(Minghui.org) Saya tercerahkan setelah membaca artikel berbagi pengalaman seorang praktisi. Ketika polisi menyiksanya dan ia merasa tidak bisa menahannya lagi, ia berteriak, “Guru!” Polisi terkejut dan berhenti menyiksanya.

Saya menyadari bahwa memanggil Guru Li, pencipta Falun Dafa, di situasi mendesak merefleksikan kultivasi dan alam seseorang, karena ia membutuhkan setidaknya tiga tingkat rintangan yang harus diterobos.

Satu rintangan yang harus diatasi adalah konsep pikiran manusia biasa dan ajaran ateis. Kita harus bisa menyadari bahwa ini bukanlah penganiayaan manusia terhadap manusia tapi faktor di dimensi lain yang menggunakan orang-orang untuk menganiaya kita. Ini adalah manifestasi dari pikiran dan kesadaran lurus.

Kedua, untuk mengetahui bahwa Guru berada di sisi kita dan meminta pertolongan Guru di pikiran kita adalah satu langkah lebih maju dari kesadaran lurus. Suatu kali saya mengalami sakit gigi di kereta dan saya tidak bisa menahannya lagi, jadi saya meminta bantuan Guru dalam hati. Setelah itu saya merasa giginya berbunyi dan rasa sakitnya hilang. Saya terkejut dan gembira. Terima kasih, Guru.

Ketiga, untuk meminta bantuan Guru, kita harus menerobos mentalitas seperti “rasa malu,” “apakah berguna,” “jangan membiarkan orang biasa salah paham,” dan lain-lain. Sekarang saya telah menyadarinya.

“…Dapat melakukannya berarti berkultivasi” (“Berkultivasi Nyata,” Hong Yin)

Mengapa beberapa praktisi melakukannya? Ini adalah manifestasi dari keyakinan lurus mereka. Tanpa pikiran murni, seseorang tidak bisa menerobos konsep seperti “apakah berguna” dll. Bukankah ini kultivasi? Tanpa mencapai tingkat dan alam tertentu, seseorang tidak bisa dengan mudah melakukannya, karena ini bukanlah sebuah teori atau hanya sebuah pembicaraan.

Selain itu, saya juga menyadari bahwa di saat-saat mendesak, pikiran kita sangat penting. Apa yang anda pikirkan mungkin menjadi kenyataan. Sebagai contoh, menghadapi penganiayaan penyakit yang disebabkan oleh kekuatan lama, jika anda berpikir ini adalah wujud palsu, itu adalah wujud palsu, jika anda berpikir itu penyakit, ia akan menjadi kesengsaraan yang nyata. Jika di saat-saat mendesak kita mempunyai satu pikiran yang sangat murni dan sesuai dengan Fa, mungkin keajaiban akan terjadi.

Sebagai contoh, selama pandemi, beberapa perumahan tutup dan ada penjaga di pintu masuk. Beberapa praktisi berkata mereka membawa misi dewa dan melakukan hal paling lurus—mengklarifikasi kebenaran kepada orang-orang—jadi mereka bisa masuk dan keluar dengan bebas dan penjaga tidak bisa menghentikan mereka. Tentu saja, manifestasinya mungkin berbeda: beberapa penjaga menutup mata, beberapa menolehkan kepalanya untuk melihat ke arah lain ketika praktisi lewat, dan lain-lain.

Bukankah semua yang ada di masyarakat manusia tercipta dari molekul? Di dimensi lain, masyarakat manusia kita adalah tumpukan molekul. Seluruh alam semesta di bawah kendali Guru, dan di bawah kekuatan besar Guru, tumpukan molekul dari masyarakat manusia bukanlah apa-apa. Saya sadar bahwa, dari tingkat yang lebih tinggi, yang disebut realita yang terlihat nyata di masyarakat manusia adalah wujud palsu. Ketika kita benar-benar memiliki pikiran lurus yang kuat, dengan berkat dari Guru yang mahakuasa, bisakah pikiran lurus kita mewujudkan keajaiban? Di saat itu, bukankah dewa di antara manusia dan kita benar-benar menjadi dewa?

Catatan redaksi: Artikel ini hanyalah pemahaman penulis saat ini yang ditujukan untuk berbagi dengan sesama praktisi jadi kita dapat “Banding belajar banding kultivasi.” (Berkultivasi Nyata,” Hong Yin I)