(Minghui.org) Praktisi Falun Dafa mengadakan kegiatan di alun-alun Dickson untuk mengingatkan orang-orang bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah menganiaya praktisi Falun Gong selama 21 tahun terakhir. Mereka memperagakan latihan dan mengajak orang-orang menandatangani petisi mengecam penganiayaan. Banyak orang mengamati kegiatan tersebut dan menandatangani petisi. Pada tanggal 20 Juli 2020, mereka mengadakan nyala lilin di depan Kedutaan Besar Tiongkok.

Pada tanggal 18 Juli 2020, praktisi mengadakan kegiatan membagikan informasi dan memperagakan latihan.

Praktisi mengadakan nyala lilin di Kedutaan Besar Tiongkok pada malam hari tanggal 20 Juli 2020. Mereka menyalakan lilin dan memegang karangan bunga untuk mengenang ribuan praktisi yang telah meninggal akibat penganiayaan. Mereka menggunakan lilin untuk membentuk tiga karakter: “Sejati-Baik-Sabar.”

Pada malam hari tanggal 20 Juli 2020, praktisi Canberra mengadakan nyala lilin di depan Kedutaan Besar Tiongkok. Mereka membentuk karakter: “Sejati-Baik-Sabar” dengan lilin.

Selama 21 tahun terakhir, praktisi Falun Gong dan keluarganya telah mengalami pelecehan dan penyiksaan. Situs web Minghui telah memverifikasi bahwa lebih dari 4.500 praktisi telah disiksa sampai mati. Beberapa kematian secara langsung disebabkan oleh pengambilan organ hidup-hidup dalam skala besar. Terlepas dari penganiayaan, praktisi tetap teguh dalam keyakinan spiritual mereka dan terus meningkatkan kesadaran akan penganiayaan ini.

Perwakilan Falun Gong Hao Li berkata, “Selama 21 tahun terakhir, untuk memaksa praktisi melepaskan keyakinan mereka, PKT telah menggunakan banyak metode. Dalam Investigasi Penyiksaan Kejam yang Digunakan PKT untuk Membunuh Praktisi Falun Gong, dikatakan: “Ada 206 jenis penyiksaan kejam yang telah diadopsi oleh PKT terhadap praktisi, termasuk pemukulan, sengatan listrik, dicekok paksa makan, menyuntik dengan narkoba yang menghancurkan sistem saraf pusat, kerja paksa, dan lainnya. Selama 21 tahun terakhir, ratusan juta praktisi Falun Gong dan keluarganya telah difitnah serta diawasi; beberapa juta praktisi ditangkap oleh PKT; ditahan secara ilegal di tahanan polisi, di kamp-kamp kerja paksa, dihukum secara ilegal serta ditahan di pusat-pusat pencucian otak. Mereka disiksa dengan kejam sampai mati; jumlah praktisi yang organnya telah diambil tidak terhitung jumlahnya; jutaan keluarga hancur.”

Dia menambahkan, “Selama 21 tahun terakhir, praktisi di Tiongkok dan luar negeri telah menghadapi risiko. Karena tidak menaruh dendam atau kebencian, mereka telah melangkah maju secara damai menentang penganiayaan. Tidak peduli seberapa kejamnya penganiayaan PKT, mereka tidak pernah goyah, tetapi tetap gigih maju. Mereka terus mengungkap kebohongan yang dibuat oleh PKT terhadap Falun Gong, dan memberi tahu dunia, 'Falun Dafa luar biasa! Sejati-Baik-Sabar luar biasa!'”

Tanggal 18 Juli 2020, praktisi Falun Gong Canberra mengadakan hari informasi. Orang-orang datang untuk mempelajari informasi tentang penganiayaan dan menandatangani petisi untuk mengakhirinya.

Mantan Wartawan: Penganiayaan PKT Terhadap Kelompok Spiritual adalah Bodoh!

Hugh Henry adalah seorang jurnalis dan memiliki pemahaman yang jelas tentang PKT. Ketika dia melewati stan informasi, dia berkata, “Wow, hari ini menandai 21 tahun penganiayaan PKT terhadap Falun Gong. Teori PKT adalah ateisme. Pendiri komunisme Karl Marx adalah seorang ateis. Di mana pun PKT berkuasa, terlepas dari agama apa pun itu, selama itu menghormati langit, itu ditargetkan untuk dianiaya.”

Henry telah melakukan penelitian tentang peradaban Tiongkok. Dia berkata, “Budaya Konfusianisme, Buddha, dan Taoisme bertahan selama lima ribu tahun di Tiongkok. Bagi orang Tionghoa, pada dasarnya, mereka memiliki kultivasi moral yang sangat dalam. Mereka sangat disiplin dan inovatif. Sayangnya, sejak tahun 1949 setelah PKT mengambil alih kekuasaan, PKT telah menghancurkan semua aspek indah ini dan menganiaya semua jenis kelompok agama. Namun, semakin serius penganiayaan, orang-orang yang teguh akan menentang. Penganiayaan ini adalah hal yang bodoh.”

Rezim Komunis Sangat Jahat!”

Pasangan pensiunan datang dan menandatangani petisi. Ketika Yudea Jow menandatanganinya, dia berkata dengan marah, “PKT telah melakukan banyak hal buruk, termasuk penganiayaan terhadap Falun Gong dan kelompok Muslim Uighur, penerapan Hukum Keamanan Nasional, dll. Orang-orang Tiongkok tidak memiliki hak asasi manusia atau kebebasan. PKT berbahaya dan telah membahayakan seluruh dunia.”

Lumiel Fox bekerja sebagai penasihat kesehatan mental remaja. Dia berkata, “Pemerintah PKT tidak memiliki hak untuk membunuh kelompok spiritual yang damai. Kita membutuhkan sesuatu melebihi rezim politik untuk mengendalikannya. Sebagai manusia, kita harus memiliki rasa kemanusiaan. Menyebarkan perdamaian dan rasionalitas secara efektif untuk menghentikan penganiayaan. Damai adalah kekuatan batin yang tidak bisa dilarang oleh otoritas apa pun.”

Simon Lovie adalah orang Tionghoa kelahiran Australia. Dia membaca Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis dan memahami bahwa PKT melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dia berkata, “Praktisi Falun Gong menyebarkan 'Sejati-Baik-Sabar', prinsip-prinsip ini bermanfaat bagi orang-orang, baik secara mental maupun fisik. Rezim komunis sangat jahat. Untuk menghentikan penganiayaan, kita harus meruntuhkan PKT.”

Jika Setiap Orang dari Kita Mengatakan Tidak untuk Kejahatan, Penganiayaan Akan Berakhir.”

Rachel, seorang ibu muda dengan dua anak kecil berkata pada praktisi, “Saya tahu Falun Gong sangat baik dan damai. Pemerintah Australia harus secara terbuka memberi tahu tentang PKT dan Australia memperhatikan pelanggaran hak asasi manusia di Tiongkok.”

Lucy Humphries juga tertarik dengan adegan damai para praktisi yang melakukan latihan. Dia berkata, “Ideologi komunis secara bertahap menyusup ke masyarakat barat kita. Kejahatan ini tampaknya memiliki keinginan untuk mengambil alih seluruh planet ini. Jika keyakinan spiritual apa pun menjadi populer, PKT akan menganiaya. Partai ingin mengendalikan segalanya. Orang-orang harus berani dan menentangnya. Jika semua orang mengatakan 'Tidak' pada kejahatan, maka penganiayaan akan berakhir.”