(Minghui.org) Seorang warga Kota Shenzhen, Provinsi Guangdong dijatuhi hukuman dua tahun pada 21 April 2021, karena berlatih Falun Gong, sebuah ajaran spiritual yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak 1999.

Fu Xiaoli, 47, bekerja di perusahaan asing sebagai direktur keuangan. Dia ditangkap di rumahnya pada 29 Februari 2020, setelah polisi menipunya untuk membuka pintu dengan mengatakan mereka ada di sana untuk mengukur suhu tubuhnya. Setelah Pusat Penahanan Nanshan menolak untuk menerimanya karena pandemi, polisi membawanya ke Penjara Nanshan, di mana dia diborgol dan dibelenggu. Dia juga ditahan di Pusat Penahanan No.4 Shenzhen dan Pusat Penahanan Luohu, sebelum dibawa ke Pusat Penahanan Yantian pada awal Juni 2020, dia ditahan sejak itu.

Ilustrasi penyiksaan: diborgol dan dibelenggu

Fu diadili oleh Pengadilan Distrik Yantian pada tanggal 28 Oktober 2020. Hakim memvonisnya dua tahun pada tanggal 21 April 2021. Dia mengajukan banding atas putusan tersebut pada tanggal 3 Mei 2021.

Pikiran dan Tubuh Meningkat dari Berlatih Falun Gong

Sejak dia berusia 12 tahun, Fu menderita neurasthenia dan insomnia parah. Ketika dia sedang mempersiapkan ujian masuk sekolah pascasarjana, dia menderita rematik di kakinya, setelah bermalam-malam dalam jangka panjang belajar di ruang kelas tanpa pasokan panas di musim dingin.

Pada bulan Maret 1999, saat mengerjakan gelar Masternya di bidang manajemen di Beijing, dia diperkenalkan dengan Falun Gong. Baru beberapa hari berlatih, insomnianya hilang dan dia tidur nyenyak. Ingatannya lebih baik dan pikirannya lebih jernih. Rematik yang selama ini menyiksanya di hari-hari yang suram juga menghilang.

Ketika dia menghadiri pameran pekerjaan di Shanghai pada tahun 2001, suatu hari dia membeli makan siang seharga lima yuan (sedikit kurang dari satu dolar). Dalam perjalanan pulang, dia menyadari bahwa dia lupa membayar makan siangnya. Dia memutuskan untuk kembali keesokan harinya untuk membayar.

Hujan turun sepanjang hari keesokan harinya. Temannya berkata, “Jumlahnya kecil dan kamu tidak sengaja. Jangan repot-repot dengan itu.” Tetapi dia tetap memutuskan untuk pergi, karena dia adalah seorang praktisi Falun Gong. Biayanya empat yuan untuk naik bus. Karena dia membutuhkan uang, dia malah berjalan kaki selama lebih dari satu jam. Dia membayar lima yuan, yang merupakan anggarannya untuk makan satu hari.

Dianiaya karena Keyakinannya

Karena Fu menolak untuk melepaskan Falun Gong dalam penganiayaan, dia dipecat dari posisinya sebagai dosen di Universitas Zhengzhou di Provinsi Henan dan kemudian sebuah perusahaan di Beijing. Suaminya juga menceraikannya dan mengambil semua tabungannya.

Selama penahanan pada akhir tahun 2004, Fu menjadi sasaran penyiksaan tanpa henti yang bertujuan untuk memaksanya melepaskan Falun Gong. Dia dilarang tidur selama berminggu-minggu. Ketika dia merasa ngantuk, para penjaga menuangkan air dingin ke tubuhnya untuk membangunkannya. Mereka juga menyeka minyak perangsang di matanya. Dia terus-menerus dipukuli dan diborgol. Terkadang para penjaga memaksanya untuk berdiri selama berjam-jam dan terkadang mereka menampar wajahnya ratusan kali sehari.

Penyiksaan lain yang dialaminya termasuk dicubit dan ditarik rambutnya. Tubuhnya terus-menerus ditutupi dengan memar dan luka. Cedera tersebut menyebabkan rasa sakit di rahang bawah dan kesulitan mengunyah. Kaki dan pahanya bengkak parah dan dia tidak bisa memakai sepatunya.

Para penjaga membuatnya kelaparan dengan memberinya roti kukus kecil dan beberapa acar untuk setiap kali makan. Dia juga dipaksa untuk menonton video yang menjelekkan Falun Gong. Ketika dia tetap teguh pada keyakinannya, para penjaga menangkap orang tuanya dan menahan mereka bersamanya, untuk menekannya agar melepaskan Falun Gong.