(Minghui.org) Gubernur Nebraska Pete Ricketts menetapkan bulan Juli tahun 2021 sebagai “Bulan Peringatan Korban Komunisme” di upacara proklamasi yang digelar pada tanggal 24 Juni 2021. Praktisi Falun Gong, Wang, menghadiri acara tersebut dan memberikan pidato yang disampaikan dengan sepenuh hati tentang penganiayaan yang dialami oleh ibunya dan orang-orang di sekitarnya di Tiongkok karena keyakinan mereka.

Praktisi Falun Gong, Wang, memberikan pidato di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Gubernur Nebraska Peter Ricketts (kanan). Gubernur menetapkan bulan Juli sebagai “Bulan Peringatan Korban Komunisme” ketika acara berlangsung.

Wang (pertama dari kiri) dan Gubernur Nebraska Pete Ricketts (kedua dari kanan)

Dalam pidato tiga menitnya, Wang berkata, “Lebih dari 22 tahun, praktisi Falun Gong yang tidak terhitung banyaknya dipenjara, disiksa secara brutal dan dibunuh. Sebagai perbandingan, keluarga saya masih beruntung. Penganiayaan ini masih terjadi hingga hari ini. Saya berharap kisah saya bisa membantu semua orang untuk sadar akan komunisme yang tiran dan mengapa praktisi Falun Gong menentang Partai Komunis Tiongkok (PKT).”

Di sebuah wawancara dengan koresponden Minghui, Wang mengungkap kesulitan berbeda yang ia alami ketika keluarganya dianiaya karena keyakinan mereka dan bagaimana ia menjadi praktisi Falun Gong yang gigih.

Wang tumbuh besar di Tiongkok. Ia pindah ke Nebraska tahun 2016 untuk melanjutkan studi pasca sarjananya. Ibunya mulai berlatih Falun Gong ketika ia berusia 7 tahun. Segera setelahnya, ibunya dengan ajaib sembuh dari tuberculosis (TBC) yang ia derita selama bertahun-tahun. Ibunya menjadi sehat, optimis, dan baik hati. Keluarga mereka menjadi lebih bahagia dan harmonis.

Meskipun ia tidak berlatih Falun Gong waktu itu, ia menyaksikan perubahan pada ibunya. Ia percaya bahwa prinsip dari latihan tersebut, Sejati,Baik, dan Sabar, adalah kebenaran universal dan ia mulai mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-harinya. Ia sering dengan bangga berkata kepada teman sekelasnya, “Ibu saya berlatih Falun Gong. Falun Gong itu luar biasa!” Mengingat waktu-waktu itu, Wang berkata dengan senyuman, “Semuanya terasa indah waktu itu. Ketika saya menemani ibu saya ke tempat latihan, langit terasa begitu biru.”

Tetapi, situasi berubah setelah PKT melancarkan kampanye dengan seluruh tenaga untuk menekan Falun Gong pada tanggal 20 Juli 1999. Stasiun TV yang dikendalikan oleh negara secara konstan memutar rekaman, memfitnah latihan ini dan praktisi ditangkap. Wang menggambarkan situasi waktu itu—seperti seluruh neraka membebaskan diri. Teman-teman dan teman sekelasnya yang percaya pada kebohongan yang dibuat oleh PKT mengejek dan mencemoohnya. Ibunya ditangkap karena pergi ke kantor pemerintah provinsi untuk mengajukan permohonan bagi Falun Gong. Atasannya di tempat kerja berusaha mengirimnya ke kelas pencucian otak.

Hampir setiap minggu, Wang mendengar berita tentang praktisi yang ia kenal dianiaya. Guru fisika sekolah menengahnya dibawa ke kelas pencucian otak dua kali dan disiksa. Seorang tetangga yang berusia 70an dihukum di kamp kerja paksa. Seorang praktisi yang bekerja di perpustakaan lokal meninggal akibat penganiayaan di pusat pencucian otak. Ia mengingat tidak terhitung banyaknya praktisi dipecat dari pekerjaan mereka, ditahan secara ilegal, dihukum penjara dan dicuci otak,.

