(Minghui.org) Kejadian lain yaitu 1.850 insiden dari praktisi Falun Gong yang ditangkap atau dilecehkan karena keyakinan mereka dikonfirmasi pada bulan Juli dan Agustus 2022.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah disiplin spiritual yang telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) sejak 1999. Praktisi yang telah ditangkap banyaknya tak terhitung, dilecehkan, dihukum, dan disiksa karena menegakkan keyakinan mereka. Tetapi karena sensor informasi yang ketat di Tiongkok, insiden tersebut tidak selalu dapat dilaporkan secara tepat waktu, juga tidak semua informasi tersedia.

Dari 1.850 insiden yang baru dilaporkan, 1.043 adalah kasus penangkapan, termasuk 41 penangkapan yang terjadi pada tahun 2021, dengan 197 pada paruh pertama tahun 2022 dan 805 pada Juli dan Agustus 2022. 807 kasus pelecehan termasuk 29 pada tahun 2021, dengan 133 di paruh pertama 2022 dan 645 pada Juli dan Agustus 2022.

Kasus penangkapan dan pelecehan aktual yang terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2022 dipastikan lebih tinggi dari angka yang dilaporkan saat ini (805 dan 645), karena informasi baru datang lebih banyak kasus yang dilaporkan dan dikonfirmasi. Bahkan pada angka saat ini, Juli dan Agustus memiliki rata-rata jumlah kasus yang lebih tinggi (sekitar 402 penangkapan dan 323 pelecehan) dibandingkan enam bulan sebelumnya (yang mencatat rata-rata 173 kasus penangkapan dan 143 kasus pelecehan per bulan, menurut data yang dikumpulkan per 31 Agustus 2022). Ini karena pihak berwenang menangkap para praktisi dalam upaya untuk mencegah mereka berbicara tentang penganiayaan menjelang Kongres Partai Nasional PKT ke-20 mendatang yang ditetapkan pada pertengahan Oktober tahun ini.

Kasus penganiayaan yang baru dilaporkan terjadi di seluruh negeri di 29 provinsi dan kota. Heilongjiang (394), Shandong (230) dan Jilin (227) memiliki gabungan kasus penangkapan dan pelecehan yang paling banyak. Hebei, Sichuan, Liaoning dan Beijing juga melaporkan kasus tiga digit. Tujuh belas wilayah lainnya mencatat kasus dua digit dan empat wilayah memiliki kasus satu digit.

Di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan, Komite Urusan Politik dan Hukum melecehkan banyak praktisi pada Agustus 2022, memerintahkan mereka untuk menandatangani pernyataan, berjanji “1) untuk tidak menentang Partai Komunis Tiongkok dan sosialisme; 2) tidak percaya pada Falun Gong; 3) tidak mempromosikan Falun Gong.” Mereka berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan semua praktisi yang ada di daftar hitam mereka sebelum Kongres Partai.

Di Kota Qingdao, Provinsi Shandong, seorang praktisi ditahan selama 38 hari setelah ditangkap di tempat kerja pada 11 Juli. Dia sering diinterogasi dan ditahan di beberapa pusat karantina, termasuk bekas penjara Jerman yang masih terbuka bagi pengunjung. Ketika para pengunjung bertanya tentang orang-orang yang ditahan di sana, para penjaga mengatakan bahwa mereka adalah aktor peraga.

Praktisi lain dari Shandong ditangkap pada 14 Juni oleh polisi internet di Kota Luoyang, Provinsi Henan (sekitar 500 mil) karena mengirimkan informasi penganiayaan Falun Gong di WeChat, platform media sosial utama di Tiongkok.

Sejak 2019, polisi Provinsi Henan telah pergi ke seluruh negeri dan menangkap praktisi karena menyebarkan informasi secara daring tentang penganiayaan Falun Gong. Sekitar waktu yang sama dengan penangkapan Li Shihai, dua wanita (satu dari Shanghai dan satu lagi dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei) masing-masing dijatuhi hukuman 9,5 dan 9 tahun, oleh pengadilan Luoyang karena aktivitas daring mereka. Tiga praktisi lagi dari Hubei, Beijing, dan Provinsi Shandong sekarang sedang menunggu sidang.

