanya ke gereja, berharap dia akan percaya pada Tuhan, tetapi Fabian temukan beberapa pendeta tidak mempraktekkan apa yang mereka ceramahkan. Ini membuatnya memutuskan untuk tidak percaya apa pun.
Fabian tumbuh besar menjadi siswa yang cerdas, dan saat masih umur belasan dia membenamkan diri sendiri dengan buku-buku untuk mencari pengetahuan.
“Saya tidak suka menghadiri berbagai kelas, karena saya sudah tahu apa yang sedang diajarkan. Terlalu mudah bagi saya. Saat saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para guru, mereka akan memberitahu saya bahwa itu adalah apa yang tertulis dalam buku. Saat saya tidak setuju dengan cara pandang para guru, para murid yang lain akan mengejek para guru. Konsekuensinya, beberapa guru tidak suka saya,” ceritanya.
Tidak senang dengan sekolah, Fabian dan sejumlah teman menjadi hacker. Mereka mencuri informasi dan data yang bersifat rahasi dan menjualnya kepada perusahaan-perusahaan, mengumpulkan uang yang besar. Tetapi, kesadarannya memberitahunya hal ini akan membawanya ke jalan buntu.
“Saya memberitahu teman-teman bahwa kita harus melakukan hal yang benar, tetapi mereka tidak mau mendengar. Selain itu, kakek-nenek saya sudah tua. Saya sering cemas apa yang akan terjadi pada saya jika mereka meninggal suatu hari. Saya ingin membebaskan diri dari lumpur ini dan meninggalkan kelompok teman-teman ini. Saya ingin membuktikan kepada kakek-nenek bahwa saya bisa menjaga diri sendiri dengan upaya saya sendiri.”
Fabian meninggalkan Polandia dan pergi ke Jerman. Karena uang yang dia telah dapatkan melalui cara-cara ilegal, dia tidak membawa uang satu sen pun. Dia tidak memiliki uang untuk menginap di hotel dan hanya bisa tidur di jalanan, hidup dari makan makanan seadanya. Sambil memikirkan bagaimana dia bisa mencari sebuah jalan keluar, dia akhirnya bertemu dengan seorang pria tua di sebuah bar.
“Dia memberitahu saya bahwa dia memiliki sebuah usaha kecil di Frankfurt di bidang duplikasi kunci yang hilang atau dicuri. Dia berencana memulai sebuah usaha yang serupa di Berlin. Saya berbagi banyak ide marketing profesional dan dia berkata pada saya, “Kamu adalah karyawan saya sekarang.”
Dengan bantuan Fabian, para pelanggan dan penjualan perusahaan ini tumbuh pesat. Dia mendapatkan banyak uang dan dipromosikan ke tingkat manajerial. Dia bisa membeli berbagai hadiah untuk kakek-neneknya. Tetapi sebuah panggilan telepon menghancurkan dunianya seperti ledakan bom.
“Saya menerima telepon dari nenek saat sedang liburan di Spanyol. Nenek menangis saat bicara. Dia memberitahu saya kakek telah menigggal dunia. Berita ini bagaikan sambaran petir secara mendadak. Hati saya terasa hancur, saya mulai berpikir mengenai siapa diri saya sebenarnya, apa yang akan saya lakukan mulai sekarang, apa yang bisa saya lakukan, apakah dunia benar-benar seperti ini, apakah saya perlu terus mencari uang?”
“Perlahan-lahan, saya mulai berpikir bahwa uang bukanlah hal paling penting, karena ia tidak bisa membeli waktu, atau membuat kakek saya hidup kembali. Saya merasa orang-orang sekitar saya tidak lagi menarik dan hidup makin membosankan. Saya terbenam dalam emosi yang menyakitkan. Saat Saya melihat sebuah mobil disaat saya sedang berjalan, sebuah pikiran tiba-tiba muncul, bukan hal yang buruk kalau ditabrak mobil.”
