(Minghui.org) Saya hendak berbagi pemahaman saya tentang kebencian dan hati gelisah.

Kebencian

Saya rasa hati kebencian itu cukup kepala batu, mudah terdeteksi, tetapi sulit dikikis, sering kali dalam kehidupan muncul kemarahan dan benci dendam. Bahkan di saat tidak ada masalah, masalah sepuluh tahun delapan tahun yang silam pun bagaikan sekam terpendam di hati, dari waktu ke waktu, mendendam, bahkan punya perasaan ingin balas dendam.

Saat rasa benci itu muncul, membuat saya sangat tidak nyaman, bertahun-tahun lamanya, saya tidak berdaya terhadapnya. Saya membaca artikel rekan praktisi di web mengatakan, ada rekan praktisi bahkan meninggal karena tidak mampu melepas kebencian.

Digali akarnya, itu adalah substansi yang terbentuk dari Qing (ikatan perasaan), kita sebagai orang Xiulian harus mengultivasikannya.

Mengapa bisa masuk ke tubuh manusia? Ia berasal dari pikiran egois, demi keakuan, seseorang melindungi bendanya dari sentuhan siapa pun, barang siapa yang melukai benda tersebut akan dibenci, benda tersebut adalah segala macam keterikatan, bisa saja berupa nama, kepentingan, Qing dan sebagainya.

Rasa benci tidak ada habisnya, pastinya mempertahankan sesuatu. (Saya sering membenci orang yang pernah membulli saya, kini kalau ada orang membulli saya, saya juga membencinya, juga membangkitkan kebencian masa lalu) Apa yang saya pertahankan agar tidak disentuh? Adalah tidak sudi diperdaya orang lain.

Guru berkata: “Selaku seorang praktisi Gong yang pertama-tama harus dapat dilakukan adalah dipukul tidak membalas, dicaci tidak membalas, harus sabar. Bila tidak bagaimana anda dapat diperhitungkan selaku praktisi Gong?" (Zhuan Falun, Ceramah 9) Saya merasa saya berkultivasi sekian tahun, tetap belum mampu melakukannya.

Mengapa belum mampu melakukan? Dibuli orang - emosi marah sudah naik sampai ke ubun-ubun, dalam hati berpikir, saya tidak terima diperlakukan demikian biarpun saya orang Xiulian!

Baru-baru ini saya bertemu lagi masalah ini, saya ingat apa yang Guru katakan: “Sejati, Baik, Sabar adalah Fa!” (Petunjuk Penting untuk Gigih Maju 2) Saya tiba-tiba menyadari, saya telah xiulian sekian tahun, tapi saya belum betul-betul menganggap Sejati-Baik-Sabar adalah Fa! Meskipun setiap hari belajar Falun Dafa, tetapi hati ini tidak menganggap dan mematuhinya dengan sungguh-sungguh serius. Dalam hati, tingkat perhatian untuk mematuhi Dafa masih kalah dibanding kepatuhan pada peraturan lalu lintas biasa!

Menyadari hal ini, saya bertekad: Sejati-Baik-Sabar adalah Hukum Besar alam semesta, saya harus ketatkan diri sendiri untuk mematuhinya, asalkan itu adalah konflik antar manusia, tidak peduli siapa yang benar atau salah, juga tidak perlu pikirkan siapa yang benar atau salah, bersabarlah.jika tidak sabar maka melanggar Fa (hukum), Anda akan kehilangan De, dan Anda akan mendapatkan karma.

Jangan pikirkan benar salah, hanya memikirkan untuk mematuhi Fa (hukum), juga mengubah kebiasaan buruk saya - suka menatap kesalahan orang lain. Dipengaruhi kebiasaan buruk tersebut, semakin saya melihatnya semakin marah, semakin saya melihatnya, semakin tidak menyenangkan; kini saya tidak melihatnya, sebaliknya merasa manusia sungguh kasihan, itu hal kecil.

Akhirnya gunung benci dendam tersebut saya pijak di bawah kaki.

Hati Gelisah

Kadangkala berbagai keterikatan terlalu kuat, atau bertemu hal besar -- sesuatu yang sulit dilakukan dalam hidup, itu normal jika sementara Anda tidak bisa tenang, membaca tidak masuk ke hati. Sebaliknya, membaca tidak masuk ke hati pastinya hati tidak tenang. Mengapa tidak tenang? Salah satu alasannya karena ada rasa puas diri, pikiran melayang-layang, hati gembira terbang ke mana-mana, tidak berpijak di tanah. Tentu saja membaca buku hanya sambil lalu tidak akan memperoleh apa-apa.

Saya mengajukan dua pertanyaan berikut pada diri sendiri: 1. apakah sudah menjadi dewa, menjadi Buddha? Belum. Masih bukan apa-apa lalu berdasarkan apa kamu rasakan Xiulian kamu sudah lumayan bagus? 2. Marahkah ketika bertemu hal-hal yang tidak menyenangkan? Marah. Jika Xiulian sudah bagus seharusnya hati tenang tidak marah (emosi), Xiulian demikian buruk bagaimana berpikir Xiuliannya sudah lumayan baik? Suara ketukan ikan kayu dalam musik meditasi justru mengetuk kebodohan kita.