Wang, yang baru berusia 11 tahun waktu itu, merasa sangat tertekan dengan semua ini. Ia dilukai oleh ejekan teman-temannya, takut akan penganiayaan brutal dan khawatir tentang ibunya, yang terus mempertaruhkan nyawanya untuk memberi tahu orang-orang tentang latihan ini dan penganiayaan. Namun, yang membuatnya paling terkejut adalah bagaimana sebuah disiplin spiritual yang mengajarkan orang di sekelilingnya untuk menjadi baik, dibenci dengan kejam karena pemerintah.

Meskipun ia adalah seorang anak kecil, ia berpikir, “Pemerintahan macam apa ini? Ia memutarbalikkan benar dan salah, mengatakan sesuatu yang benar-benar jahat, dan membuat begitu banyak orang-orang baik menjadi musuh negara.” Untuk pertama kalinya, ia mengerti bahwa di Tiongkok, seseorang harus membayar harga mahal untuk menjadi orang yang baik; semua orang diperdaya dengan kebohongan dan dibuat untuk melakukan hal yang salah.

Ia menahan ketidakadilan dan ketakutan dalam diam. Dalam hati, ia terus mendukung ibunya pada keyakinannya dan menanamkan kata-kata “Sejati, Baik, Sabar” jauh di dalam hati. Ia diam-diam hidup dengan prinsip ini. Sambil tumbuh dewasa, ia iri dengan anak-anak dari keluarga yang bukan praktisi yang menikmati diri mereka sendiri dan tidak menderita seperti dirinya. Namun, perlahan, tetapi, ia mengerti bahwa semua ketidaknyamanan ini hanya sementara. “Sejati, Baik, Sabar” membuatnya hangat seperti matahari dan memberikannya harapan. Ia tidak merasa tersesat dalam kehidupan.

Wang telah mengalami beberapa pengalaman luar biasa dengan Falun Gong. Pada tahun 2008, ketika berjalan di trotoar, ia ditabrak oleh sebuah mobil dan mendarat di atap mobil. Pengemudi dan para pejalan kaki yang melihat tidak bisa berkata-kata, seperti menunggunya mengumpat. Tapi ia melompat turun dari atap mobil, tersenyum dan berjalan menjauh. Pengemudi menghela nafas lega dan pergi dari tempat kejadian. Seorang wanita tua yang menjadi saksi kecelakaan itu berkata bahwa Wang adalah orang yang bodoh, tapi tidak masalah baginya. Ketika ia tiba di rumah, ia menemukan memar di kakinya, tapi tidak terasa sakit sama sekali. Ia benar-benar baik-baik saja. Ia berterima kasih kepada Guru Li, pencipta Falun Gong, karena telah melindunginya.

Tahun 2009, ia menderita penyakit parah sebelum waktu ujian tiba. Banyak guru dan teman sekelasnya yang menderita penyakit yang sama dirawat di rumah sakit untuk waktu yang lama. Ia percaya Guru akan menjaganya, dan ia secara ajaib sembuh tepat waktu sehingga ia bisa mengikuti ujian.

Tahun 2014, setelah mengalami penganiayaan selama 15 tahun, Wang membaca ajaran Falun Gong dengan seksama dan sadar apa arti sebenarnya dari kultivasi. Ia tahu mengapa orang-orang baik harus mengalami begitu banyak kesulitan. Ia mengerti mengapa praktisi seperti ibunya menolak melepaskan keyakinan mereka meskipun penganiayaan brutal terjadi, dan di waktu yang sama mereka seperti merasa terpanggil untuk menyelamatkan mereka yang telah diperdaya oleh kebohongan PKT. Ia memutuskan untuk berlatih kultivasi dan mengikuti prinsip Falun Gong.

Wang juga menyebutkan bagaimana ia merasa terdorong oleh pengalaman praktisi lain yang diterbitkan di situs web Minghui juga laporan dari praktisi di luar Tiongkok tentang bagaimana mereka meningkatkan kesadaran akan penganiayaan. “Ketika saya membaca tentang praktisi di luar Tiongkok yang bekerja tanpa lelah untuk memberi tahu orang-orang tentang kebrutalan itu, hal itu memberikan saya kekuatan yang luar biasa dan keberanian,” katanya.

