(Minghui.org) Salam kepada Guru. Salam kepada rekan-rekan praktisi.

Ini adalah tahun ketiga saya di Falkutas Kesenian, Norther Academy. Ketika virus Partai Komunis Tiongkok (PKT) (virus corona) meledak pada Januari 2020, seluruh dunia terpaksa dikarantina. Guru memberi tahu kami dalam artikelnya, “Rasional,”

“Di antara pengikut Dafa, mereka yang tidak gigih maju – yang melangkah ke sisi ekstrem, segera perbaiki diri sendiri, belajar Fa dan Xiulian dengan sungguh-sungguh, karena kalian berada dalam posisi paling berbahaya.” (“Rasional”)

Saya menganggap kata-kata Guru sebagai sinyal bahwa saya harus bergegas dan menggunakan waktu berharga ini untuk mengultivasi diri lebih baik dari sebelumnya, dan menyingkirkan keterikatan terakhir saya. Hari ini, saya ingin berbagi pengalaman saya saat mengatasi dua kendala saya yang paling besar.

Mengidentifikasi Kebencian Saya

Saya selalu menganggap diri saya sebagai seorang yang pemaaf. Setiap kali terjadi konflik apa pun, besar atau kecil, saya akan selalu berusaha untuk tetap tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa.” Namun, baru-baru ini saya menyadari bahwa apa yang saya sebut “memaafkan” dan “berbaik hati,” semuanya adalah palsu.

Segera setelah konflik ini terjadi, pikiran saya penuh dengan pemikiran yang rumit, seperti, “Mengapa ia tidak lebih berhati-hati?”, atau, “Mengapa mereka memperlakukan saya seperti itu?”, “Saya pantas mendapatkan yang lebih baik dari itu!” Pola pikir ini telah menjadi bagian dari diri saya untuk waktu yang lama—begitu lama sehingga menjadi bagian dari proses berpikir saya yang alami.

Seiring berjalannya waktu, menjadi lebih sulit bagi saya untuk menahan diri dari pikiran irasional terkait dengan bagaimana orang lain memperlakukan saya. Awalnya saya pikir itu adalah keterikatan saya pada keegoisan, atau fakta bahwa saya tidak berkultivasi dengan cukup baik pada hari tertentu yang memicu konflik. Tetapi tidak peduli seberapa keras saya mencoba memperbaiki diri, itu tidak berhasil. Pikiran yang salah masih muncul sepanjang waktu. Namun, pada 19 Agustus tahun lalu, itu semua berubah. Saya membaca artikel berbagi pengalaman praktisi lain di situs web Minghui berjudul “Saya Menukar Kebencian saya dengan Belas Kasih.” Setelah membacanya, saya merasa menemukan jawaban atas masalah saya: saya belum melepaskan kebencian saya terhadap orang lain.

Saya terkejut cukup lama. Saya tidak mengerti mengapa saya gagal memahami salah satu prinsip Fa paling dasar, yaitu menyingkirkan kebencian dan berasimilasi dengan belas kasih. Ketika saya lebih banyak memikirkannya, saya menyadari Guru terus-menerus memberi saya petunjuk untuk mencoba memberikan pencerahan kepada saya prinsip ini, tetapi saya selalu mengabaikannya.

Sebagai contoh, suatu saat ketika saya dan kakak perempuan saya yang bukan seorang praktisi, berselisih pendapat sampai pada titik di mana saya akhirnya mengucapkan kata-kata yang menyakitkan. Kakak saya bertanya kepada saya, “Sejati, Baik, Sabar jenis apa itu!?” Tapi saya mengabaikannya. Ada juga saat di mana saya salah memahami kesalahan yang dilakukan salah satu teman saya. Saya tidak pernah melupakannya di hati saya, dan itu mempengaruhi hubungan kami sejak saat itu. Ini sering terjadi, bahkan setelah saya merasa telah disalahkan sedikit saja pun, saya tidak akan pernah bisa melupakannya. Semua pikiran negatif dan irasional saya muncul dan memenuhi pikiran saya. Setelah itu, saya selalu membenci orang itu di hati saya.

