(Minghui.org) Praktisi Falun Dafa mengadakan kegiatan di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Brussels pada tanggal 21 April 2021 untuk memprotes secara damai penganiayaan PKT (Partai Komunis Tiongkok) yang sedang berlangsung dan untuk memperingati Permohonan Damai 25 April.

Praktisi memprotes penganiayaan dan memperingati Permohonan Damai 25 April di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Brussels pada 21 April 2021.

Meskipun lalu lintas pejalan kaki di distrik Kedutaan sepi, banyak pengemudi yang lewat membunyikan klakson atau mengacungkan jempol kepada praktisi untuk menyatakan dukungan mereka.

Louis berharap praktisi berhasil mengakhiri penganiayaan.

Dalam perjalanan ke pertemuan dengan seorang teman, Louis menghentikan sepedanya untuk mengambil foto praktisi yang sedang melakukan latihan. Dia berkata bahwa dia tahu tentang penganiayaan dan berharap praktisi berhasil dalam upaya mereka untuk mengakhiri penganiayaan.

Martens, seorang penduduk setempat, mengetahui tentang penganiayaan. Dia dan suaminya mendukung upaya praktisi.

Ab Dimbeko

Ab Dimbeko pergi ke Kedutaan Besar Tiongkok setiap hari kerja dan telah melihat protes damai praktisi sebelumnya. Dia berkata dia bisa menghubungkan kebrutalan PKT dengan partai komunis di bekas Uni Soviet. “Saya tahu PKT menganiaya orang-orang di Hong Kong, Tibet, Xinjiang dan praktisi Falun Dafa. Tapi kenapa?! Pemerintah seharusnya menjaga rakyatnya. Tidak terbayangkan bahwa orang tidak dapat menjalani kehidupan dan latihan yang damai seperti anda sekalian. Saya menentang semua jenis penganiayaan,” katanya.

Praktisi Yves Hoeven mengatakan dia berpartisipasi dalam protes untuk membantu mengungkap penganiayaan. Dia berkata, “Falun Dafa memberi saya tubuh yang sehat dan mengikuti prinsip-prinsip meningkatkan hubungan saya dengan orang lain. Kami berkultivasi dengan mengikuti prinsip 'Sejati-Baik-Sabar.'”

Ketika penganiayaan dimulai pada Juli 1999, Hoeven dan praktisi lain di luar Tiongkok tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika ribuan praktisi di Tiongkok ditangkap dan PKT menggunakan semua media untuk memfitnah Falun Dafa. “Kami pikir kami harus melakukan sesuatu. Jadi kami membuat spanduk, mencetak selebaran, dan mulai memprotes di Kedutaan Besar dan Konsulat Tiongkok."

Hoeven dan praktisi Barat lainnya melakukan perjalanan ke Beijing pada tahun 2002 untuk memberi tahu orang-orang Tiongkok bahwa Falun Dafa adalah baik. Mereka menggantungkan spanduk bertulisan karakter Mandarin "Falun Dafa baik" di jembatan penyeberangan dan memancarkan pikiran lurus di Lapangan Tiananmen. Kedutaan Besar Tiongkok menolak memberinya visa sejak itu.

“Kami tidak akan berhenti sampai penganiayaan berakhir,” katanya.

Penyelenggara acara dan praktisi Nico Bijnens

Penyelenggara acara, praktisi Nico Bijnens mengatakan protes itu merupakan kelanjutan dari seruan damai 22 tahun lalu. “Kegiatan ini penting. Kami menyelenggarakan acara dengan mengikuti perintah pemerintah lokal untuk mengekang penyebaran 'virus corona,’” kata Bijnens.

Dia percaya penganiayaan sistematis terhadap Falun Dafa menekan nilai-nilai inti, Sejati-Baik-Sabar, jadi penganiayaan memiliki efek yang sangat buruk pada masyarakat Tiongkok.

Ketika virus corona pertama kali muncul di kota Wuhan, PKT kembali membungkam kebenaran, mengakibatkan bencana bagi Tiongkok dan seluruh dunia.

Dia menambahkan, “Protes kami damai dan tertib. Kami tidak berteriak atau memaki. Kami ingin mengungkapkan pesan kami dengan cara damai, sama seperti praktisi yang mengajukan permohonan pada 25 April 1999.

“Orang-orang mencari cara untuk mendapatkan kembali kedamaian di hati mereka ketika mereka harus tinggal di rumah dan diisolasi selama pandemi. Setiap praktisi Falun Dafa memiliki cerita unik tentang bagaimana mereka memperoleh manfaat dari latihan ini. Kami akan dengan senang hati mengajarkan siapa saja yang ingin belajar Falun Dafa dan akan selalu gratis.”