(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa tahun 1996 dan ditangkap 4 kali karena mempertahankan keyakinan saya setelah rezim komunis Tiongkok mulai menganiaya Dafa pada tahun 1999.

Setiap kali saya ditahan, pihak berwenang menggunakan kekerasan untuk memaksa saya melepaskan keyakinan saya. Tapi saya terus mengikuti ajaran Dafa dan tidak pernah menyerah.

Guru berkata,

“Bila seorang praktisi Xiulian dalam kondisi apa pun dapat melepaskan pikiran perihal hidup dan mati, kejahatan pasti akan takut, bila semua praktisi dapat berbuat demikian, dengan sendirinya kejahatan akan lenyap. Kalian sudah tahu prinsip Fa saling menghidupi dan saling membatasi, bila sudah tidak ada lagi rasa takut, maka faktor yang membuat anda takut juga sudah tidak eksis lagi.” (“Menyingkirkan Keterikatan Terakhir” Petunjuk Penting untuk Gigih Maju II)

Direktur pusat pencucian otak lokal mengekspresikan ketertarikannya untuk belajar Falun Dafa setelah menjadi saksi keajaiban yang terjadi pada saya ketika saya ditahan di sana.

Bangun dari Koma setelah Delapan Hari

Beberapa petugas menggeledah masuk ke rumah saya pada 6 November 2001 dan membawa saya ke pusat pencucian otak. Selusin petugas memukul dan menendang saya hingga saya tak sadarkan diri. Ketika saya mulai sadar, seorang petugas berteriak, “ia berpura-pura! Bakar dia dengan batang logam merah-panas!” Kemudian saya benar-benar pingsan.

Ketika saya terbangun, delapan hari telah berlalu. Direktur pusat pencucian otak berkata kepada saya bahwa ketika saya koma, saya buang air besar darah tanpa henti dan dibawa ke rumah sakit lokal, di mana ditemukan bahwa saya mengalami dislokasi lumbar dan dua tulang rusuk sebelah kiri saya patah.

Karena pendarahan saya sangat serius, rumah sakit lokal berkata mereka tidak dilengkapi dengan peralatan untuk mengobati kondisi saya dan menolak saya untuk rawat inap.

Ketika tidak ada jalan lain untuk mengobati saya, direktur membawa saya kembali ke pusat pencucian otak dan meminta dua orang yang paling kuat memukuli saya membacakan Zhuan Falun untuk saya. Saya mendapatkan kembali kesadaran pada hari kedelapan dan mendengar suara dua orang yang membacakan buku kepada saya, meskipun saya masih tidak bisa bergerak dan membuka mata saya.

Ketika satu dari dua orang itu salah membaca sebuah kata, saya secara tidak sadar berbicara untuk mengoreksinya. Ini membuat mereka berdua ketakutan. Tapi mereka juga bersemangat dan berteriak, “Ia sudah bangun!”

Direktur datang dan bertanya apakah saya lapar. Saya merasakan bahwa ia sangat tulus dan peduli tentang hidup saya. Ia juga setuju untuk membiarkan saya belajar Dafa dan memberikan saya tiga buku Dafa.

Beberapa hari kemudian, ketika kepala Kantor 610 datang untuk memeriksa pusat pencucian otak, ia geram ketika melihat buku-buku Dafa di ruangan saya.

Ia memerintahkan direktur pusat pencucian otak untuk menyingkirkan buku-buku itu, tapi direktur malah menjawab, “Siapa pun yang ingin menyingkirkan buku itu harus melakukannya sendiri. Dan anda harus bertanggung jawab jika sesuatu terjadi kepadanya.”

Setelah kepala Kantor 610 pergi, direktur pusat pencucian otak berkata kepada dua orang itu untuk terus melanjutkan membacakan buku untuk saya. Ia berkata, “Saya juga akan berlatih Falun Dafa jika anda pulih.”

Selama sebulan, kesehatan saya meningkat pesat dan saya dibebaskan. Saya kemudian mengetahui bahwa direktur itu meninggalkan pusat pencucian otak tidak lama setelah saya dibebaskan.

Sebuah Surat untuk Guru Anak Perempuan Saya

Ketika saya tidak berada di pusat penahanan, saya juga menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk memberi tahu orang-orang bahwa Falun Dafa tidak seperti apa yang digambarkan oleh propaganda kebencian rezim komunis. Di bawah ini adalah salah satu contohnya.

Suatu hari di tahun 2001, sekolah anak perempuan saya mengharuskan setiap murid untuk membeli buku yang memuat fitnahan Dafa. beberapa teman praktisi menyarankan saya untuk membelinya dan membakarnya. Tapi saya memutuskan untuk tidak membelinya.

Anak saya tidak menjelaskan kepada gurunya mengapa ia tidak membeli buku itu. Teman sekelasnya berpikir bahwa kami tidak mampu membelinya dan dengan murah hati menyumbangkan uang untuk membantunya. Saya sangat tersentuh dengan kebaikan mereka dan kemudian menuliskan surat kepada gurunya untuk menjelaskan semua itu.

Dalam surat itu, saya pertama-tama berterima kasih kepada guru dan teman-teman sekelas untuk kebaikan mereka. Kemudian saya menjelaskan bahwa ini bukan masalah uang, tapi karena peristiwa pembakaran diri Lapangan Tiananmen yang dibicarakan di buku adalah kebohongan untuk menjelekkan Falun Dafa. Saya berkata bahwa saya tidak seharusnya mendukung apa pun yang menipu orang-orang. Saya juga berkata kepada mereka bahwa saya berlatih Falun Dafa dan telah mendapatkan manfaat yang luar biasa.

Saya senang bahwa gurunya mengerti semua fakta itu dan membacakan surat saya di depan semua muridnya.