Praktisi yang menjadi target berasal dari semua lapisan masyarakat, termasuk mantan pegawai pemerintah, profesor, manajer perusahaan, guru, dokter, insinyur, dan akuntan. Seratus tiga puluh delapan (13,1%) dari praktisi yang ditangkap berusia 60 tahun atau lebih, termasuk 59 di usia 60-an, 59 di usia 70-an, 19 di usia 80-an dan seorang wanita berusia 98. Enam puluh (7,4%) dari praktisi yang dilecehkan adalah di atas 60, termasuk 10 di usia 60-an, 21 di usia 70-an dan 29 di usia 80-an.

Sebanyak 614 praktisi rumahnya digeledah. Empat puluh delapan praktisi memiliki uang tunai total 611.727 yuan disita dari mereka, termasuk 373.000 yuan dari satu praktisi dan 102.970 yuan dan 2.811 USD dari praktisi lain. Empat belas praktisi lansia juga ditangguhkan pensiunnya.

Kekerasan polisi semakin meningkat dalam dua bulan terakhir. Seorang pensiunan direktur sumber daya manusia dari Perusahaan Listrik Kota Zhoukou di Provinsi Henan, yang berumur 70 tahun, meninggal karena dugaan penyiksaan dalam tahanan, sehari setelah dia ditangkap pada 18 Juli. Seorang pemilik studio fotografi diikat ke kursi besi dan disiksa selama tiga hari. Seorang mantan dosen perguruan tinggi dilecehkan secara seksual oleh seorang ahli penyiksaan menggunakan "kotak peralatan."

Anak-anak kecil juga tidak luput dari penganiayaan. Seorang anak laki-laki berusia dua tahun diinterogasi dan seorang gadis berusia sembilan tahun lainnya menyaksikan penggerebekan polisi di rumahnya dan juga diinterogasi setelah neneknya ditangkap.

Beberapa contoh dari berbagai jenis kasus penganiayaan yang dilaporkan pada bulan Juli dan Agustus 2022 disajikan di bawah ini:

Kasus Kematian

Pria Henan Meninggal Sehari Setelah Ditangkap

Li Guoxun adalah direktur sumber daya manusia Perusahaan Listrik Kota Zhoukou di Provinsi Henan. Dia ditangkap di rumahnya bersama istrinya, Yu Xiuying, pada 18 Juli 2022. Polisi menuduh pasangan itu mendistribusikan materi Falun Gong dan membawanya ke kantor polisi untuk mencegah mereka “mengganggu stabilitas sosial” sebelum Kongres Nasional ke 20 yang akan dibuka pada 18 Oktober.

Malam berikutnya, polisi memberi tahu Yu bahwa Li sakit parah (meskipun dia sudah meninggal). Mereka membebaskannya dan memerintahkannya untuk tinggal di rumah.

Yu sangat terpukul mengetahui kematian Li ketika putranya mengatakan bahwa polisi telah menelepon dan memberi tahu dia bahwa ayahnya meninggal karena stroke. Mereka mengatakan telah membawanya ke rumah duka setempat. Tanpa mengizinkan Yu atau putranya melihat Li untuk terakhir kalinya, polisi mengkremasinya.

Penangkapan dan Pelecehan Kelompok Sebelum Kongres Nasional ke-20

Sejak Juli 2022, beberapa penangkapan kelompok terjadi di Beijing, Heilongjiang, Liaoning, Hebei dan Sichuan. Banyak polisi mengungkapkan bahwa perintah itu datang dari atas dan tujuannya adalah untuk menjaga stabilitas sosial sebelum Kongres Partai.

Di Beijing, seorang wanita berusia 70-an ditangkap pada 5 Juli, setelah dilaporkan karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong. Seorang agen Kantor 610 mengambil kunci Zhang Xiufen dan menerobos masuk ke rumahnya. Dia menderita patah tulang belakang dada dan tulang rusuknya, serta patah lumbar tulang belakang setelah dipukul oleh polisi.

Empat belas penduduk Kota Daqing, Provinsi Heilongjiang, termasuk seorang wanita berusia 98 tahun bermarga Li, ditangkap pada 12 Juli 2022. Antara 11 dan 12 Juli, 20 praktisi lainnya di empat kota lagi di Provinsi Heilongjiang juga ditangkap, sesuai perintah dari Kantor 610 Heilongjiang.