Saya segera memancarkan pikiran lurus untuk menyingkirkan pikiran jahat dalam kepala saya yang bermanifestasi sebagai kebencian. Guru berkata,

“Orang jahat diakibatkan oleh perasaan iri hati, karena ego, karena jengkel, menganggap dirinya diperlakukan tidak adil.

Orang baik selalu bersemi belas kasih di hatinya, tanpa menyalahkan, tanpa kebencian, menganggap penderitaan sebagai kegembiraan.

Sang Sadar tidak mempunyai lagi keterikatan hati, dengan hening mengamati manusia di dunia, yang tersesat oleh ilusi.”

(“Taraf Kondisi”, Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju)

Kebencian adalah sama sekali kebalikan dari Shan (Baik), Shan (Baik) adalah salah satu dari tiga prinsip utama alam semesta, dan juga yang harus dijalani oleh praktisi Falun Dafa. Menyimpan kebencian di hati hanya akan memisahkan saya dari pengaturan Guru. Selain itu, jika saya memiliki pikiran kebencian terhadap orang lain saat berlatih, membentuk pikiran negatif saat membaca Fa, atau menyebarkan kebencian melalui kata-kata saya saat mengklarifikasi fakta, bagaimana saya dapat berkultivasi dan memenuhi misi saya sebagai pengikut Dafa? Saya harus segera menyingkirkannya.

Setelah belajar Fa lebih banyak, dan memancarkan pikiran lurus, saya melihat perubahan dalam keterikatan ini. Saya menjadi lebih santai selama belajar Fa. Pikiran saya tenang ketika saya berlatih.

Salah satu perubahan terbesar adalah pandangan saya tentang segala hal. Sebelumnya, pergulatan saya dengan kebencian akan selalu membutakan saya dari apa yang sebenarnya terjadi. Jika sesuatu hal kecil terjadi, kebencian saya yang kuat akan membuatnya terlihat seperti sesuatu yang serius, dan saya tidak akan bisa melepaskannya. Tapi sekarang, saya menyadari tidak ada yang benar-benar serius yang pernah terjadi, dan saya melihat semuanya dari sudut yang baru, yang jauh lebih baik.

Saya juga menyadari bahwa sebagian besar keterikatan saya terkait langsung dengan kebencian saya, seperti kecemburuan, kemalasan, rasa tidak hormat, kenyamanan, ketidaksabaran, dan selalu menginginkan kesempurnaan. Begitu kebencian saya hilang, begitu pula sebagian besar keterikatan lainnya hilang. Saya juga mampu membangkitkan belas kasih saya dan melakukan hal-hal tanpa mempunyai maksud tertentu.

Kebencian tentu saja merupakan salah satu keterikatan saya yang paling dalam, yang harus dihilangkan. Saya belum bisa sepenuhnya menghilangkannya. Yang bisa saya lakukan adalah terus memperbaiki diri, dan mengingat apa yang Guru katakan,

“Kita selaku praktisi Gong, tiba-tiba dapat dilanda konflik. Jadi harus bagaimana? Jika anda biasanya selalu mempertahankan sebuah hati yang belas kasih, suatu sikap mental yang tenang dan damai, maka ketika berjumpa masalah akan dapat diatasi dengan baik, karena ia masih menyisakan kesempatan untuk meredam terpaan. Jika anda selalu dalam belas kasih, memperlakukan orang dengan Shan, selalu memikirkan orang lain sebelum melakukan sesuatu, setiap kali berjumpa masalah yang pertama-tama dipikirkan ialah, apakah hal ini bagi orang lain terasa berat atau tidak, apakah dapat mencederai orang lain, dengan demikian tidak akan timbul masalah. Oleh karena itu dalam berlatih Gong anda harus mengikuti kriteria yang tinggi, kriteria yang lebih tinggi lagi untuk mematut diri.” (Ceramah 4, Zhuan Falun)

Melepaskan Sentimentalitas

Dari tiga keterikatan yang paling umum, nama baik, keuntungan, dan emosi, keterikatan pada sentimentalitas selalu menjadi salah satu masalah saya yang paling besar.

Guru berkata,

“Xiulian harus dilakukan di tengah penderitaan agar bisa dilihat apakah anda dapat rela melepas, dapat memandang hambar tujuh perasaan dan enam nafsu anda. Jika anda terikat pada benda itu, anda tidak akan sukses berkultivasi. Segala sesuatu selalu punya Yinyuan Guanxi, manusia mengapa dapat menjadi manusia? Karena di antara manusia ada Qing, manusia adalah hidup demi Qing ini.”