Diberikan Hidup Yang Baru
Fabian menyadari pikiran-pikirannya sangatlah berbahaya. Dia posting permintaan bantuan di internet: “Apakah kalian merasa bahagia setelah menghasilkan uang? Bagaimana kalian mencapai kebahagiaan sesungguhnya dalam kehidupan?” Dia menerima banyak balasan dengan cepat. Beberapa balasan menertawakan dirinya tetapi kebanyakan dari mereka merekomendasikan buku-buku bagus untuknya.
Dia mulai membaca buku-buku yang disarankan para netizen. Ada lebih dari 30 buku termasuk buku-buku terkait agama Kristen, Islam, Buddha, Konfusius dan Zhuan Falun.
“Saya membeli dan membaca buku-buku tersebut karena buku-buku ini direkomendasikan. Saat saya membuka buku ke-15 di daftar saya, Zhuan Falun, dan membaca ceramah pertama, saya tahu ini adalah apa yang saya telah cari-cari selama ini,” kenangnya.
Saat Fabian mulai membaca Zhuan Falun, dia menemukan bahwa dia mendapatkan pemahaman baru setiap kali membacanya. “Kadang-kadang saya akan memikirkan ceramah Guru untuk waktu yang sangat lama. Beberapa bagian saya tidak paham pada awalnya, saat saya membacanya lagi saya akan mendapatkan pemahaman yang sepenuhnya berbeda. Sangat mengesankan.”
Fabian merasa dia tidak akan hidup hingga hari ini jika bukan karena Zhuan Falun.
Dia berbagai pengalaman lainnya yang dia dapatkan dari membaca buku.
“Sebelumnya, saya merasa seperti tengah berjalan sambil memegang sebuah batu besar. Sangatlah sulit untuk berjalan dan bernapas. Hidup sangat tidak berarti sama sekali. Seluruh hidup saya sangatlah kelam. Saat saya membaca empat ceramah dari Zhuan Falun, tubuh saya terasa ringan seperti terbang. Sebuah sinar menyala dan seluruh dunia saya menjadi terang-benderang. Saya juga mengalami perubahan besar secara fisik. Saya dulu sering menderita sakit kepala dan pendarahan di hidung. Saya terus memeriksakan diri ke dokter dan minum banyak obat. Kini saya tidak memiliki masalah-masalah ini lagi. Meski menghadapi orang dan hal yang sama dalam hidup, Fabian melihat segalanya dari perpektif yang baru. “Saya tahu selama saya mematut diri pada prinsip Sejati-Baik-Sabar yang diajarkan oleh Falun Dafa, saya tidak akan tersesat jalan. Tak peduli betapa sulitnya, pasti ada solusinya. Saya berkata kalau bukan karena Zhuan Falun, saya tidak akan hidup hari ini.”
Menyadari Pentingnya Memberitahu Orang Lain Mengenai Penganiayaan
Fabian mengunjungi Tiongkok pada bulan Maret 2017 dengan rasa bersyukur.
“Zhuan Falun adalah sebuah buku yang begitu menakjubkan dan Guru berasal dari Tiongkok, jadi saya ingin pergi berkunjung ke negara itu. Tetapi setelah tiba di Beijing, saya melihat berbagai propaganda yang memfitnah Falun Dafa di mana-mana. Saya terkejut. Saya segera meninggalkan Beijing dan pergi ke Guangzhou. Saat saya bertanya pada warga setempat apa pendapat mereka tentang Falun Dafa, saya melihat rasa takut di wajah mereka. Saya bisa masuk ke situsweb Minghui dengan peranti lunak yang membantu menerobos blokade internet Tiongkok. Saya membaca ceramah-ceramah Guru dan mengetahui terjadinya penyiksaan brutal rejim komunis terhadap para praktisi Falun Gong.”
