(Minghui.org) Sebuah rapat umum diadakan di Tel Aviv pada tanggal 20 Juli 2021, untuk meningkatkan kesadaran akan penganiayaan yang telah berlangsung selama 22 tahun oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap Falun Dafa, juga disebut Falun Gong, sebuah latihan spiritual damai yang telah dianiaya di Tiongkok sejak tahun 1999.

Rapat umum semacam itu telah diadakan di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Tel Aviv selama 20 tahun terakhir, dan pemandangan serupa muncul di depan kedutaan dan konsulat Tiongkok di seluruh dunia. Di Tel Aviv, praktisi Dafa mengangkat spanduk menyerukan penghentian penganiayaan brutal dan pengambilan organ paksa praktisi Falun Dafa oleh rezim komunis di Tiongkok. Banyak orang memberikan pidato untuk mendukung upaya mengakhiri penganiayaan.

Pada tanggal 20 Juli 2021 praktisi Falun Dafa berkumpul di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Tel Aviv, menandai 22 tahun penganiayaan.

Peragaan pengambilan organ secara paksa

Praktisi menampilkan peragaan secara singkat dari penganiayaan yang mengerikan, termasuk adegan seorang dokter dan seorang polisi yang mengambil organ dari seorang praktisi Tiongkok saat dia berteriak "Falun Dafa hao!" (Falun Dafa baik!) Peragaan berlangsung beberapa menit dan mendapat reaksi dari penonton dan bahkan praktisi.

Protes tahun ini difokuskan pada dua tema utama. Salah satunya adalah bahwa siapa pun yang tetap diam dalam menghadapi penganiayaan ini sebenarnya secara tidak langsung mendukung berlanjutnya penganiayaan. Orang-orang dari agama dan etnis Yahudi, yang mengalami kengerian Holocaust, tidak boleh tinggal diam. Pesan kedua adalah bahwa penganiayaan terhadap Falun Dafa adalah murni kejahatan, dan bahwa PKT yang bertanggung jawab atas penganiayaan ini, sesungguhnya adalah organisasi kejahatan.

Rapat umum itu disiarkan langsung di Facebook. Praktisi Falun Dafa mengunggah video pidato ke YouTube dan kemudian mempromosikannya sehingga semakin banyak orang dapat mengetahui apa yang terjadi di Tiongkok.

Profesor: Mengabaikan Penganiayaan Sama dengan Menjadi Kaki Tangan

Prof. Yael Shemesh, Universitas Bar Ilan: “Mengabaikan penganiayaan tidak berbeda dengan menjadi kaki tangan kejahatan.”

Prof. Yael Shemesh, seorang dosen senior di Departemen Studi Alkitab di Universitas Bar Ilan, berbicara pada rapat umum tersebut. Dia mengatakan prinsip-prinsip Falun Dafa Sejati, Baik dan Sabar adalah prinsip yang dapat dikenali oleh setiap manusia. Dia mengatakan penganiayaan itu memperlihatkan bahwa PKT menganiaya nilai-nilai ini. Ia menekankan bahwa kebebasan berkeyakinan dan kebebasan berpikir adalah hal yang tidak bisa direbut dari manusia.

Prof. Shemesh juga berbicara tentang bagaimana orang-orang di dunia diam saat orang-orang Yahudi dibunuh selama Holocaust. Dia mengatakan mudah untuk menutup mata dan memalingkan muka, bahkan dalam menghadapi pengambilan organ paksa tahanan hati nurani oleh PKT, tetapi pada titik tertentu tetap diam berarti kita telah mengkhianati para korban dan nilai-nilai kita sendiri. Mengabaikan penganiayaan tidak berbeda dengan menjadi kaki tangan kejahatan, katanya.

Kejernihan Moral Dibutuhkan untuk Membedakan Benar dan Salah

Elad Pressman, seorang humas, blogger, dan aktivis media sosial: “Selama orang tidak memiliki kejernihan moral untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, dan selama mereka tidak menyadari penganiayaan ini benar-benar jahat, orang-orang di dunia akan tetap diam.”