“Jika Qing ini tidak diputuskan, anda tidak akan berhasil Xiulian. Jika manusia dapat membebaskan diri dari Qing ini, siapa pun tidak ada yang dapat menggoyahkan anda.” (Ceramah 4, Zhuan Falun)

Guru juga berkata,

“Orang yang demi ketenaran seumur hidup dipenuhi kebencian.

Orang yang demi kepentingan tidak mengenal sanak saudara;

Orang yang demi Qing mencari risau sendiri.

Susah payah saling bertengkar membuat karma seumur hidup.

Tidak mencari ketenaran tenang dan puas,

Tidak utamakan kepentingan adalah orang kebajikan;

Perasaan tak tergerak hati jernih tiada nafsu,

Berkultivasi raga secara baik seumur hidup mengumpulkan De.”

(“Menjadi Orang,” Hong Yin I)

Karena keinginan lama saya untuk memperoleh kebahagiaan dalam masyarakat manusia biasa, saya mengembangkan rasa emosi yang kuat di hati saya. Manifestasi sentimentalitas dalam diri saya sangat keras, dan sulit untuk dihilangkan. Setiap kali saya merasa seperti saya telah mengatasi satu lapisan, pada hari berikutnya, itu akan bangkit lagi.

Keinginan untuk merasa nyaman, bahagia, bersenang-senang, bermalasan, mengatakan hal-hal yang tidak rasional, berpenampilan menarik, bersaing, memiliki teman, makan, tidur, dan merasa puas adalah semua aspek sentimentalitas. Saya menjadi begitu terikat pada hal-hal sepele ini sehingga sepertinya saya berkultivasi hanya untuk menikmati semua ini.

Namun, tahun lalu, sepertinya keterikatan ini, dan semua keterikatan saya yang lain secara umum, mulai melemah. Saya mulai kurang peduli tentang bagaimana orang lain memikirkan saya, tidak masalah bagaimana saya dipandang orang lain. Saya berhasil menyisihkan lebih banyak waktu untuk belajar Fa dan berlatih. Pada saat itu, saya berpikir itu saja, dan saya telah berhasil mengatasi rintangan saya.

Namun, pada saat itu, sebuah pemikiran baru muncul di benak saya, “Tidak, ini belum berakhir. Perjalanan saya masih panjang, dan tidak mungkin saya bisa menyingkirkan keterikatan dengan berada di rumah saja. Satu-satunya alasan saya merasa baik-baik saja sekarang adalah karena saya menjalani kehidupan yang nyaman, yang jauh dari sekolah. Apa yang akan terjadi ketika saya kembali ke sekolah dan semuanya tiba-tiba akan menyala lagi? Apa yang perlu saya lakukan sekarang adalah menghilangkan keterikatan buruk ini sepenuhnya. Dengan begitu, saya akan siap menghadapi apa pun yang datang ke saya.”

Ketika saya mempunyai pemikiran ini, saya merasakan arus hangat memenuhi kepala saya, dan saya menjadi sangat rileks dan bebas dari kekhawatiran. Saya tahu itu adalah Guru yang membersihkan kejahatan dari kepala saya setelah saya memiliki pikiran lurus ini.

Setelah belajar Fa dan memancarkan pikiran lurus lebih banyak, saya melihat ada perubahan. Keterikatan saya pada emosi sebenarnya adalah bahan bakar bagi banyak keterikatan saya yang lain, mirip dengan rasa benci saya, yang mengakibatkan terjadinya keegoisan, depresi, pikiran salah, kebencian, kecemburuan, pamer, dan penyimpangan dari kultivasi yang baik.

Saya menjadi depresi setelah diperlakukan tidak baik oleh seorang teman atau anggota keluarga, atau saya mendahulukan kebutuhan saya sendiri di atas orang lain karena saya tidak sabar atau ingin menyelesaikan sesuatu. Tetapi setelah itu, saya menjadi lebih sadar tentang emosi, dan tidak membiarkannya menguasai saya. Selanjutnya, pikiran lurus saya menjadi lebih kuat.