Saat pulang kembali ke Jerman, Fabian berkeinginan untuk memberi tahu orang-orang mengenai betapa baiknya Falun Dafa dan perlakuan tidak adil yang dihadapi para praktisi di Tiongkok. Dia pergi ke tempat turis setiap hari untuk melakukan latihan gerakan dan membagikan materi informasi. Bersama para praktisi lain, dia memberi tahu para pejabat Jerman mengenai penganiayaan di Tiongkok dan mendapatkan dukungan para pejabat. Suatu hari dia bertanya kepada seorang rekan praktisi: “Kenapa kamu membolehkan saya, seorang praktisi baru, berpartisipasi dalam membangkitkan kesadaran mengenai penganiayaan? Tidakkah kamu takut saya ternyata anggota Partai Komunis?” Praktisi itu menjawab jika saya seorang mata-mata, mereka berharap saya akan tahu fakta kebenaran mengenai Falun Dafa dan berhenti terlibat dalam pembunuhan. Saya sangat tersentuh. Ini membuat saya sadar akan pentingnya dan mendesaknya memberi tahu orang-orang mengenai penganiayaan.”
Fabian melakukan latihan gerakan kelima Falun Dafa –meditasi.
Fabian mulai melakukan latihan gerakan di tempat kerja sehingga rekan kerjanya akan memiliki kesempatan untuk mengenal Falun Dafa. Pada waktu bersamaan, dia menjadi sadar bahwa operasional perusahaan ini tidak etis. Saat para pelanggan meminta mereka membongkar kunci-kunci pintu, para karyawan akan mengambil keuntungan dari situasi ini dengan mengenakan biaya tinggi. Perusahaan bahkan akan meminta staf untuk merusak kunci pintu saat menyelesaikan masalahnya agar bisa menjual produk-produk lain yang mahal kepada para pelanggan. Saat Fabian mencoba untuk memberi tahu rekan-rekan kerjanya bahwa itu tidak baik untuk dilakukan mereka menolak untuk mendengarkan karena mereka dibayar lebih untuk melakukan hal-hal itu. Pada akhirnya, sejumlah stafnya melayangkan gugatan bahwa Fabian bukan pimpinan yang kompeten yang bahkan menghalangi mereka mendapatkan uang. Pengadilan bahkan menetapkan Fabian bersalah.
Tidak bisa melakukan berbagai hal yang menentang nuraninya dan tidak bisa membuat para rekan kerjanya untuk memandang masalah dari perspektif etika, Fabian terperangkap dalam dilema. Dia tahu dia akan bisa mencari sebuah solusi melalui Falun Dafa. Dia melakukan latihan gerakan di taman bersama para praktisi dan membagi-bagikan borsur setiap hari. Dia menghabiskan banyak waktu bersama para praktisi. Lalu suatu hari, Fabian tahu apa yang dia seharusnya lakukan. “Saya menyerahkan komputer, kata kunci, dan informasi penting megnenai bisnis kepada rekan saya. Saya lalu pergi mengucapkan selamat tinggal kepada setiap rekan kerja dan berharap mereka semoga mendapatkan masa depan cerah.”
Setelah melepaskan keterikatan akan kepentingan pribadi dan melepaskan bisnis yang dia telah kerjakan selama bertahun-tahun, Fabian pergi dengan damai. Dia tahu telah membuat pilihan yang tepat.
Suatu hari di bulan Mei 2018, Fabian sedang berbicara kepada seorang turis Tiongkok mengenai Falun Dafa di Munich saat dia menerima sebuah panggilan telepon. “Seorang teman memberi tahu saya bahwa nenek saya sakit keras dan berada di rumah sakit. Saya bergegas ke rumah sakit, tetapi nenek meninggal dunia sebelum saya tiba di sana. Meski sangat sedih, saya tegar kembali dalam waktu satu hari karena saya memiliki Dafa di dalam hati. Saya sudah paham banyak hal dan saya yakin nenek telah pergi ke sebuah tempat yang indah.”
Tahun 2020, pada usia 27, Fabian telah memiliki sebuah perusahaan di Portugis dan Jerman. Dia berencana membuka perusahaan ketiga di Taiwan. Sementara itu, dia juga telah berhbungan dengan kedua orang tuannya, dan anak-anak kedua orang tuannya, setelah tidak melihat kedua orang tuanya sekian lama. Ajaran dari Falun Dafa telah merubahnya. Dia sudah lama berhenti membenci kedua orang tuanya. Fabian kini memperlakukan semua orang seperti orang yang dia cintai dan berharap bisa memberi tahu mereka secara pribadi bagaimana Falun Dafa telah merubah hidupnya menjadi lebih baik.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org