Elad Pressman, seorang humas, blogger dan aktivis media sosial, mengatakan penganiayaan terhadap Falun Dafa tidak ada hubungannya dengan bentrokan budaya dan itu adalah kejahatan murni. Dia berbicara tentang diamnya para elit di dunia akademis dan bisnis, dan mengatakan bahwa perusahaan besar menghasilkan keuntungan besar di Tiongkok dan membutuhkan Tiongkok untuk menjaga nilai pasar mereka tetap tinggi. Karena ketergantungan itu, mereka tidak bisa mengkritik rezim Tiongkok dan karena itu diam, katanya.

Pressman menambahkan bahwa dengan konsep modern dalam pemikiran dan bahasa, semua nilai dianggap sama, dan hierarki nilai yang membedakan antara baik dan buruk dihapuskan. Karena hanya ada “keragaman,” menjadi sulit untuk mendiagnosis dan mengobati masalah, katanya.

Lebih lanjut, Pressman mencatat bagaimana diam itu berhubungan dengan memudarnya iman. Orang-orang telah kehilangan kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, katanya. Karena itu, mereka merasa sulit untuk mengatakan apakah penganiayaan dan pengambilan organ secara paksa itu jahat. Ini menciptakan ambiguitas dan menyebabkan mereka hanya berdiam diri.

Menurut Pressman, hanya ketika kita setuju bahwa pengambilan organ secara paksa dan penganiayaan terhadap Falun Dafa adalah jahat, barulah kita dapat mengatasi masalah ini. Selama orang berpikir ini hanya bagian dari kebudayaan lain, elemen yang sah dari keragaman budaya; selama orang tidak memiliki kejernihan moral untuk membedakan antara benar dan salah, dan selama mereka tidak menyadari ini benar-benar jahat, orang-orang di dunia akan tetap diam, pungkasnya.

Orang Israel Harus “Membuka Mata Mereka” Terhadap Ancaman PKT

Maayan Eisenstadt, Ketua Asosiasi "Magen for Individual Freedom", mengatakan bahwa sejak tahun 1999, praktisi Falun Dafa telah dicuci otak, disiksa, diperkosa, dan bahkan dibunuh untuk diambil organnya. Dia mengatakan ini menunjukkan kekejaman rezim totaliter Tiongkok, yang mengingkari kebebasan beragama, kebebasan pers, kebebasan berekspresi, kebebasan individu, dan semua jenis kebebasan lainnya.

Dia mencatat bahwa sistem kredit sosial Tiongkok, yang dimulai pada tahun 2018, memungkinkan rezim untuk menggunakan kendalinya pada rakyat. Wanita Tiongkok dipaksa untuk melakukan aborsi dan disterilkan secara paksa. Wabah virus corona membuktikan bahwa kebijakan rezim tidak hanya terbatas di Tiongkok saja, tetapi juga telah diterapkan di luar negeri, termasuk di Israel.

Eisenstadt mengatakan bahwa warga Israel harus membuka mata mereka dan menyadari apa yang dilakukan rezim Tiongkok terhadap warganya sendiri. Jika ia mampu melakukan hal seperti itu kepada warganya sendiri, orang hanya bisa membayangkan apa yang mungkin dilakukannya terhadap orang-orang pro-demokrasi di luar negeri, dia memperingatkan. Dia juga menekankan bahwa nilai-nilai Falun Dafa adalah nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dan dihayati oleh semua orang.

Setiap Orang Harus Membuat Pilihan

Vadim Berestetsky, ketua Himpunan Falun Dafa Israel, mengatakan bahwa rezim Tiongkok didasarkan pada kebohongan dan kekerasan, serta tidak dapat menolerir kebenaran. Semakin banyak orang Tiongkok menyadari bahwa tidak hanya praktisi Falun Dafa yang menjadi korban rezim, tetapi juga orang-orang Tiongkok, termasuk petugas polisi dari semua tingkatan dan pelaku lain yang melakukan penganiayaan ini, juga menjadi korban, katanya. Bahkan rakyat Israel, yang telah menderita selama satu setengah tahun di bawah pandemi saat ini karena kebohongan PKT, adalah korban dari rezim, katanya.