Menurut petugas yang ikut dalam penangkapan itu, mereka mendapat daftar nama dari pejabat tingkat provinsi. Pihak berwenang memantau dan merekam para praktisi selama sembilan bulan. Mereka lebih lanjut meningkatkan pemantauan kegiatan sehari-hari praktisi satu minggu sebelum penangkapan.

Pada tanggal 13 dan 18 Juli, dua kelompok pengangkapan lagi yaitu sepuluh dan sembilan praktisi terjadi di Kota Benxi, Provinsi Liaoning dan Kota Handan, Provinsi Hebei.

Di Kota Wanyuan, Provinsi Sichuan, Komite Urusan Politik dan Hukum (PLAC) meluncurkan babak baru sesi cuci otak yang menargetkan praktisi Falun Gong setempat. Dalam kampanye ini, dua petugas dari berbagai tingkat PLAC dipasang untuk bekerja pada masing-masing praktisi. Komite jalanan setempat praktisi dan beberapa anggota keluarganya juga diperintahkan untuk hadir membantu dalam pencucian otak.

Di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan, Kantor 610 dan PLAC mengorganisir polisi setempat dan anggota staf komite perumahan untuk mengganggu praktisi.

Para petugas sering datang berkelompok beranggotakan sepuluh orang dan memerintahkan praktisi untuk menulis pernyataan, berjanji “1) untuk tidak menentang Partai Komunis Tiongkok dan sosialisme; 2) tidak percaya pada Falun Gong; 3) tidak mempromosikan Falun Gong.”

Jika praktisi menolak mematuhi, petugas akan dengan paksa memegang tangan dan menempelkan sidik jari mereka pada dokumen. Banyak praktisi melaporkan lengan dan tangan memar akibat kekerasan. Petugas mengancam akan membalas jika praktisi melaporkan pelecehan tersebut ke Minghui.org. Beberapa anggota keluarga praktisi juga dipaksa bergabung dengan petugas untuk membujuk orang yang mereka cintai.

Dalam beberapa kasus, petugas menipu praktisi untuk menulis sesuatu yang baik tentang Falun Gong. Kemudian mereka memfoto dokumen dan memindahkan tanda tangan praktisi ke pernyataan pelepasan. Kadang-kadang mereka menunjukkan pernyataan yang dipalsukan kepada praktisi lain untuk menggoyahkan keinginan mereka, dengan mengatakan, "Si Anu telah menandatanganinya, mengapa kamu tidak?"

Ketika seorang pejabat mengganggu Chen Qihua, seorang petani di Chengdu pada 2 Agustus, dia berkata kepadanya: “Jika kamu berlatih Falun Gong, kamu adalah musuh saya dan saya akan menggunakan tindakan pemaksaan atas nama pemerintah.”

Wanita itu membawa pernyataan yang telah disiapkan dan memerintahkan bawahannya untuk menusuk ketiak Chen. Saat dia meronta, mereka mengoleskan tinta merah ke jari tangannya dan menempelkan kertas itu ke sana. Kemudian pejabat itu membacakan isi pernyataan itu dan mengumumkan bahwa dia telah menyelesaikan tugasnya.

Kasus Pelecehan

Polisi Menggeledah Rumah Wanita Berusia 81 Tahun dan Memasang Tiga Kamera untuk Memantaunya

Lima petugas polisi di Kota Shulan, Provinsi Jilin menerobos masuk ke rumah Chen Yunfang pada pukul 07:00 pagi pada tanggal 26 Juli 2022. Saat polisi mulai menggeledah rumahnya, wanita berusia 81 tahun itu segera berdiri dan memeluk erat-erat foto pencipta Falun Gong untuk mencegah polisi mengambilnya.

Polisi menginterogasi Chen di mana dia mendapatkan buku-buku dan materi Falun Gong. Dia menolak menjawab. Dia juga menolak menandatangani catatan wawancara. Dia meminta untuk mengetahui nama petugas polisi, tetapi mereka tidak menjawab.

Sebelum polisi pergi, mereka memasang tiga kamera pengintai di rumahnya. Menantu perempuannya ketakutan dan dipaksa menandatangani formulir pembebasan dengan jaminan.

Pria Sichuan Ditangkap karena Keyakinannya Dipaksa Menandatangani Dokumen

Zhao Guoyou, dari Kota Pengzhou, Provinsi Sichuan, ditangkap di rumahnya pada 25 Agustus 2022, oleh beberapa petugas bertopeng. Mereka menggeledah rumahnya, setelah menunjukkan surat perintah penggeledahan tanpa tanda tangan.