“Pemandangan penuh damai dari praktisi yang menggelar acara di negara lain, senyum mereka yang ramah bisa melelehkan es dan kesalahpahaman di dalam hati orang-orang. Situs web Minghui adalah sebuah wadah penting yang menghubungkan praktisi di dalam dan di luar Tiongkok. Ia membantu kita membentuk lingkungan kultivasi yang berharga yang khususnya sangat tidak terhingga nilainya bagi praktisi yang menghadapi situasi sulit di Tiongkok,” ia melanjutkan.

Ketika ia mengingat masa lalu, Wang penuh dengan rasa syukur. “Saya menganggap diri sendiri sangat beruntung,” katanya. “Karena ibu saya berlatih kultivasi ketika saya masih kecil, Falun Dafa telah menanamkan bibit kebaikan dalam hati saya. Jadi tidak peduli betapa sulitnya saya menderita kemudian, mereka sepertinya dengan cepat menghilang.”

“Keyakinan saya dalam belas kasih membuat saya lebih kuat. Setelah mengalami penderitaan yang tidak terhitung, bibit yang tertanam dalam saya adalah seperti tanaman lotus yang bisa melewati lapisan lumpur hingga akhirnya muncul dengan sebuah bunga yang indah. Saya melangkah dalam perjalanan kultivasi setelah akhirnya sadar apa itu Dafa dan dengannya datanglah kebahagiaan dan harapan,” ujarnya.

“Selama 22 tahun, jutaan praktisi di Tiongkok menderita penekanan brutal. Banyak yang telah meninggal akibat penyiksaan. Tapi mereka terus melanjutkan apa yang harus dilakukan oleh praktisi. Orang-orang ini mempunyai teman dan keluarga. Selama bertahun-tahun, mereka juga menggenggam erat kebaikan mereka, menderita dan berbagi beban berat.

“Mereka yang masih mempunyai hati nurani dalam hati mereka benar-benar akan merasakan apa yang praktisi rasakan di Tiongkok, sulit untuk menjadi orang baik. Di sisi lain, mereka yang memilih untuk berdiri di sisi yang bersebrangan dengan kebaikan dan membantu PKT menganiaya yang baik berada dalam bahaya karena ini adalah prinsip langit bahwa mereka yang melakukan kejahatan akan dihukum. Jadi, semua orang di Tiongkok nyatanya adalah korban dari penganiayaan ini, dan tidak seorang pun yang bisa tetap tidak berpengaruh.

“Tidak peduli bagaimana mengerikannya kegelapan itu, ia tidak akan menutupi matahari selamanya. Sambil bertumbuh dewasa, saya sadar bahwa matahari yang bisa menembus segalanya sebenarnya berada dalam hati saya. Jadi saya ingin berkata kepada mereka yang di Tiongkok yang memegang hati nurani mereka, termasuk praktisi Falun Gong, kerabat mereka dan mereka yang telah mundur dari PKT: ‘Tolong jaga pikiran baik anda. Mereka adalah bibit untuk masa depan anda yang bahagia dan harapan untuk hidup yang indah. Mereka yang memilih untuk berdiri di sisi kejahatan, tolong dengarkan kebenaran, pengikut Dafa mempertaruhkan nyawa mereka untuk memberi tahu anda. Buatlah pilihan yang bertanggung jawab untuk masa depan anda.”

Ia menyimpulkan dengan berkata, “Saya datang ke AS tak lama setelah mulai berkultivasi. Dalam masyarakat bebas ini, saya merasa seperti saya telah kembali ke waktu indah sebelum penganiayaan. Langit di sini biru seperti apa yang saya ingat. Saya percaya dalam waktu dekat, orang-orang di Tiongkok akan sekali lagi melihat langit yang cerah dan biru! Tolong semuanya berpegang pada harapan ini!”