Berestetsky mencatat bahwa sama seperti dunia kebanyakan diam saat orang-orang Yahudi dibantai selama Perang Dunia II, banyak yang memilih untuk tetap diam hari ini. Dia mengatakan setiap orang harus membuat pilihannya sendiri, dan dengan membuat pilihan ini, setiap orang menentukan masa depannya sendiri.

Praktisi Menyoroti Kekejaman PKT

Gilad, seorang praktisi Falun Dafa Israel, mengingat perasaan baik yang dia alami ketika mulai berlatih Falun Dafa 20 tahun yang lalu. Dia menceritakan pertemuannya dengan Jennifer Zeng, yang dimasukkan ke kamp kerja paksa di Tiongkok, di mana dia mengalami penyiksaan, pelecehan seksual dan cuci otak, semua bertujuan untuk membuatnya meninggalkan keyakinannya. Pada satu titik dia menangis dan setuju untuk menandatangani dokumen untuk melepaskan keyakinannya pada Falun Dafa, sehingga mereka mau melepaskannya.

Tetapi kemudian para penyiksanya juga menyuruhnya untuk menandatangani surat yang menyatakan rasa terima kasihnya kepada PKT karena telah menyelamatkannya, dan surat itu memfitnah Falun Dafa. Dia juga diharuskan menyiksa teman-temannya dan menekan mereka untuk melepaskan keyakinan mereka. “Begitulah cara Partai Komunis beroperasi,” kata Gilad. “Ia tidak hanya akan merugikan anda, ia akan mengubah anda menjadi kaki tangan. PKT tidak hanya menargetkan orang, tetapi juga membuat mereka saling melawan dan menjadikan mereka kaki tangan.”

Nurit, juga seorang praktisi Falun Dafa dari Israel, mengatakan penganiayaan kejam adalah hasil dari visi mantan pemimpin PKT Jiang Zemin, serta visi Partai tentang kekuasaan, keserakahan, dominasi, kelicikan, dan perjuangan melawan semua yang baik. Dia mengatakan Jiang belajar dari "yang terbaik" sebelum dia-Stalin, Hitler dan Mao.

Jiang melancarkan penganiayaan dengan menggunakan mesin propaganda negara untuk membanjiri media Tiongkok dengan kebohongan tentang Falun Dafa. Dia kemudian melanjutkan untuk memenjarakan, menyiksa, dan mencuci otak praktisi dengan memobilisasi seluruh aparat negara. Tetapi itu tidak cukup bagi Jiang, kata Nurit, karena dia menemukan cara setan untuk mendapatkan keuntungan dari tubuh praktisi dan memberi perintah untuk mengubahnya menjadi bank organ hidup, membuat organ vital tersedia untuk transplantasi.

Nurit menjelaskan, “Keluarga ibu saya hampir seluruhnya dimusnahkan di kamp kematian di Eropa. Keluarga ayah saya selamat dari Holocaust dengan keajaiban. Bagaimana bisa saya, seorang keturunan dari keluarga yang selamat dari Holocaust, tetap diam?”

Dia meminta semua orang yang hadir di rapat umum, “Anda tidak bisa diam. Demi kemanusiaan, untuk kita semua, bantu kami menghentikan rezim komunis Tiongkok.”

Rabbi: Orang Yahudi Memiliki Kewajiban untuk Berbicara

Mantan Menteri Rabbi Michael Melchior adalah salah satu tokoh masyarakat di Israel yang telah menunjukkan kepedulian dan simpati terhadap Falun Dafa di Tiongkok, baik selama masa jabatannya di Knesset (Parlemen Israel), maupun sebagai warga negara.

Dia mengirimkan pernyataan tertulis: “Sebagai anggota orang-orang Yahudi, kami berulang kali bertanya-tanya, bagaimana dunia bisa diam selama Holocaust, dan tidak menyadari bahwa diam adalah bentuk kerja sama dengan para pelaku kejahatan yang paling mengerikan terhadap kemanusiaan yang pernah dilakukan. Hari ini, sebagai orang Yahudi, kami adalah bangsa yang bebas di negara kami sendiri, dan karena itu kami tidak hanya memiliki hak, tetapi juga kewajiban. Ketika saat ini kejahatan serupa terhadap kemanusiaan terjadi di tempat lain di dunia, adalah tugas kita sebagai negara, bangsa, masyarakat, dan juga sebagai individu, untuk mengangkat suara dan memprotes dengan sekuat tenaga, jika tidak, berarti kita bekerja sama dengan kejahatan.”