Polisi menahan Zhao di sebuah ruangan kecil setelah membawanya ke kantor polisi. Sekelompok orang merekamnya dan memerintahkannya untuk menandatangani pernyataan melepaskan Falun Gong. Zhao bertanya siapa mereka, tapi mereka tetap diam.

Seorang petugas bermarga Li kemudian datang dan memerintahkan Zhao untuk menandatangani catatan interogasi. Dia mengklaim bahwa kelompok petugas itu berasal dari “Pusat Perawatan Kota Chengdu,” sebuah pusat pencucian otak yang menyamar di bawah Komite Urusan Politik dan Hukum (sebuah badan yudisial di luar kerangka hukum yang bertugas mengawasi penganiayaan terhadap Falun Gong). Zhao menolak menandatangani dokumen.

Setelah empat jam menemui kebuntuan, petugas mencengkeram leher Zhao, membuka paksa tangannya, menempelkan sidik jarinya pada sebuah dokumen, dan pergi. Polisi kemudian membawa Zhao pulang.

Pengemudi Sepeda Roda Tiga Ditangkap Karena Keyakinannya, Menemukan Alat Pelacak di Sepeda Roda Tiganya

Jian Yicong, seorang warga Kota Deyang, Provinsi Sichuan, ditangkap di rumahnya pada 19 Juli 2022. Polisi mengklaim bahwa dia dilaporkan karena berbicara dengan seorang siswa dan membagikan flash drive berisi informasi Falun Gong, meskipun Jian mengatakan dia tidak pernah melakukannya. Mereka menyeretnya ke halaman depan rumahnya dan menunjukkan surat perintah penggeledahan. Ketika dia bertanya mengapa surat perintah itu tidak ada tanda tangan kepala polisi, polisi mengabaikannya. Mereka merekam rumahnya dan memeriksa di sekelilingnya. Tetangganya mendengar keributan dan datang untuk memeriksa apa yang terjadi, hanya untuk diusir oleh polisi.

Jian dibawa ke Kantor Polisi Lushanlu sekitar tengah hari. Seorang petugas menertawakannya, “Saya merasa sangat kasihan pada kamu. Kamu baru saja selesai menjalani hukuman, dan sekarang kamu menghadapi lagi.”

Karena Jian menolak menjawab pertanyaan polisi, seorang petugas mulai membuat pernyataan, termasuk bahwa dia telah mencetak lebih dari 100 brosur Falun Gong di rumah. Sekitar tengah malam, polisi membawa pulang Jian setelah dokter menemukan dia memiliki bayangan di rontgen dadanya dan mencurigainya sebagai TBC.

Polisi kembali keesokan harinya untuk membawa Jian ke rumah sakit untuk periksa lagi. Dia menolak memberikan sampel air liur seperti yang diminta. Polisi menjadi marah dan mengancam akan menyita sepeda roda tiga listriknya, menghancurkan rumahnya dan menangkap putri dan suaminya.

Beberapa hari kemudian, sepeda roda tiga listrik Jian tiba-tiba berhenti mengisi daya. Ketika dia mengirimnya untuk diperbaiki, teknisi menemukan kamera berkemampuan GPS di dekat baterai. Dia kemudian ingat bahwa setelah dia memberi tumpangan kepada beberapa praktisi belum lama ini, beberapa dari mereka ditangkap.

Anak Ditangkap Karena Melindungi Ayah yang Sakit

Ma Ping, seorang warga Kota Jilin berusia 60 tahun, penduduk Provinsi Jilin, sedang dalam pemulihan dari penyakit fisik di rumah pada 12 Juli, ketika empat petugas melompat ke rumahnya melalui jendela, mengklaim kedatangannya ke sana untuk melakukan tes Covid -19 kepada dia. Buku-buku Falun Gong dan komputernya disita.

Polisi berusaha menangkap Ma, tetapi dihentikan oleh putranya. Melihat bahwa Ma sangat sakit, mereka malah menangkap putranya dan menginterogasinya di kantor polisi. Dia menolak menjawab pertanyaan dan ditahan di kantor polisi sampai larut keesokan harinya. Saat itu, istri Ma juga dipanggil ke kantor polisi untuk menjawab beberapa pertanyaan.