Saya juga belum menyingkirkan keterikatan pada sentimentalitas ini, tetapi saya akan selalu ingat untuk berusaha keras dan terus membuat kemajuan dalam kultivasi saya.

Kesimpulan

Seiring dengan pelurusan Fa Guru yang akan berakhir, waktu kita yang tersisa untuk berkultivasi sudah tidak banyak lagi. Meskipun saya mungkin telah berusaha banyak selama ini untuk mencoba meningkatkan tingkat kultivasi, tetapi saya merasa itu masih belum cukup. Pengalaman yang saya sebutkan sebelumnya hanyalah puncak gunung es. Meskipun ada beberapa perubahan drastis, saya masih memiliki banyak masalah. Meskipun saya menyesali kesalahan masa lalu saya, itu tidak cukup hanya dengan mengakuinya.

Segala sesuatu yang terjadi pada kita berhubungan dengan kultivasi kita, dan setiap ujian atau kesengsaraan dimaksudkan untuk peningkatan kita. Kultivasi adalah hal yang serius.

Pada satu titik, saya merasa kondisi kultivasi saya lebih dangkal dari sebelumnya. Saya hampir merasa tidak ada harapan lagi. Beruntung, Guru membantu saya dengan memberikan petunjuk. Salah satu guru saya, yang juga seorang praktisi, mengatakan sesuatu yang sangat menyentuh. Seolah-olah ia tahu ada yang tidak beres dengan saya, atau dengan kata lain ia siap untuk berbicara dengan saya tentang masalah ini. Ia berkata, “Kita hanya harus percaya bahwa Guru memberi kita semua pengaturan yang terbaik. Kita masing-masing memiliki jalan kita sendiri, tetapi kita semua adalah pengikut Dafa, pengikut Dafa Guru.” Ibu saya juga sering berkata, “Kita hanya perlu mengikutinya dengan alami, dan semuanya akan baik-baik saja.”

Guru telah menekankan berkali-kali sebelumnya, bahwa menjadi seorang praktisi Falun Dafa adalah kehormatan terbesar yang bisa dimiliki siapa pun. Ya, kita menemukan kendala, tetapi itu semua hanya bagian dari proses kultivasi kita. Hidup dengan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar telah mengajari saya bahwa hidup itu berharga. Setiap kesempatan dan momen sangat berarti. Semua orang datang ke dunia untuk Dafa, dan tujuan hidup kita adalah kembali ke jati diri kita yang sebenarnya.

Semua hal yang saya anggap begitu besar ternyata semuanya hal sepele, seperti: Apakah saya bisa menari di Shen Yun, atau apakah saya akan sukses, atau bahagia dengan banyak teman. Saya ingat membaca artikel berbagi pengalaman praktisi lain di situs web Minghui, di mana ia berkata, “Sebenarnya, bagi saya tidak penting lagi seberapa tinggi saya akan berkultivasi, karena hidup saya telah menjadi bermakna hanya karena saya sudah menjadi bagian dari Pelurusan Fa.” Setelah pengalaman saya baru-baru ini, saya merasa telah mendapat pencerahan terhadap prinsip Fa ini.

Sebagai praktisi Dafa, kita semua memiliki Fa yang berakar di hati kita. Hidup kita semua dibimbing oleh Fa. Saya merasa bahwa kekhawatiran dan keraguan saya tidak lagi penting. Hidup saya sudah bermakna karena saya adalah seorang praktisi Falun Dafa.

Saya ingin menyimpulkan dengan salah satu puisi Guru:

“Teguh berkultivasi Dafa dengan hati tak tergoyahkan

Kenaikan tingkat adalah pokok

Di hadapan cobaan watak sejati terungkapkan

Berkultivasi mencapai kesempurnaan, menjadi Buddha, Tao dan Dewa”

(“Watak Sejati Terungkapkan.” Hong Yin II)

Mari kita semua lebih menghargai Dafa dan meningkatkan diri kita di tahap akhir perjalanan ini. Mohon tunjukkan jika saya telah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan Fa.

Terima kasih Guru. Terima kasih rekan-rekan praktisi.

(Dipresentasikan pada Konferensi Berbagi Pengalaman Falun Dafa Kabupaten Orange Tahun 2021, New York)