Mengapa PKT Menentang Sejati, Baik, dan Sabar

Dorit, seorang praktisi Falun Dafa, menjelaskan implikasi yang lebih dalam dari penganiayaan PKT terhadap nilai-nilai Sejati, Baik, dan Sabar dan bagaimana hal itu mengarah pada kerusakan moral dan masyarakat yang lebih kejam.

“Dia yang menentang prinsip Sejati, berbohong dan menipu sepanjang hidupnya, dan tidak dapat dipercaya. Misalnya, PKT berbohong kepada orang-orang Tiongkok dan seluruh dunia ketika mencela dan memfitnah Falun Dafa. PKT telah berbohong dan menutupi kasus pertama COVID-19 di Tiongkok dan dengan demikian menyebabkan menyebarnya virus ke seluruh dunia,” katanya.

“Mereka yang menentang belas kasih mengarah pada penciptaan masyarakat yang kejam, di mana hidup adalah mimpi buruk. Tanpa prinsip Sejati, Baik, dan Sabar, kita akan memiliki neraka di bumi.”

Penduduk Lokal Mendukung Upaya Praktisi untuk Melawan Penganiayaan

Pengendara yang melewati reli berhenti untuk mendengarkan beberapa pidato dan membaca petisi. Pengemudi membunyikan klakson untuk menunjukkan dukungan.

Di antara orang yang lewat adalah orang-orang yang baru pertama kali mendengar tentang Falun Dafa dan penganiayaan di Tiongkok. Sedangkan yang lain telah mendengar tentang hal itu sebelumnya dan keluar untuk menunjukkan dukungan mereka dan membantu meningkatkan kesadaran.

Alon, seorang guru bahasa Ibrani, mengetahui tentang penganiayaan dan Falun Dafa saat tinggal di New York. Sebelumnya dia telah berkali-kali bergabung dengan aksi damai di depan kedutaan Tiongkok.

Mirel, yang datang dari Be'er Ya'akov bersama teman-temannya, mengatakan penganiayaan itu "salah dan tidak bermoral."

Nehora, dari kota Ariel, mengatakan, “Sedih dan mengejutkan meskipun itu terjadi di tempat yang jauh.”

Ola sangat menyadari apa yang terjadi di Tiongkok. “Saya senang melihat bahwa orang-orang di Israel menyadari masalah ini,” katanya, “dan bahwa mereka membuat pendirian mereka. Penting untuk meningkatkan kesadaran, karena Tiongkok jauh dan tidak semua orang tahu. Saya senang melihat rapat umum diadakan di tempat sentral di Tel Aviv, sehingga lebih banyak orang dapat mempelajari kebenaran.”

Mauda berkata, “Apa yang anda lakukan di sini luar biasa. Ini adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat di negara lain mana pun di dunia – fakta bahwa anda peduli dengan orang-orang yang dianiaya dan disiksa di Tiongkok. Apa jadinya hidup ini tanpa kebebasan? Hanya kediktatoran yang dapat mengambil kebebasan manusia. Tidak ada kehidupan tanpa kebebasan. Bagus sekali karena anda peduli dengan orang lain!”

Israel Zirlin berkata, “Hak asasi manusia itu penting, dan harus ada persaudaraan di antara orang-orang. Saya percaya dengan cara anda. Ini adalah dasar dari keberadaan manusia. Selama beberapa abad terakhir, kejahatan semakin populer. Jika kejahatan menang, dunia akan lenyap. Seluruh dunia berada pada titik balik sekarang. Saya percaya pada sisi baik orang. Fakta bahwa latihan seperti Falun Dafa diajarkan di seluruh dunia secara gratis, sudah membuatnya menjadi latihan luhur yang layak untuk dipelajari.

“Pengambilan organ jelas merupakan hal yang mengerikan dan menakutkan. Kita harus mengungkapkannya, karena kehidupan dan dunia adalah milik setiap makhluk hidup di bawah langit.”