Anak kecil Diinterogasi

Bocah Dua Tahun Diinterogasi karena Keyakinan Spiritual Nenek

Wang Yanhua, berusia 55 tahun, penduduk asli Kota Hulunbeir, Mongolia Dalam, dalam beberapa tahun terakhir telah tinggal bersama putrinya di Kota Sanhe, Provinsi Hebei. Karena ID-nya telah ditandai karena berlatih Falun Gong, dia terus-menerus mengalami pelecehan saat bepergian. Polisi di Hulunbeir bahkan menginstruksikan rekan-rekan mereka di Sanhe untuk mengganggu Wang di rumah putrinya. Selama pelecehan itu, cucu-cucunya, yang berusia 2 dan 3 tahun juga tidak luput.

Wang dan suaminya serta cucunya yang berusia dua tahun naik kereta dari Sanhe kembali ke Hulunbeir pada malam 30 September 2021. Saat dia menggesek ID-nya saat keluar dari stasiun kereta keesokan paginya, empat penjaga keamanan menghentikannya dan membawanya ke sebuah ruangan untuk pemeriksaan tubuh.

Ketika Wang menolak menjawab pertanyaan mereka apakah dia masih berlatih Falun Gong, seorang petugas menarik cucunya yang berusia dua tahun ke samping dan bertanya kepadanya, “Apakah nenekmu masih berlatih Falun Gong? Di mana dia berlatih? Di mana dia menyimpan barang-barang Falun Gongnya?”

Bocah laki-laki itu sangat ketakutan sehingga dia membeku dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Wajahnya pucat. Hanya ketika Wang mengancam akan mengambil tindakan hukum terhadap polisi, petugas berhenti menakut-nakuti anak itu.

Hampir setahun kemudian, pada pukul 20:00 malam pada 4 Juli 2022, dua petugas bertopeng masuk ke rumah putri Wang di Sanhe.

Saat mengambil foto Wang, seorang petugas juga mengarahkan kamera ke cucu perempuannya yang berusia tiga tahun. Gadis kecil itu gemetar ketakutan. “Apakah mereka polisi yang baik? Nenek, bukankah nenek memberi tahu kami bahwa polisi melindungi kami?

Wang berusaha menghiburnya: “Kita seharusnya merasa kasihan pada mereka. Mereka mengikuti perintah yang salah.”

Gadis kecil itu trauma setelah kejadian itu. Dia menangis dan kemudian berkata kepada siapa pun yang dia temui: “Polisi datang ke rumah kami. Saya tidak berani pulang sekarang.”

Gadis 9 Tahun Menyaksikan Penggerebekan dan Interogasi Polisi Setelah Nenek Ditangkap

Cucu perempuan Fan Jinqing yang berusia 9 tahun berada di rumah sendirian ketika sekelompok petugas polisi membuka pintu dengan kunci pada pukul 21:00 malam pada 26 Juli 2022.

Beberapa jam sebelumnya, Fan, seorang warga Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang berusia 70-an, telah ditangkap di sebuah terminal bus karena berbicara dengan seseorang tentang penganiayaan Falun Gong, tidak menyadari bahwa dia adalah seorang petugas berpakaian preman.

Setelah Fan dibawa ke kantor polisi, polisi menemukan alamatnya melalui tiket busnya. Mereka merampas kuncinya dan pergi untuk menggerebek rumahnya di depan cucunya.

Polisi kembali pada pukul 23:00 malam. Mereka membangunkan gadis yang telah tidur dan mengklaim bahwa mereka membawanya ke kantor polisi untuk menemui neneknya. Gadis itu pergi bersama mereka. Tapi bukannya mengizinkannya untuk melihat Fan, polisi mengambil fotonya dan merekam video dirinya. Mereka menanyainya, menanyakan apakah dia juga berlatih Falun Gong dan mengancam akan mengeluarkannya dari sekolah jika dia juga seorang praktisi. Polisi menginterogasi gadis itu sampai jam 12:00 pagi dan kemudian menyuruh kakak perempuannya untuk membawanya pulang.

Fan ditahan di kantor polisi sampai jam 20:00 malam pada 28 Juli. Selama dua hari itu, polisi hanya memberinya sedikit makanan dan memborgol tangannya ke belakang.

Kekerasan Polisi

Mantan Dosen Perguruan Tinggi Dilecehkan Secara Seksual oleh Pakar Penyiksaan

Jiang Yongqin, seorang mantan dosen universitas berusia 53 tahun di Kota Jilin, Provinsi Jilin, ditangkap di rumahnya pada 12 Juni. Setelah satu bulan ditahan, dia dibawa ke fasilitas rahasia dengan kepala tertutup dan telinga disumbat sekitar 7 Juli.

Jiang Yongqin

Empat pria memborgol Jiang dan menuntut untuk mengetahui kata sandi hard drive-nya. Dia menolak menjawab. Polisi kemudian memaksa memasukkan air wasabi ke hidungnya dan memasukkan rokok yang menyala ke hidungnya. Saat mereka memasukkan rokok, rokoknya putus. Polisi meninggalkan setengah rokok di rongga hidungnya, yang akhirnya membuat dia batuk.

Setelah putaran pertama penyiksaan, polisi kemudian mulai menyerangnya secara seksual. Mereka mengangkat kemejanya. Pakar penyiksaan kemudian memerintahkan polisi untuk menyentuh payudaranya.

Setelah polisi melakukannya, ahli kemudian menggunakan pemijat khusus untuk merangsang payudaranya. Selanjutnya, ahli memaksa Jiang melepas celananya. Ketika celananya setengah terbuka, polisi menemukan dia sedang menstruasi. Ahli mengklaim bahwa penyiksaan memiliki efek terbaik selama menstruasi dan memerintahkan polisi melanjutkan. Jiang hampir pingsan dan sangat putus asa. Dia menyerah dan dipaksa untuk bekerja sama dengan polisi dalam interogasi.

Sebelum ahli itu pergi, dia mengancam bahwa jika Jiang tidak bekerja sama dengan mereka, dia akan memeriksa barang-barang di "kotak peralatan penyiksaan" setiap hari, yang memiliki tusuk gigi, instrumen aneh, botol obat, dan kabel listrik. Dia menambahkan bahwa dia biasanya masa-bodo dalam menyiksa tersangka biasa dengan “kotak peralatan”, tetapi ketika menyangkut praktisi Falun Gong, dia diberi kebebasan.

Pemilik Studio Fotografi Ditangkap Karena Keyakinannya, Diinterogasi di Kursi Besi Selama Tiga Hari

Ni Jieming, pemilik foto studio di Kota Suzhou, Provinsi Jiangsu, ditangkap pada 1 Juni 2022, setelah ia dilaporkan karena memberikan majalah berisi informasi Falun Gong kepada kliennya. Polisi menggeledah rumahnya dan studionya. Buku-buku Falun Gong, komputer untuk keperluan pribadi dan bisnis, serta banyak barang pribadi lainnya disita.

Ni dibawa ke Kantor Polisi Kota Huangdai untuk diinterogasi sekitar pukul 23:00. Selama tiga hari berikutnya, dia diikat ke kursi besi dan hanya dilepas ketika dia perlu menggunakan kamar kecil. Pihak berwenang bergiliran menginterogasinya, tanpa membiarkannya tidur sejenak.

Pria Berusia 70-an Ditangkap dan Dibawa ke Pusat Pencucian Otak

Sejak awal Juni 2022, pihak berwenang telah berulang kali melecehkan Cheng Xianggou, seorang penduduk Kota Yingcheng, Provinsi Hubei berusia 70-an. Polisi menerobos masuk ke rumahnya pada 30 Juni dan memaksanya keluar dari gedung apartemen. Mereka mencekiknya untuk mencegah berbicara. Yang lain mengikuti dan memukulinya.

Cheng berjuang sekuat tenaga, tetapi tetap ditangkap beberapa menit kemudian dan dibawa ke mobil polisi. Leher dan beberapa tempat di tubuhnya bengkak dan memar. Di beberapa bagian tubuhnya berdarah. Dia kemudian dibawa ke Pusat Pencucian Otak Tian'e, meninggalkan istrinya yang lumpuh di rumah sendirian. Dia melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan dan dibebaskan keesokan harinya.

Laporan terkait dalam bahasa Inggris:

Reported in the First Half of 2022: 2,707 Falun Gong Practitioners Arrested or Harassed for Their Faith

Reported in March and April 2022: 767 Falun Gong Practitioners Arrested or Harassed for Their Faith

Reported in Jan/Feb 2022: 782 Falun Gong Practitioners Arrested or Harassed for Their Faith

Reported in 2021: 16,413 Falun Gong Practitioners Arrested and Harassed for Their Faith